19.Operasi

3.1K 368 84
                                    

SPAM VOTE AND COMMENT ! LOVE YA💙

••••••••••

Seorang pria paruh baya berjas dokter itu keluar dari ruang operasi tempat Lisa berada, raut wajahnya tampak serius hingga membuat Nathan dan lainnya menahan nafas. Anggota basket putra dan putri serta coach Donghae yang juga berada di rumah sakit besar itu juga dilanda rasa khawatir.

"Keluarga pasien?"

"Saya ayahnya dok!" Nathan menghampiri dokter yang seumuran dengannya itu

"Mari ikut ke ruangan saya pak."

Nathan mengikuti langkah dokter yang menangani putrinya, mereka duduk berhadapan.

"Langsung ke intinya saja pak, operasi putri bapak berjalan dengan lancar. Tulang kering kaki kiri pasien nyaris patah bila tidak langsung ditangani. Untuk saat ini oasien tidak diperbolehkan melakukan hal yang bisa membuat tulang kakinya kembali geser, menurut perkiraan pasien dapat berjalan normal dua minggu lagi pak."

Nathan terdiam, sekeras apakah putrinya terjatuh hingga nyaris patah tulang? Dan apa tadi? Dua Minggu?Lisa akan mengamuk jika mendengar ini. Putrinya adalah kapten basket, mustahil ia tak melakukan hal yang berkaitan dengan basket.

"Jadi, anak saya harus di opname atau diperbolehkan pulang dok?"

Dokter itu menatap Nathan kemudian mendengus geli. "Maaf sebelumnya pak, tapi putri bapak sepertinya tidak betah berlama-lama dirumah sakit. Bahkan setelah operasi ia langsung sadar dari obat bius dan mengatakan ingin cepat pulang. Padahal biasanya pasien yang dioperasi akan dirawat selama dua atau tiga hari." Akhirnya kekehan itu muncul dari bibir sang dokter.

Bahkan ia sendiri nyaris tergelak kala Lisa memelototi dirinya yang ingin memberikan suntikan kepada gadis itu.

"Anak saya memang seperti itu dok, jadi saya akan langsung membawanya pulang. Terimakasih atas bantuannya dokter." Nathan berujar ramah, berjabat tangan dengan dokter itu sebelum keluar dari ruangan.

"Tidak perlu berterimakasih pak, itu semua adalah tugas dan kewajiban saya."

Nathan menuju ruangan VIP tempat Lisa berbaring, gadis itu sudah dipindahkan dua puluh menit yang lalu. Sekarang gadis itu sedang merengek ke arah dua adiknya agar diperbolehkan pulang.

"Guan nggak tau kak, kakak harusnya tanya sama daddu." Guanlin frustasi. Melihat kakak tersayangnya merengek ditambah dengan perban putih melilit di kaki kiri kakaknya membuatnya tidak tega.

"Kamu udah diperbolehkan pulang, sayang. Sebenarnya sih belum, tapi karna daddy nggak mau liat kamu mengamuk karna disuntik ya terpaksa pulang." Nathan mendekat ke arah Lisa, mengecup kening anak gadisnya penuh kasih sayang. Lisa memang putrinya yang paling hebat.

Lisa meringis. "Jadi beneran pulang kan dad?" tanyanya dengan mata berbinar yang segera diangguki Nathan. Anak basket yang lainnya ikut gemas dengan tingkah Lisa.

Setelah mengurus administrasi, Nathan meminta izin kepada pak Donghae untuk membawa Lisa dan kedua adiknya pulang dan tentu saja disetujui. Tidak ada gunanya Donghae melarang jika yang meminta adalah Ayah dari pemilik sekolah. Sedangkan anak basket lainnya kembali menuju sekolah dengan bus besar. Mereka membawa kabar gembira dan duka. Gembira karena berhasil meraih kemenangan dan duka karna Lisa mengalami kecelakaan cukup parah.

"Kamu istirahat dulu ya Lis, daddy buatin bubur." Nathan ingin keluar dari kamar Lisa tapi dengan cepat ditahan oleh gadis itu. Ketiga adiknya juga berada disana.

"Nggak mau bubur! Yang sakit kan cuma kaki, mulut aku masih bisa ngerasain makanan lain. Aku nggak suka bubur, dad!" rengeknya, menatap Nathan dengan memelas. Nathan menghela napas, ia tidak bisa menolak permintaan putri sulungnya ini.

TWO CHOICES [Republish]Where stories live. Discover now