17. Sulit dimaafkan!

223 33 14
                                    

Jam sembilan malam, mobil sport merah Jymin membelah jalanan yang sepi. Lelah dan letih menghabiskan seharian ini bersama dengan klien pentingnya dan tanpa di sadari Jymin, ia sampai melupakan Aileen.

Suara deringan di ponsel memecah konsentrasinya. Ia mengambil earphone yang telah tersambung dengan ponsel dan memasangkannya ke telinga tanpa melihat nama si pemanggil.

Matanya menatap lurus ke depan, fokus mengendarai sambil menunggu suara di seberang telepon. Dan sang penelpon adalah Jey, ucapan pertama kali yang di sebut Jey adalah Aileen, di detik itu juga Jymin mendadak ngerem mendadak mobilnya hingga decitan suara ban bergesek keras dengan aspal. Bagaimana bisa ia melupakan Aileen segitunya, apakah karena Thalida yang terus bersamanya seharian. Sungguh, Jymin tak bermaksud seperti itu. Sebelum memikir lebih jauh, Jymin langsung memutar stir meluncur ke tempat mertuanya, sesuai yang di katakan Jey bahwa Aileen sedang berada disana.

***

Birai tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya saat melihat kedatangan Jymin yang tiba-tiba, tapi setelah memikirkan bahwa Aileen sempat kemari, jadi Birai tak terlalu heran. “Nak, Jymin mau jemput Aileen ya? Ayo masuk dulu, duduk di dalam."

Menurut Birai itu adalah pelihan yang tepat ketika melihat kerutan wajah Jymin yang begitu letih bahkan dasi dan kancing teratas kemeja sudah terletak tak beraturan membuat Birai tak tega. Birai juga sudah membuka pintu lebih lebar, memberi ruang untuk Jymin masuk.

Jymin yang mendengar itu, tersenyum tak enak sembari mengusap leher belakangnya. Gugup. Melihat Birai yang begitu menyambutnya dengan baik, Jymin bisa menebak Aileen pasti tidak menceritakan masalah mereka. “Apa di dalam ada Aileen, Bun?” Tukas Jymin tak ingin basa-basi, sungguh Jymin sekarang ingin melihat keadaan Aileen.

“Kita tunggu di dalam saja sambil ngobrol, Aileen sedang di luar. Bentar lagi pulang kok.” Berpikir ini adalah waktu yang tepat untuk dekat lebih dalam, Birai ingin tahu kepribadian Jymin yang jauh lagi, mengingat Jymin yang sangat jarang bertamu.

“Di luar?"

"Astaga anak itu, apa dia tidak mengabarimu. Aileen sedang lihat keadaan restorannya sudah beberapa jam yang lalu." Jymin yang merasa sudah mendapatkan keberadaan Aileen, tanpa menunggu lagi Jymin langsung mengambil telapak tangan Birai dan menciumnya sembari berkata tak lupa senyum manis yang terbit di bibir tebalnya.

"Baiklah, Jymin pamit dulu, Bun!” Setelah mengatakan itu, Jymin langsung berbalik pergi meninggalkan Birai yang menatap bingung dengan kepergian Jymin. Birai menghela napas panjang melihat itu, padahal Birai ingin sekali mengobrol bareng.

***
Tanpa tata krama, Jymin yang sudah di lungkupi oleh rasa khawatir langsung masuk dan berteriak memanggil Aileen dengan keras bahkan suaranya itu mengganggu beberapa pengunjung yang sudah menatap aneh kearah Jymin.

Jessi yang berada di sekitar itu, langsung terkejut bukan main. Ini sudah lewat beberapa bulan Jessi tidak melihat lelaki yang Jessi tahu adalah, Lelaki yang selalu menganggu Aileen setiap saat tapi sekarang dengan lancang lelaki itu masuk tanpa ada sopan santun. Tentu saja, membuat darah Jessi mendidih, dengan kesal Jessi langsung menuju lelaki itu sebelum semakin berulah.

"Tuan, maaf. Anda sudah merusak kenyamanan pengunjung kami, sebaiknya anda pergi dari sini sebelum saya panggilkan polisi!” Jessi berujar kesel.

Jymin yang mendengar itu, sorot matanya langsung tertuju kearah Jessi dengan sangat tajam dan menakutkan, Jessi yang di tatap seperti itu seketika nyalinya sedikit menciut, demi apapun, Jymin di mata Jessi begitu menakutkan. Tanpa memperdulikan Jessi, Jymin kembali mengedarkan pandangannya, mencari sosok Aileen, tapi sudah beberapa kali Jymin amati, Aileen tak ada di sini.

MiracleWhere stories live. Discover now