Extra Part

1K 57 2
                                    

Fanya's POV

Gue nggak ngerti dengan semua rentetan kesialan yang menghampiri hidup gue dan Ameera belakangan ini. Semua kabar mengejutkan ini bermula dari pesan suara Tafissa di sebuah pagi yang dingin.

She said, "Fan, gue nggak ngerti harus mulai cerita dari mana. Gue udah jahat banget sama lo dan Ameera juga Haris selama ini. Gue titip Ameera, ya."

Tahu gimana respon gue waktu itu? I shocked! Gue belum ngerti apa yang sedang terjadi di antara mereka dan gimana bisa mereka ngelibatin gue saat gue sendiri ada di Bulgaria. Pesan itu berakhir dengan pengabaian–atau lebih tepatnya, gue nunggu agak siangan buat ngubungin Ameera yang emang udah beberapa hari terakhir ngilang tanpa kabar.

Sepanjang yang gue inget, hubungan Ameera dengan Haris memang baru saja berakhir. Beberapa hari nangis-nangis, minta gue temenin, tapi akhirnya dia ngilang. Cuma bales pesan gue singkat-singkat banget dan terkesan lagi nggak mau diganggu. Gue tahu Ameera sedang berada dalam masa transisi. Kalau kata orang, Ameera dan Haris ini bisa dinobatkan jadi 'couple of the year' selama mereka berpacaran. Gue tahu, bubungan mereka bukan jenis hubungan tanpe cela. You know, lah, nggak ada yang bisa menyatukan pikiran dari dua kepala yang berbeda. Namun, mereka nggak pernah menunjukan perbedaan itu di manapun, bahkan ke gue.

Bayangin aja, gimana bisa mereka bikin seisi Nine Bank nggak mengetahui perihal berakhirnya hubungan mereka? Gue tahu ini dari Bu Salsa yang berkali-kali kirim chat ke gue ngungkapin betapa nggak percayanya beliau.

Ditambah, ini bukan perkara masih cinta atau nggak. Gue tahu gimana mereka masih saling sayang, masih saling peduli, masih saling mennguatkan dalam diam. Gue tahu mereka putus bukan karena perbedaan signifikan. Gue tahu mereka putus karena prinsip keluarga Haris.

Gue kenal Ameera dengan baik. Dia nggak akan bersikap kayak gini kalau dia nggak lagi keganggu sama sesuatu.

Kalian tahu gimana perasaan gue saat itu?

Gue berkali-kali ngecek WAG yang anggotanya adalah kami berlima buat mastiin kalau gue nggak ngelewatin apapun di sana. Dan gue emang nggak ngelewatin apapun. Percakapan yang terjadi sangat normal, seperti biasa. Waktu itu, gue cuma mikir, apapun yang sedang terjadi, temen-temen gue udah berubah jadi aktor dan aktris hebat, sih.

Siangnya, gue chat Ameera buat mastiin kalau dia nggak lagi kejebak hectic. Secara ini Senin dan Nine Bank nggak akan ngebiarin pegawainya santai di hari ini. Responnya bikin gue ngelus dada dan yang sebelumnya nggak pernah istighfar, jadi ngucapin kalimat itu berkali-kali.

Dengan santai dan tanpa mengubah intonasi suara, Ameera bilang kalau dia nerima mutasi dari Bu Salsa ke Bulgaria. "Harusnya ini jadi kabar baik buat lo dong, Fan. Bentar lagi kita bakal punya banyak waktu buat shoping dan hang out bareng lagi."

"Lo yakin?" tanya gue memastikan. Berapa tahun gue kenal Ameera dan sejak kapan dia rela jauhan sama Nico?

"Gue yakin lo nanya kayak gini karena lo udah denger sesuatu dari Haris?"

Wait, Haris? Jadi benar ini juga ada hubungannya sama Haris. Gue mencoba ngomong sehalus mungkin, menerka apa yang sebenarnya sedang terjadi. "Jangan bilang lo hamil, Ra."

Ameera kembali tertawa. Sayangnya, gue berhasil menangkap kegetiran di dalam renyah suaranya. "Lo tahu Haris itu safety banget, Fan. Itu nggak akan mungkin. Dan nggak akan pernah lagi sekarang ...."

"Ra, bukan Haris," kata gue akhirnya. Gue nggak tahan buat nyimpen semua ini lagi. Gue bersumpah, kalau seandainya gue lagi sama dia saat ini, gue bakal meluk dia dan minta dia numpahin semuanya ke gue.

"Tafissa?"

"Apa yang sedang terjadi, Ra?"

Hening. Gue inget banget gimana atmosfir yang menyelubungi percakapan kami waktu itu. Bebeda pas gue nenangin Ameera setelah putus dari Haris. Gue Cuma tinggal bilang ke dia kalau dia masih cukup muda dan luar biasa gemilang kalau Cuma mau ngegaet cowok baru. Tapi kali ini beda. Gue tahu ini menyangkut persahabatan kami.

Ameera bilang kalau Haris dan Tafissa mutusin nikah dalam waktu dekat. Double shit! Entah apapun alasan yang mendasari mereka melakukan itu, you know? Itu sama sekali nggak bermoral. Gue bisa pergi hang out sama beberapa pria dalam satu bulan, dengan catatan dia bukan kekasih siapapun atau setelah gue pastikan kalau pria itu nggak sedang berkencan dengan siapa pun. Karena merebut milik orang lain itu ....

"Dia nggak ngerebut Haris dari gue, Fan. Lo lupa kalau gue sama Haris udah putus?"

Dan pertanyaan Ameera nyadarin gue kalau hubungan mereka emang udah berakhir. Meskipun gue tahu, Ameera sama sekali belum selesai dengan hatinya. Dia masih mencintai Haris, juga masih terluka. Tapi Ameera benar. Hubungan mereka emang sudah berakhir dan Tafissa nggak merebut Haris dari siapa pun. Tafissa mengencani Haris yang sudah ... single. Meskipun mengencani mantan kekasih sag=habit sendiri, nggak pernah ada dalam kamus hidup gue.

Tiga bulan sudah berlalu sejak saat itu. Waktu terus berlalu, enggan menunggu. Bertemu, saling mengenal, jatuh cinta, lalu kembali terluka. Bukankah ini memang sebuah siklus yang nggak bisa dihindari?

Gue mengembuskan napas lega. Kali ini, gue kembali berair mata. Bukan karena gue denger berita pengkhianatan lagi. Namun, karena pagi ini, gue ngelihat Ameera turun dari mobil bersama Dimasta–pria yang berhasil menghancurkan hatinya melebihi Haris, tapi juga dicintainya sepenuh hati.

Kemarin malam, sepulang dari The Briliantin–dengan kondisi Ameera mabuk berat, Dimasta meminta gue ngubungin Nico. Setelah semua yang terjadi, dengan sangat mengejutkan, Dimasta bilang kalau dia mau bikin kejutan buat Ameera. Awalnya aku kira dia nggak serius, tapi pas dia nunjukin percakapannya sama Nico. Well, dia serius.

Dan pagi ini, gue berakhir nurutin permintaan Dimasta buat pergi ke Shiroka Laka bareng Nico. Meskipun hubungan kami nggak bisa dikatakan baik-baik saja, gue nggak mau ngerusak suasana hati mereka hanya karena perasaan pribadi.

Di tengah rasa bahagia yang nggak bisa gue gambarin dengan jelas, karena ini di luar bayangan gue, perasaan haru memenuhi dada. Terlebih, saat Dimasta mulai menggenggam jemari Ameera dan ....

"Aku tahu, belum banyak waktu yang kita bagi bersama selama tiga bulan ini, Ra. Dari pertemuan yang nggak disengaja, kita berakhir di sini. Dan aku nggak akan takut lagi sekarang. Retrokognisi? Aku akan berbagi hal-hal menyenangkan denganmu mulai sekarang. Terima kasih karena sudah mau berbagi kenangan menyakitkan itu denganku, Ra. Kamu orang pertama yang berhasil bikin aku jatuh cinta dalam waktu secepat ini. Kamu adalah orang pertama yang bikin aku ngerasa jatuh cinta dan terluka paling dalam. Now, I won't ask you to be my girlfriend anymore. But, the same question with Ella's. Do you want to be my wife?"

Gue nggak tahu apa yang terjadi setelah itu karena pikiran gue terasa penuh. Rasanya baru kemarin Ameera patah hati, pergi ke Bulgaria dengan wajah pucat, bercerita tentang Dimasta, mulai kembali jatuh cinta, patah hati lagi dan sekarang sedang mempertaruhkan hidupnya dalam sebuah jawaban.

Meskipun gue nggak yakin Ameera bakal nerima Dimasta setelah semua yang terjadi, gue tahu dia lebih mengerti perasaannya.

Ameera, kamu harus segera memberinya jawaban.

Chrysanthemum (Diterbitkan oleh KMC Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang