O6. Masih mencintaiku?

614 52 5
                                    

Ada yang nunggu cerita ini up?

🐼🐼🐼

“Kau kelihatan jahat sekali membohonginya? Kenapa kau memperlakukannya seperti itu, apa kau akan membuatnya tersakiti, karena bisa saja dia kembali mencintaimu dan berakhir kau meninggalkannya?”

Jymin menghela napas samar, ketika telinganya mendengar ucapan tak percaya dari bibir Jey. Pandangan matanya tetap tertuju menghadap ke dinding kaca besar melihat langit cerah serta kerumunan kendaraan yang berjejer rapi dan ribuan manusia di bawah sana. Mood Jymin menjadi buruk ketika Jey mengungkitnya. Jymin memanggil Jey langsung kerumah untuk membicarakan hal yang menurutnya mustahil.

Niat awal gitu.

Tapi Jey membahas lain. Jey membahas kelemahannya.

Jey yang duduk berhadapan langsung dengan Jymin menghela napas panjang. Jymin tak menggubris ucapannya. Jey tahu, ia salah. Seharusnya Jey tak membuat perbincangan topik ini. Jymin tak suka setiap kali ia mengungkitnya. Tapi Jey, tak bisa jika harus terlihat tenang. Jey khawatir. Sebagai paman, Jey harus melakukan yang terbaik buat Jymin. Jymin satu-satunya orang yang paling dekat dengannya, jadi sudah seharusnya Jey membuat Jymin menjadi lebih baik, agar nanti tak ada lagi terjadi penyesalan.

“Apa yang membuatmu berubah pikiran? Bukankah kau berkata tak akan mencarinya lagi setelah kita mendapat file tanpa pengirim itu? Sebenarnya apa rencanamu? Kau kehilangan akal!”

Jey tetap pada topik utamanya. Ia harus menemukan jawaban langsung dari Jymin. Sudah beberapa hari ini pertanyaan itu terus menghantuinya. Jey tidak tenang. Jey pikir, Jymin sudah terlalu jauh melangkah. Jey tak ragu jika harus memprotes atau membantah ucapan Jymin. Jey sudah mengganggap Jymin sebagai anak kandungnya sendiri setelah terjadinya kecelakaan orangtua Jymin yang sampai sekarang belum tahu apa penyebabnya. Jadi tak heran, Jey bersikap berbeda. Jika di kantor, Jey akan bersikap profesional dan jika dirumah Jey akan bersikap layaknya orangtua.

Jymin mengusap telinganya yang mendadak muak dengan pembicaraan yang dibahas Jey. Jymin tak suka. Ia sudah terlalu bosan untuk mendengar semua keluhan Jey tentang tindakannya. Toh, ini maunya. Jadi suka hatinya dong harus bertindak seperti apa. Jymin menciptakan senyum dengan garis kerutan pada sudut bibir ketika menoleh kearah Jey yang memandanginya dengan tatapan tak main-main, begitu serius.

Jymin mengangkat bahunya samar sembari mengusap dagunya pelan. “Hmm ... Aku berpikir, ini agak menyenangkan untukku. Jadi, tak seorang pun yang bisa memilih apa yang harus ku lakukan atau siapa yang harus ku sakiti.” Jymin menjeda ucapannya sejenak untuk mengambil gelas kaki yang berisi Jus melon nya, memutari gelas itu hingga minumannya terlihat bergelombang.

“Aku hanya memprioritaskan tujuanku. Aku harus menyelesaikannya, situasinya memang seperti itu. Ini situasi dimana aku tidak ada pilihan lain. Itu pasti mengesankan karena menantang.” Jymin mengangkat alisnya memandang Jey, lalu mengarahkan gelas itu di bibirnya, meneguk minuman kesukaannya dengan santai. Tenggorokan Jymin terasa begitu segar, minuman jenis ini memang tak bisa di kalah oleh apapun. Jymin meletakkan gelas minumannya, tanpa melihat Jey. Jymin menyandarkan tubuhnya dengan kaki menyilang, kembali menoleh kearah kaca besar. Seolah pemandangan itu lebih menarik daripada wajah Pamannya yang terlihat masam. Jymin hanya akan mendengar kelanjutan ucapan Jey, tapi jika Jey membahas tentang hal itu lagi, sesegeranya Jymin meninggalkan Jey dari ruangan kedap suara ini.

Jey terlihat memutar bola matanya malas merasakan aura Jymin yang begitu dominasi. Lebih tepatnya, julukan yang pantas 'bocah arogan'.
Baiklah, Jey akan lebih serius. Ia akan membahas kembali tentang file itu. File yang memang kelihatan nyata, tapi Jymin seakan menyangkalnya.

“Apa kau yakin file itu palsu tanpa ada kebenaran? Seharusnya kau memberitahu istrimu. Kenapa kau menyembunyikan darinya, dia wajib tahu. Bagaimana jika istrimu di nyatakan ada sangkut pautnya dengan masalah ini?

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang