13- Advice and bad feeling

582 82 436
                                    

Jalanan yang tidak terlalu lebar dengan sedikit hiasan batu di sisi kiri dan kanan yang mendominasi. Membuat suasananya tenang jauh dari hiruk piruk perkotaan. Pepohonan yang tumbuh rindang, meranggas tertutup salju, bersamaan cuitan burung yang menyapa di balik sangkar hangat itu. Meskipun udara memang sudah sangat dingin sekarang, namun setidaknya Hyerim masih menemukan ketenangan dalam dirinya lewat hal sekecil ini.

Setelah ia sampai pada hunian berlantai dua, dengan ayunan kayu di depannya pada pagi tadi, membuatnya tak berhenti mengulum senyum. Bagaimana tidak, setibanya ia dan Taehyung di kediaman orang tuanya, sosok sang ibu dan ayahnya langsung menyambutnya dengan begitu hangat pun pelukan itu serta merta membuatnya begitu di harapkan kedatangannya. Bersaksi bahwa ibu Taehyung begitu baik, pun cantik luar biasa. Membuatnya mengingat sosok figur, orang yang paling penting dalam hidupnya, orang yang menjadi alasannya untuk tetap hidup dan bertahan—ibunya.

Sangat rindu—rindu sekali. Namun mau bagaimana lagi, bukankah kita tidak bisa melawan takdir? perlahan Hyerim memang mulai mengikhlaskan, dan memilih menjalani dengan sekuat hati. Takdir memang tidak dapat di ubah, namun ia berkeyakinan jika nasibnya bisa berubah apabila ia mau berusaha. Menepis masa lalunya yang begitu suram dan gelap bak cahaya di tengah dasar lautan dalam-tidak akan bersinar dan menemui titik terang. Namun agaknya Hyerim tetap bersikukuh untuk membuat itu bersinar dan bercahaya bagaimanapun caranya.

Wanita yang terduduk di teras rumah menggunakan kaos kaki pun sandal rumahan kini tengah menikmati semilir angin musim dingin di sore hari. Memakai syal dengan rambut yang tergerai. Atensinya terfokus ke depan membuatnya tak mengetahui kehadiran sosok lain di ambang pintu.

"Hyerim-ah " panggil Sora dengan nada lembut seperti biasanya, sambil kedua tangannya membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat dengan kepulan asap yang menguar ke udara, menembus hawa dingin. Pribadi yang di panggil pun menoleh, sedikit merapikan surainya lantas menyelipkannya di belakang telinga. Lantas tersenyum singkat sebelum berdiri dan mempersilahkan ibu Taehyung untuk duduk.

"Ah, nyonya Yuh—maksudku eomma kenapa tidak menyuruh Hyerim membuatnya. Kan, jadi merepotkan seperti ini." ucap Hyerim dengan nada hati-hati, sebelum mendudukkan tubuhnya di kursi kayu dekat ibu Taehyung.

"Aku tau kau pasti lelah, jadi ibu bawakan ini." ucap Sora sebelum mendudukan dirinya dan meletakkan nampan itu di meja bulat minimalis dengan beberapa pahatan orientik di beberapa bagian. Jjang, perhatian sekali astaga, tipe-tipe ibu mertua idaman. Jauh dari kata galak dan mengintimidasi.

"Panggil saja eomma sayang, kau pasti belum terbiasa, ya? " Tambah wanita paruh baya itu bersamaan membenarkan duduknya-sedikit menghadap Hyerim.

"Iya, belum." jujur Hyerim, lantas mengeratkan syal yang ia pakai. Sedikit gugup, padahal lawan bicaranya masih menyelam bersama ketenangan. Demi apapun Hyerim menyukai gaya dan tutur kata ibu dari kekasihnya itu.

"Hmm, tidak apa-apa. Seiring berjalannya waktu kau juga akan terbiasa. Omong-omong, kenapa tidak masuk? udaranya sudah dingin, kau akan mengigil jika terus berada di luar." ujar Sora bersamaan mengangkat cangkir putih itu lantas menyesap tehnya dengan anggun. Astaga, Hyerim dibuat terkagum-kagum perihal perilaku nyonya Sora. Kenapa begitu berkarismatik, wanita itu jadi berpikir apakah mungkin karisma Taehyung berasal dari sang ibu? nampaknya itu pemikiran yang logis.

"Aku hanya terlalu suka dengan suasana di sini eomma, begitu tenang." Sahutnya sebelum ikut mengambil cangkirnya dan menyesapnya dengan hati-hati.

"Kau bisa mampir kapan saja nak, rumah ini akan selalu terbuka untukmu. " Bolehkah Hyerim tenggelam bersama kekaguman, ibu Taehyung begitu ramah, Hyerim tidak kuat jika seperti ini. Bahkan pembicaraannya terlalu manis untuk di akhiri.

Remembrance ✔️Where stories live. Discover now