⭕ Belanja Bersama

115K 13.7K 3.6K
                                    

   Note : cerita ini saya tulis dalam keadaan mengantuk :)

Typo harap muklam.

Ostnya TOMORROW¦RYU JI HYUN

⚫⚫⚫

         Eumm, manis.

Entah kenapa ucapan Mas Jul tadi kembali membayang di pikiranku. Heran deh, ikannya yang di puji manis, tapi kenapa aku yang senang ya? Ngomong-ngomong kayaknya tadi pas aku cicipin ikannya asin loh bukan manis, mikir aja deh, orang waras mana yang goreng ikan di taburin gula. Cuma ya aku sengaja bilang ikannya manis biar gak terjadi situasi yang canggung. Kan aneh banget kalau aku bilang ikannya gak manis sedangkan Mas Jul ngotot kalau ikan itu manis.

Lain cerita kalo begini ceritanya, saat dia bilang manis, terus dia lanjut ngomong gini :

"Manis, kamunya Min. Bukan ikannya."

Nah kalo gini kan bisa di logis. Eh tapi gak logis juga deh, secara gitu, mana mungkin Mas Jul ngomong gitu. Dia nganggap aku manis aja enggak.

Semakin malam pikiranku makin sesat saja. Mana dari tadi perutku bunyi-bunyi terus lagi, ini nih, ini! Efek kalau makan pencitraan banget. Di pikir-pikir lagi, ngapain aku mesti jaim depan Mas Jul ya? Toh dia suamiku, cepet atau lambat dia akan tau bagaimana porsi makanku, dia akan tau segala kebobrokanku.

Kryukkk...

Aku raba perutku yang berbunyi cukup kencang, berharap cacing-cacing yang ada di sana gak protes.

Sejak pindah ke rumah ini, aku dan Mas Jul memang tidur satu kamar, tapi tidak di satu tempat tidur. Katanya, dulu di rumah nenek kami tidur seranjang hanya biar nenek gak curiga aja, Mas Jul yakin saat malam pertama kami waktu itu, sebenarnya nenek sudah berdiri nguping di depan pintu kamar Mas Jul hanya untuk sekedar memastikan adanya suaranya desahan atau enggak.

Lah tapi tunggu, waktu itu kan kamar di selotin terus aku kunci? Terus yang di takutin Mas Jul tuh sebenernya apa? Nenek nerobos masuk gitu? Kan gak mungkin. Apa nenek punya kekuatan super menembus tembok?

Ntahlah, mungkin Mas Jul punya alasan lain di balik itu.

Untungnya sekarang meski kami sekamar, kami gak perlu tidur satu ranjang. Dia di ranjang--tentunya. Sementara aku di sofa. Lebih nyaman seperti ini, aku bebas tidur ngorok dan guling-guling sesuka hati, kalo di kasur kan gerak dikit takut kena badan Mas Jul. Alamat di lempar aku keluar jendela.

Setiap kami tidur, pasti lampu kamar di matikan. Yang menyala cuma lampu tidur berwarna orens pudar yang ada di sebelah kasur Mas Jul. Ku lirik dia sekilas buat mastiin kalo dia udah tidur apa belum.

"Mas?"
Panggilku.

"Mas, yuhu~"

Tak ada sautan.

Yess!

Itu artinya aku bisa keluar kamar buat cari makanan di kulkas. Yuhuii, cacing cacing di perut, Jasmine datang!

"Mas, Jasmine mau nyari makan dulu ya?" pamitku, padahal tau dengan jelas kalo Mas Jul udah tidur dari tadi.

"Iya Min, iya gapapa. Pergi aja, makan sepuasnya biar kamu tumbuh sehat dan cantik selalu hooohoho." ucapku sambil cekikikan menirukan suara berat Mas Jul.

Aku berjalan mengendap-ngendap ke dapur. Menoleh ke belakang, kiri, kanan untuk mematikan memang hanya ada aku di sini.

Kemudian aku membuka pintu kulkas dengan begitu pelan. Aku amati satu persatu barang yang ada kulkas.

Simbiosis Agreement Where stories live. Discover now