12. Ranjang?

702 55 89
                                    

Jymin kelelahan. Lelah sekali.

Bekerja seharian tanpa Jey sungguh membuat otaknya dua kali lipat terkuras. Ini salahnya, untuk apa juga ia menyuruh Jey untuk berangkat ke London. Ya, Jymin menugaskan Jey untuk mengurusi pekerjaannya di sana. Tentu saja, Jymin tak bisa memilih sembarangan orang. Jymin hanya percaya pada Jey, jadi Jymin menyerahkan semua urusannya pada Jey.

Dengan langkah lesu sembari mengusap lehernya yang kaku, Jymin menghampiri kamarnya. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya, beberapa hari ini Jymin sudah jarang sekali melihat batang hidung Aileen. Tapi, kata bodyguard yang menjaga istrinya. Aileen tak pernah keluar dari rumah setelah kejadian itu. Jymin sedikit bisa bernapas lega, semoga saja Aileen tak membuat ulah lagi.

Di tengah kecamuk dalam pemikirannya. Jymin memutuskan untuk segera merebahkan diri pada ranjang empuknya tanpa melihat keadaan Aileen. Namun sayang, belum sepenuhnya angan itu terealisasi kedua manik Jymin mendapati atensi lain setelah masuk ke kamarnya.

Jymin membuka dua kancing kemejanya dengan dasi longgar yang menggantung seraya berjalan pelan ke arah ranjang. Jymin menahan napasnya, ketika indra penciumannya menghirup parfum Lavender, parfum kesukaannya. Ah, sialan tentu saja ini membangkitkan gairahnya. Apa yang akan di lakukan Aileen kali ini?

Sedikit info, Aileen dan Jymin tak pernah tidur bersama lagi. Itu adalah permintaan Aileen ketika kembali ke pelukannya. Jadi, Jymin hanya bisa mengalah meski rasa geram menghampirinya kala itu. Jadi, tumben sekali, Aileen menerobos masuk ke kamarnya.

Jymin semakin jengah melihat kelakuan Aileen, sosok itu tergolak di atas ranjang bersprei putih miliknya. Menggodanya luar biasa dengan piyama tipis transparan berkancing rendah, seperti sengaja untuk menarik minat Jymin akan tubuh Aileen.

“Astaga, apa yang kau lakukan? Cepat pindah dari tempat tidurku.”

Nada Jymin sangat tak bersahabat. Tapi percayalah, Jymin sedang menahan diri untuk tidak menerkam Aileen. Gelojak libido tanpa di kendali membakar sekujur tubuhnya. Bukan saatnya, Jymin untuk melakukan kesalahan lagi. Sudah cukup dengan kejadian itu, di mana Aileen pergi darinya.

Aileen merapikan anak rambutnya yang jatuh di kening dengan gerakan gemulai. Bahkan, Aileen menguncir tinggi rambut hitam legamnya agar menampilkan leher jenjangnya. Dengan kerlingan genit dan manja, Aileen menjawab pertanyaan Jymin dengan lembut.

“Tidur bersamamu, memang apa lagi yang aku lakukan? Kemarilah, tidur di sebelahku. Aku sudah sangat lama menunggumu, Jymin.”

Demi Tuhan, Aileen sedang menahan rasa takutnya akan traumanya malam itu. Dalam hati, Aileen terus menyakinkan diri untuk kuat, menyakinkan diri bahwa ia bisa menaklukkan kembali hati Jymin yang beku. Sungguh, rasanya Aileen ingin menangis, Aileen hanya ingin Jymin lembut seperti dulu padanya.

Helaan napas kasar Jymin lolos begitu saja. “Keluar! Jika tidak, aku tidak akan pernah sudi melihatmu lagi. Selagi aku masih mengatakannya baik-baik. Jangan memancingku marah, Aileen!”

Jymin tak menyadari bahwa geramannya terdengar parau. Gelora panas di tubuhnya semakin melonjak. Sungguh, aroma manis kamarnya disertai pemandangan seksi di depannya membuat Jymin tersiksa. Adrenalinnya sebagai pria normal juga ikut terpacu. Jymin memejamkan matanya sejenak, berusaha untuk tenang.

Seakan sudah kebal dengan sikap seorang Jymin. Aileen malah semakin tertantang untuk berlaku jauh dari ini. Meski sebenarnya dalam hati, Aileen hanya ingin ciuman saja tanpa ada adegan ranjang yang lebih jauh. Secara perlahan Aileen mengangkat lingerie warna merah menyala agar sedikit tersingkap, yang tadinya sebatas lutut sekarang sudah separuh pahanya sengaja mempertontonkan lekukan tubuh mulusnya yang putih dan halus itu. Aileen tak percaya, keberaniannya ini berasal dari mana. Aileen tahu, tindakannya sudah membuat Jymin panas dingin ketika melihat tatapan Jymin yang seperti menahan sesuatu.

MiracleWhere stories live. Discover now