12- Your lies, make a little doubt

640 91 415
                                    

Sang kartika malam ini agaknya tengah murung kala tak menampakkan dirinya di antara bentangan langit. Menyisakan rembulan yang hanya berpendar sendirian. Angin berdesir menerbangkan surai coklat yang tergerai bebas itu. Hyerim mengeratkan syal berwarna coklat creamnya, tak dapat berbohong jika udara sudah mulai berusaha menembus serat-serat kain yang ia pakai. Apalagi ini memasuki awal musim dingin. Wanita itu kini tengah berada pada sebuah kedai kecil di pinggir jalan untuk membeli jajanan kesukaan sang kekasih apalagi kalau bukan—hotteok. Pancake berbentuk pipih bulat dengan isian coklat dan madu itu memang Taehyung sukai sedari kecil, alasannya klise sekali- karna manis dan enak katanya.

"Bagaimana, apakah enak?" tanya Hyerim saat memberikan jajanan itu pada Taehyung. Keduanya duduk di kursi kayu dekat pohon.

"Tentu saja enak, besok jika aku ingin tolong buatkan juga ya." imbuh Taehyung disela-sela kunyahannya.

"Aish, aku rasanya seperti mengurus bayi beruang besar saja." tutur Hyerim dengan memasang raut wajah lelah, seolah menyerah jika di dobrak dengan permintaan Taehyung yang unik berulang kali.

"Siapa tau kan memang kau yang jadi istriku—" bisik Taehyung pada sebelah telinga Hyerim.Wanita yang mendengar itupun serasa ingin tersedak air liurnya sendiri di kerongkongan. Taehyung ini apa-apaan berkata seenak jidat saja.

"Astaga Yuhn, " untuk kesekian kali, Hyerim hanya dapat mengela napas kasar. Merasakan bersama Taehyung membuat kesabaran dan kegemasannya melalang buana secara bersamaan.

"Ayo berangkat—" ujar taehyung sebelum menelisik jam tangan cartier coklat miliknya. Lantas bangkit dari duduknya. Mengambil tangan Hyerim seperti biasa untuk ia genggam.

"Kenapa kau suka naik kereta, Hye?" tanya Taehyung saat keduanya menuruni beberapa tangga di lorong bawah tanah menuju stasiun kereta.

"Lebih praktis Yuhn, aku tak ingin kau kelelahan jika memaksa menyetir hingga ke Daegu." Ucap Hyerim sambil mendongak sedikit ke atas, kenapa semakin hari Taehyung semakin tinggi. Apa penglihatannya yang salah. Atau dirinya yang mendadak jadi pendek?

"Hmm, kurasa kita punya selera yang sama."

"Perhatiannya, beruntung sekali ya jadi diriku memilikimu." tambah Taehyung lantas menoleh, tersenyum sedikit mengigit bibir bawahnya. Kelopak matanya seolah hilang hanya tertinggal garis matanya saja. Meninggalkan Hyerim dengan semburat merah di kedua sisi pipi.

"Yuhn," ucap Hyerim dengan nada gemas, tak tahu lagi caranya mengimbangi Taehyung jika pria itu terus saja menyerangnya dengan berbagai perkataan dan perbuatan manis. Apakah memang dirinya begitu berarti bagi Taehyung saat ini? Hingga rasa-rasanya Taehyung begitu mendambanya. Membuat Hyerim seakan ingin terus bersyukur dapat bertemu dan memiliki Taehyung.

Keduanya duduk di kursi tunggu sebelum kereta yang dinantikan datang. Mereka akan ke Daegu malam ini, dan akan sampai saat subuh. Taehyung sedang menikmati coklat hangat yang ia beli tadi. Lantas melirik Hyerim di sampingnya yang sedari tadi hanya diam, sambil menggosok-gosokan tangannya. Bukaan ranum itu tampak sedikit mengeluarkan kepulan asap kecil.

Tanpa membuang waktu lebih lama, dan Taehyung pun pada akhirnya meletakkan minuman itu di kursi yang berada di sampingnya. Pria itu mengambil sebelah tangan Hyerim lalu ia taruh di tengah antara kedua tangannya. Mempertemukan hawa dingin dan hangat itu untuk bersatu padu. Lantas tangan besarnya menggosok-gosokkan tangan Hyerim dengan telaten. Menghasilkan semburat kehangatan yang perlahan hadir.

Remembrance ✔️Where stories live. Discover now