14. Cerai?

324 42 11
                                    

🤧 Jangan lupa votmen ya. Votmen kalian semangat nya author buat lnjut 🙏🏻

❣️

Rasanya tubuh Aileen tak ada tenaga sedikit pun yang tersisa.

Tungkainya berjalan lesu melewati sebuah ruang tamu yang luasnya lebih dari dua kali lipat dengan rumahnya. Aileen benar-benar muak, sejak dulu ia tak suka kesepian. Dan sekarang, Aileen merasakannya. Ia rasa hanya dirinya saja yang tinggal di rumah sebesar ini. Apa gunanya rumah besar, namun hatinya merasa seperti seorang diri saja. Tentu, tak ada guna.

Aileen berhenti sejenak, tangannya yang menggenggam ponsel semakin kuat dan tangan sebelahnya lagi menyangga tubuhnya dengan memegang tumpuan pigir sofa. Entah, kenapa tanpa di suruh matanya terdorong memanas dan berkaca-kaca. Ketika tak sengaja, memandangi sebuah figuran photo pernikahan mereka yang nampak begitu bahagia disana. Sebenarnya jenis pernikahan apa yang sedang Aileen jalani ini?

Sebulan, ralat dua puluh sembilan hari lamanya Jymin tak pulang kerumah. Sebenarnya laki-laki itu kemana?

Terakhir bertemu, ketika Aileen melakukan aksi untuk menggoda Jymin. Dan, setelahnya Aileen tak melihat sama sekali batang hidung Jymin. Anehnya, paman Jey juga tak terlihat. Mungkin, Aileen bisa berpikir positif untuk Paman Jey yang pastinya berkerja selaku sekretaris Jymin. Namun, Aileen tak bisa berpikir positif untuk Jymin, karena setiap Aileen menelpon Jymin tak pernah di angkat sama sekali. Dulu, ketika baru pertama menikah, Jymin sering sesekali menelpon, menanyakan kabarnya, sedang apa atau bahkan sudah makan atau belum.

Mengingat itu, pikiran Aileen semakin berkecamuk. Apa susahnya sih mengangkat telepon? Aileen tak keberatan jika itu hanya beberapa detik, sekedar memberi kabar sudah merasa cukup bagi Aileen.

Lama sekali berdiri di tempat membuat Aileen merasa lelah, hingga Aileen memilih berjalan pelan menuju tempat duduk sofa. Raganya sungguh tak ada tenaga, bahkan sudah duduk di tempat sofa saja, Aileen masih merasa sakit entah itu di kakinya atau di perutnya yang tiba-tiba terasa nyeri karena di cengkram kuat. Pedih sekali.

Kepalanya sedikit menunduk, agar maniknya bisa menatap ponselnya yang di sangga di atas pahanya. Ketika menyentuh layar ponsel untuk membuka, terlihatlah disana tercantum 156 panggilan tak terjawab dan 100 pesan tak di balas. Sungguh, Aileen sudah melakukan sebanyak itu, tak ada secuil pun muncul kabar dari Jymin.

“Sore Nona, sepertinya Nona terlihat bosan, Nona tidak ingin melakukan sesuatu?”

Aileen menghela napas berat ketika suara salah satu pengawal yang menjaganya menyapa. Aileen lebih memilih menoleh ke arah pintu berkaca yang menampilkan taman belakang, sedikit tak ingin mengubris pengawal itu. Pertanyaan yang tak berbobot, sudah tahu bosan di tanya lagi!

“Tidak, aku memang bosan dan tidak mood untuk melakukan apapun!”

Pengawal mengangguk kecil. “Bagaimana kalau mengisi kebosanan Nona dengan memakan sesuatu? Nona mau makan apa? Apa yang nona inginkan sekarang? Kami akan segera menyiapkannya!” Tak pantang menyerah, pengawal itu terus mengajukan pertanyaan yang sama, dan terus menanyakan meski nonanya sudah menolak berulang kali.

Aileen tersenyum miring, sudah ia duga. Malas sekali sebenernya Aileen menanggapi pertanyaan yang sama. Aileen tak lagi menyahuti pertanyaan itu, Aileen lebih memilih diam.

“Nona sama sekali tidak pernah makan, nona tidak akan bisa tidur karena terus menahan rasa sakit akibat kelaparan. Saya tahu, nona terus mengeluh sakit saat malam hari. Apa Nona tidak sayang dengan perut nona sendiri?” Pengawal itu merasa iba dengan nonanya, ia tahu penyebab kenapa nona Aileen seperti ini, mogok makan, melamun, lesu, dan termenung sendiri disebabkan oleh suaminya sendiri. Tentu, ia tak berhak ikut campur, dirinya hanya sebatas pengawal.

MiracleWhere stories live. Discover now