14- Painful silence

605 85 337
                                    

Di tengah derasnya rintik salju menghujam, membasahi, mengisinya dengan bulir seputih susu yang membasahi lantai bumi. Pun menghias ranting yang mulai meranggas itu. Kini, malam ini seorang Kang Seoyung datang dengan wajah kelewat frustrasi. Yang sedari tadi menyusun untaian demi untaian kata untuk meyakinkan Taehyung. Membantunya keluar dari jerat lubang yang sangat membuatnya membenci hidupnya lebih dari apapun. Merasa sangat tidak berguna, kala tak dapat menyelesaikan masalah itu- seorang diri.

"Tae, ku mohon bantu aku, sekali ini saja." ucap Seoyung memohon, bahkan iris itu sesekali telah mengeluarkan cairan bening.

"Maafkan aku. " Ucap wanita itu sebelum mempersingkat jaraknya dengan Taehyung. Melingkarkan tangannya pada pinggang pria itu, lantas kepalanya bersandar nyaman di sana. Taehyung tak berkutik, bahkan tangan kekarnya sama sekali tak membalas rengkuhan itu. Tangan itu kini mengepal kuat. Sungguh, Taehyung kini di hadang bingung berkepanjangan, Takut salah melangkah.

"Seo, lepaskan." Tutur Taehyung lantas mencoba mendorong tubuh Seoyung menjauhi dirinya.

"Sebentar saja Tae, hanya sebentar." ucap Seoyung ditengah rengkuhannya. Bahkan tangan itu malah semakin mempererat, dan mengikis jarak keduanya.

Tungkai jenjang berbalut rok vintage bersandal rumahan itu nampak berjalan. Menapakkan kakinya pada halaman depan rumah, yang kini tertutup bulir salju. Mengeratkan mantel dan syalnya—kala esensi hawa dingin semakin membuat rahangnya kaku. Sesekali menghela napas kasar ketika presensi orang yang ia cari tak segera memunculkan batang hidungnya.

"Yuhn." Seru Hyerim, sambil kedua iris hazel itu menelisik ke kanan dan kiri. Kakinya terus berjalan, ia yakin Taehyung masih ada di luar. Terbukti pintu kayu itu masih terbuka.

"Taehyung, kau dimana? Jangan lama-lama di luar, udara sudah semakin dingin." Ujar Hyerim, masih berusaha mencari dimana Taehyung. Astaga, apakah pria mengajaknya bermain petak umpet di luar? Gila saja, mana ada melakukan itu di musim dingin.

"Taehy—" napas Hyerim tiba-tiba tercekat. Bahkan pita suaranya tak dapat melanjutkan ucapannya. Terlalu mendadak, mengejutkannya setengah mati. Hatinya seolah baru saja dihantam ribuan jarum yang begitu tajam. Paru-parunya seakan terlalu penuh dengan karbondioksida hingga mengais oksigen saja rasanya sulit sekali.

"Tae, ajaklah tamumu masuk ke dalam. Cuacanya sedang dingin sekali. " ujar Hyerim sebelum membalikkan tubuhnya. Menahan air mata itu untuk tidak mencelos jatuh, mana kala menemukan seorang wanita bersurai hitam panjang, dengan wajah tak kalah cantik—bahkan lebih cantik dari dirinya, memeluk erat Taehyung. Bahkan pria itu tak melakukan perlawanan sama sekali. Itu lebih menyakitkan dari apapun, sungguh.

Itu pasti Seoyung.

Hmm, cantik sekali.

--

"Brengsek, lepaskan." Taehyung akhirnya berhasil melepas pelukan paksa Seoyung kala rungu dan netranya menemukan sosok Hyerim di depannya. Bahkan wanita itu masih sempat-sempatnya mengingatkan dan memberikannya kepedulian. Padahal jauh di lubuk hati Hyerim, Taehyung tahu wanita itu pasti akan sangat terluka. Sungguh, peduli dengan masalah Seoyung ia harus cepat-cepat mengejar Hyerim dan menjelaskan semua kesalahpahaman ini.

"Tolong, aku mohon. Berhenti membuatku menderita. Biarkan aku bahagia Seo, " ucap Taehyung sambil menyatukan kedua tangannya lantas memohon di depan wajah Seoyung.

"Jebal."

"Aku akan menemuimu lain waktu untuk membicarakan ini. Tolong, menurutlah padaku. Jika kau datang dengan situasi seperti ini. Jangan berharap aku akan membantumu. " tukas pria itu sebelum pergi dan berjalan dengan langkah cepat-mengejar Hyerim.

Remembrance ✔️Where stories live. Discover now