Prologue ; unexpected chaos

3.6K 244 519
                                    

R e m e m b r a n c e
©Jeonnayya | 2020.

Sang senja telah mencelupkan dirinya hingga batas horison. Mewarnai langit dengan jingga sepianya perlahan. Lampu-lampu di pinggir jalan telah menyala untuk menyambut datangnya malam, menemani rembulan dengan temaramnya. Lelaki itu masih bergeming dengan stir kemudinya, melajukan roda besi itu untuk menembus aspal jalan. Sekilas netranya melirik kaca jendela disamping kanannya, ingin menyaksikan berapa lama sang surya itu menenggelamkan diri di antara gedung pencakar langit. Memang sangat singkat namun tak dapat dipungkiri bahwa itu indah. Taehyung tersenyum getir, merasakan perih kembali menyentak hatinya. Wah, ternyata pengaruhnya sangat kuat. Bahkan secara tidak sadar kenangan manis berujung sesak itu merangsek masuk memenuhi kepalanya.

Luka, kekecewaan, kesedihan memang cukup menyiksanya hingga saat ini. Bahkan terkadang terasa sangat jelas, kekecewaan itu seolah-olah terus mengacak setiap bilik hatinya. Tentu siapa sih, yang ingin di kecewakan, yang ingin di tinggalkan ketika seluruh diri menanggalkan kepercayaan begitu dalam. Jika orang bilang bahkan ketika kita jatuh cinta, kita harus benar-benar tenggelam di dasarnya bukan hanya di permukaan yang dangkal. Agar kita dapat memaknai bagaimana cinta itu membuat kita benar-benar tenggelam di dalamnya. Maka kalimat tersebut benar-benar di lakukan oleh seorang Yuhn Taehyung.

Setiap yang lekat pasti akan lepas. Taehyung jelas mengetahui arti kata tersebut, namun untuk sekarang entahlah. Hatinya masih begitu penuh dengan bayang-bayang wanita yang pernah dirinya perjuangkan. Kali ini Kang Seoyung benar-benar pergi darinya. Taehyung tak pernah merasa bahwa semua adalah salah Seoyung. Jelas dalam sebuah hubungan pasti di rangkai oleh dua orang yang saling melengkapi segala kekurangan dan kelebihan.

Terlebih dari itu ia juga tak dapat menampik sebuah otoritas dan dominan yang selama ini mengekang Seoyung. Mungkin memang tepat ketika Seoyung memilih mengakhiri semuanya bersamanya. Seakan ingin memiliki kebebasan tanpa ada sebuah aturan yang mengikat. Memang penyesalan selalu datang terakhir begitu juga dengan Taehyung yang menyadarinya beberapa hari yang lalu. Taehyung tak dapat berbohong jika dirinya sangat mencintai sosok wanita tersebut, sekalipun Seoyung memberikan luka yang menusuk pun menyayatnya begitu dalam, tetap saja dirinya tak bisa membenci—sama sekali tidak bisa.

Ketika semua kenangan sekilas itu menunjukkan dirinya bak rentetan film yang telah diatur. Taehyung tak bisa membiarkan pikirannya tenggelam terlalu dalam. Tangannya secara tak sadar memukul cukup keras stir kemudinya dan menepikan kendarannya di sisi kiri jalan dekat trotoar.

"Sial, " Taehyung meracau merasakan secara perlahan hatinya mulai merasakan perih. Napasnya memburu lantas menyibak rambut hitam legam itu dengan kasar—matanya memerah. Tidak, ia tidak boleh menangis. Taehyung lantas mengambil kaca mobilnya dan mengarahkan kaca itu ke arahnya. Jelas terpampanglah wajah frustrasi seorang Yuhn Taehyung, yang begitu kacau dan menahan amarah. Jujur semua tentang senja dan apa yang disukainya itu penuh dan sesak dengan Kang Seoyung. Jadi kau tahu kan bagaimana rasanya?

" Ayo Yuhn Taehyung. Kau harus bangkit jangan seperti orang bodoh, brengsek." Taehyung berbicara pada dirinya sendiri, memotivasi pun memberi semangat untuk melanjutkan hidup. Taehyung itu hanya kehilangan kekasih bukan udara untuk hidup. Jadi tidak perlu mengkhawatirkan semua hal secara berlebihan, secara semua itu punya porsi masing-masing. Taehyung lantas menautkan sebelah alisnya mengamati semua fitur wajahnya sendiri, lantas sedikit tersenyum.

" kau itu tidak terlalu buruk kok. Cukup tampan dan masih kaya," ujarnya.

Pria jangkung itu menoleh ke samping kiri jalan, ternyata ada kafé yang tidak terlalu ramai tapi jika dilihat-lihat interiornya cukup menarik untuk di singgahi. Lantas membuka pintu mobilnya dan menjejakkan tungkai panjangnya berjalan di trotoar. Sudah cukup lama ia tidak merasakan rasanya bisa pulang lebih awal dan menikmati udara segar. Karena setiap hari yang dapat dirinya lihat adalah setumpuk berkas dan laporan yang membosankan yang seakan menyapanya setiap pagi dan meminta untuk diselesaikan. Sedangkan suasana kota masih cukup ramai untuk kota metropolitan seperti Seoul. Ini juga belum terlalu malam.

Remembrance ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang