1🦊🐰

14.2K 1.2K 76
                                    

Dua orang anak laki laki sedang bermain dengan gembiranya di sebuah taman bermain yang tak jauh dari rumah kedua anak tersebut. Mereka tampak sangat bahagia, layaknya anak anak lain pada umumnya. Bright dan Win adalah nama dua orang anak itu. Tertawa lepas, berlarian kesana kemari, bahkan tampak keduanya saling berpelukan, layaknya tak ingin berpisah barang sedetik pun.

Ketika keduanya sudah tampak lelah bermain, dua anak itu pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Rumah Bright dan Win bersebalahan. Jadi, Win akan selalu mengantar Bright pulang, dan akan menunggu hingga Bright benar benar masuk ke rumahnya. Sambil memasang wajah sedih, Win pun memeluk Bright dengan erat, sambil berkata

"Jangan pelnah tinggalkan aku Blight. Win tayang Blight" ucap Win dengan kata kata yang belum benar pengucapannya.

"Blight janji tidak akan meninggalkan Win. Blight juga tayang Win" jawab Bright di tengah pelukan keduanya.

Setelah itu, Win melepaskan pelukannya, dan membiarkan Bright masuk ke dalam rumahnya. Dan kemudian, Win pun juga pulang ke rumahnya, yang berada di sebelah rumah Bright sambil memasang muka sedih, karena dia harus berpisah dengan sahabatnya. Walaupun, sebenarnya dia bisa bertemu Bright lagi, dan bermain bersama besok. Mungkin.

Keesokan harinya, Win kecil bangun dari tidurnya, kemudian segera bergegas ke kamar mandi untuk mandi. Setelah itu, dia memasang bajunya sendiri, walau tampak
kesusahan. Saat sudah selesai memasang bajunya, Win kecil ingin membuka pintu kamarnya. Namun, tiba tiba ibunya masuk, dan memandang heran anaknya.

"Kau ingin kemana sayang?" Ucap ibu Win, yang berjongkok di depan Win kecil, sambil mengelus lembut rambut Win.

"Aku ingin ke tempat Blight mae(ibu dalam bhs Thailand). Win ingin mengajak Blight belmain" Ucap Win dengan semangat.

"Tapi, ini masih pagi sayang. Dan mungkin dia belum bangun." ucap ibunya Win dengan lembut.

"Tapi Win sangat melindukan Blight mae" Ucap Win terlihat murung.

"Ya sudah. Win boleh bermain bersama Bright, tapi Win harus membantu mae memasak dulu, lalu kita makan bersama ya?" Ucap ibu Win, dan dijawab oleh anggukan mantap dan senyum lebar dari anaknya ini, sehingga menampakkan gigi kelincinya itu.

Setelah selesai makan, Win dengan semangat berlari keluar rumah, dan menuju rumah Bright yang berada tepat di samping rumahnya. Win berdiri di depan gerbang, sambil tersenyum lebar.

"Blight ayo main" ucap Win dengan semangat.

Namun, tak ada jawaban dari dalam rumah Bright. Rumahnya pun tampak sangat sepi.

"Blight.." panggil Win lagi. Namun, masih belum ada jawaban dari Bright.

Sudah sekitar 1 jam Win menunggu di depan gerbang rumah Bright. Dan belum ada jawaban darinya. Win kecil pun mulai menangis.

"Hiks..hiks..Blight.." lirihnya di tengah tangisannya.

Ibu Win yang baru saja mendengar kabar tentang keluarga Bright dari sang suami pun, langsung bergegas keluar rumah, dan melihat anaknya yang berada di depan pintu gerbang rumah Bright dengan pipi gembilnya yang sudah basah dengan air mata.

"Sayang, ayo kita pulang" ucap ibu Win, sambil mengelus kepala putranya itu.

"Hiks..hiks..tidak mau mae...Win ingin bermain dengan Blight" Ucap Win di tengah tangisannya.

"Iya. Mae tau. Tapi mungkin Bright belum bangun. Jadi kita pulang dulu ya?" Bohong ibu Win, agar anaknya berhenti menangis.

Win pun mengelap kasar air matanya, dan lalu kembali pulang dengan muka sedihnya.

[Di dalam mobil keluarga Bright]

"Mae..Blight tidak mau pergi. Blight ingin belsama Win" ucap Bright, yang matanya sudah berkaca kaca.

Ibu Bright pun sebenarnya tak tega melihat anaknya harus berpisah dengan sahabatnya itu. Namun, mau bagaimana lagi? Mereka harus pindah karena ayah Bright harus mengurus perusahaannya di Bangkok.

Sudah terhitung satu minggu Win tidak bertemu dengan Bright. Setiap pagi pun, Win selalu menunggu di depan rumah Bright, sambil berharap dia bisa bertemu lagi dengan sahabatnya itu. Namun, hasilnya selalu nihil. Hingga ibunya sudah tak tahan melihat putranya yang setiap hari seperti itu, dan memutuskan untuk memberitahu Win tentang Bright.

"Win sayang, mae ingin bicara sebentar" ucap ibu Win, sambil berjongkok, menyejajarkan posisinya dengan anaknya.

"Jadi, Bright dan keluarganya pindah ke luar kota, untuk waktu yang lama. Dan mae tidak tau, apakah Bright dan keluarganya akan kembali lagi atau tidak." Ucap Ibu Win dengan berat hati.

Win yang mendengar itu pun lantas perlahan mengeluarkan air matanya.

"Tidak. Blight sudah beljanji pada Win, bahwa Blight tidak akan meninggalkan Win." Ucap Win sambil menangis. Dan kemudian, Win berlari ke luar rumah, dan menuju rumah Bright.

"Blight jahat. Blight bilang, tak akan meninggalkan Win." Ucap Win di depan rumah Bright.

Ibunya Win pun lalu bergegas mengikuti Win, dan memeluk Win dengan erat, berniat menenangkan putranya itu.

"Sudahlah sayang. Win bisa mencari teman baru lagi ya?" Ucap ibu Win menenangkan.

"Mungkin, Bright juga sudah bahagia bersama teman barunya di sana" lanjut ibu Win.

"Tapi, Win hanya tayang pada Blight." Ucapnya sambil menangis di pelukan ibunya.

"Iya. Mae juga tau, kalau Bright juga sayang sama Win. Tapi, Win harus merelakan Bright, na(ya)?" Ucap ibunya.

"Bright juga pasti akan senang jika mengetahui bahwa Win bisa bahagia bersama teman teman Win yang lain di sini" lanjut ibu Win.

Kemudian, dua orang ibu dan anak ini kembali ke rumahnya.

Setelah beberapa bulan berlalu, di Bangkok, Bright sudah masuk ke sekolah dasar. Bright mendapat banyak teman baru di sana. Dan perlahan dia bisa melupakan Win. Begitu juga dengan Win, yang perlahan mulai bisa melupakan Bright.

Pada saat liburan sekolah, Bright dan keluarganya hendak berlibur ke tempat kediamannya yang dulu. Bright awalnya sangat senang, karena dia bisa bertemu lagi dengan sahabatnya, Win. Namun, di tengah perjalan menuju rumah lamanya, tiba tiba kejadian tak terduga menimpa Bright dan keluarganya.

Mobil yang digunakan Bright dan keluarganya mengalami kecelakaan, dan Bright berakhir dirawat di rumah sakit, dan dirinya koma selama kurang lebih 15 hari. Dan saat dia terbangun dari komanya, dia mendengar bahwa ibunya meninggal. Bright yang saat itu masih sangat kecil itu pun harus menerima kenyataan pahit. Dirinya hanya bisa menangis setiap hari. Dan ayah Bright yang juga syok akan kematian istrinya pun, sedikit depresi, sehingga melampiaskan kemarahannya pada Bright kecil.

Pukulan di pipinya sudah menjadi makanan sehari hari Bright. Dan Bright juga terkadang melihat, ayahnya membawa seorang wanita ke rumahnya.

Setelah melewati masa masa sulit itu, ayah Bright pun perlahan mulai sadar, dan berhenti menyiksa Bright. Namun, soal wanita, dirinya masih tidak bisa berhenti. Bright yang saat itu mentalnya sudah terganggu, karena selalu mendapat perlakuan kasar dari sang ayah pun, mulai tak bisa mengontrol emosinya.


🦊



♥️



🐰

TBC🔪
Vote and comment
Karna menekan tombol bintang, dan mengetik sebuah komentar tak akan sesulit mencintai Bright yang juga dicintai banyak orang. Eaa.

"Your smile always killing me"-Win

HEY! FUCK BOY [BRIGHT VACHIRAWIT]Where stories live. Discover now