[Story 11]
Aku pikir menikah itu sesuatu yang sakral yang harus dihargai sebisa mungkin, aku pikir itu yang semua orang pikirkan tentang pernikahan. Hingga akhirnya pria berwajah kaku tanpa ekspresi itu muncul menghancurkan stigma tentang pernikahan...
Ekspresi Mas Jul ngeliat kelakuan Jasmine be like :
Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
Sebenarnya sih Mimin lebih capek.
⚫⚫⚫
Bagaimana saya bisa mencintai masa lalu saya di saat saya punya kamu, istri saya.
Hilih. Dasar cowok!
Emang ya semua variasi cowok itu entah mau spesies cowok alim, cowok kutu buku, cowok bad boy, cowok ganteng, cowok pendidikan tinggi sampe bergelar doktor. Kayaknya semuanya aja deh, sama-sama pinter bikin cewek mikirin dia.
Jujur, aku gak tau kenapa Mas Jul sifatnya jadi berubah semenjak kejadian di mobil saat kami pulang belanja dua minggu yang lalu.
Dia nyuekin aku terus tau. Iya, emang sih sebelumnya dia udah cuek, tapi seriusan deh kali ini tuh tingkat cueknya nambah. Ibarat kacamata minus yang makin nambah-nambah terus minusnya.
Aku masih mikir, salahku tuh di mana ya?
Apa aku gak sengaja nyakitin perasaan dia karena bahas masalah mantan calon istrinya dulu?
Tapi masa cuma karena hal itu dia marah. Malah belakangan ini dia jarang pulang, dalam seminggu aja dia nginep di rumah cuma tiga kali. Itu pun cuma datang tidur terus besoknya kerja lagi, masakan yang ada di meja juga gak dia sentuh.
Kalo misalkan aku ada salah sama dia ya mbuh di omongin baik-baik dong, jangan malah nyuekin aku kayak makanan basi kemarin sore. Aku gak suka ya.
Aku mematikan kran air, lalu mengelap tanganku di celana selepas cuci piring, barusan aku udah buatin dia sarapan, awas aja dia pergi gitu aja tanpa nyentuh masakan yang aku buat.
Ku lihat jam di dinding yang menunjukan pukul delapan pagi, itu artinya dia mau berangkat kerja seperti biasa. Okey baik, kalo dia bahkan gak mau ngeliat mataku, gapapa.
Aku bakal ngajak dia ngomong duluan.
Dan benar aja, gak beberapa lama aku pura-pura nyapu di halaman akhirnya dia muncul juga sambil dengan jas putih yang tergantung di lengannya.
Otomatis aku langsung menjatuhkan sapu yang aku pegang lalu datang ke pintu mobilnya, dia sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil.
"Mas Jul!" tanganku menahan pintu yang hendak dia tutup.
Tak sedikit pun dia menoleh padaku, tapi dia nyadar kalo aku panggil.
