[Story 11]
Aku pikir menikah itu sesuatu yang sakral yang harus dihargai sebisa mungkin, aku pikir itu yang semua orang pikirkan tentang pernikahan. Hingga akhirnya pria berwajah kaku tanpa ekspresi itu muncul menghancurkan stigma tentang pernikahan...
Ini cast Lyodra ya. Udah cucok meong blom? LYODRA ya bukan JASMINE.
Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
⚫⚫⚫
SEMUANYA berawal dari sini, dari tempat ini. Sebuah kisah berawal dari rumah ini. Tentang bagaimana aku tumbuh dan akhirnya bisa menikah dengan Mr. J itu.
"Lyodra, kamu mau di buatin sarapan sekarang gak?"
Gadis yang aku tanya itu hanya melirikku sekilas lalu berdecak sebal. "Ck! Ya sekaranglah, yakali taun depan." ucapnya lalu kembali sibuk dengan handphonenya.
"Kamu mau di masakin apa?"
"Nasi goreng aja."
"Mau di pedesin gak?" Tanyaku lagi memastikan, takut kalau-kalau masakan yang aku buat gak sesuai dengan yang dia mau, kan bisa ribet urusan kalo aku di suruh masak ulang.
Tapi jika tadi dia hanya melirik biasa, sekarang matanya terlihat melotot kesal. "Ihhlu bisa gak sih jangan banyak tanya?asli lu tuh sebenernya pernah sekolah gak sih?!" Kedengarannya sangat kasar bukan? Hehhetapi gapapa, aku udah biasa kok mendapatkan perlakuan seperti itu dari kecil, lagian toh apa yang dia bilang bener. Aku memang sekolah tapi cuma lulusan SMP, jadinya wajar kalo orang kesal denganku yang suka nanya berulang kali.
Namanya Lyodra Adibaskara. Putus sekolah, aku tinggal bersama dengannya di sini. Tadinya aku hanya tinggal di kampung, namun pendidikanku kandas aku ikut dengan keluarga Lyodra di sini. Kadang aku begitu terpukau dengan hidup yang ia miliki. Ia cantik, mempunyai keluarga yang berada serta punya pendidikan yang baik. Sedangkan aku?
Sebenarnya dari dulu tuh aku kepengen banget lanjut sekolah, cuma nenek Lyodra yang melarang, katanya untuk apa sekolah tinggi-tinggi? Toh ujungnya perempuan itu akan berakhir di dapur dan kasur.
Menyedihkan. Padahal aku pengen juga mengenyam pendidikan yang layak walaupun pada akhirnya aku berakhir di dapur. Lagian, aku pengen banget tau punya suami yang berpendidikan, nah tapi kalo akunya aja gak sekolah, emangnya ada laki-laki berpendidikan yang mau meminang?
Meskipun aku dan Lyodra sudah menjadi sepupu jauh, tapi aku tetap saja menyayanginya sebagai saudara, seringkali aku ikut menemani dia belajar, jadinya aku juga bisa mendapatkan ilmu baru.
"Yaudah, aku ke dapur dulu ya buatin kamu nasi goreng,"
"Ya." jawabnya jutek.
Aku kemudian berangsur pergi dari kamarnya, eh tapi kayaknya ada yang kelupaan. Aku kembali membuka pintu kamar Lyodra.
"Lyodra, tadi jadinya kamu mau nasi goreng pedes atau enggak ya?"
Seketika bantal yang ada di pangkuan Lyodra melayang ke wajahku.
