10

151 74 48
                                    

     Dari kejauhan mulai terdengar suara sirine mobil polisi membuat siswa pelaku tawuran berlarian tanpa arah.

"Akhirnya gue bisa pulang dengan selamat." Gumam Nazwa

Tapi tunggu sebentar, Nazwa menyipitkan matanya meluruskan pandangan pada sosok laki-laki yang tak berdaya dan dia adalah orang yang sama dengan yang tadi jatuh tepat didepan Nazwa.

Nazwa terus menggigit kuku telunjuknya seraya mondar mandir, bimbang apakah dia harus membantu laki-laki itu atau membiarkan.

Pikirnya jika Nazwa menolong laki-laki tersebut dan polisi datang lalu menangkapnya pasti Nazwa pun akan mendapat masalah, sedangkan hatinya memilih untuk menolong karena bagaimana pun dia sudah tak bisa apa-apa mau berjalan pun terlihat kesakitan. Ditambah lagi lebih kasihan jika dia harus berurusan dengan polisi.

Nazwa langsung berlari menghampiri laki-laki itu dan membantunya berdiri. Kemudian Nazwa menuntunnya berjalan mencari jalan keluar.

Semoga apa yang gue lakuin ini yang terbaik bukan sebaliknya. Batin Nazwa

Nazwa semakin gelisah meski berusaha menghindar tapi pengejaran pihak polisi semakin dekat.

"Ti-tinggalin gu-gue." Ucap laki-laki itu terbata-bata kadang sesekali ia meringis kesakitan.

Nazwa tak menghiraukannya, Nazwa sendiri sudah terlanjur membantunya dan dia tak akan membantu orang setengah-setengah.

Melihat ada jalan kecil, mereka berdua bergegas pergi ke arah itu. Nazwa tahu kalau dirinya tak tahu jalan tapi apadaya dari pada keduanya harus tertanggkap. Mereka pun menyusuri jalan kecil itu sampai tidak terdengar lagi kejaran dari polisi, menengok kebelakang pun sepertinya mereka sudah jauh.

Nazwa memberikan jarak diantara dirinya dengan laki-laki tersebut. Karena merasa tenggorokannya kering, Nazwa mengambil botol minum di tasnya.

"Yah... kosong" beo Nazwa

"Lo haus ?" Tanya orang yang ada didepan Nazwa

Nazwa menganggukkan kepala lalu menyandarkan tubuhnya ditembok, jalan ini sangat sepi sudah pasti tidak akan ada yang menolong mereka berdua.

"Kenapa Lo bantuin gue ?" Tanya-nya lagi

"Kata hati gue." Jawab Nazwa

"Gue Arsyid Bimantara biasa disingkat Abi." Ujar Abi memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya

"Namanya alim tapi orangnya ambyar suka tawuran." Sindir Nazwa seraya menyunggingkan senyuman di bibir tipisnya itu.

"Gue Nazwa" lanjut Nazwa berjabat tangan dengan Abi

Abi melangkahkan kakinya agar ia juga berada disamping Nazwa dan dia juga ikut menyenderkan tubuhnya ditembok sama seperti yang dilakukan Nazwa.

"Gue nggak suka sama Lo." Tutur Nazwa membuat Abi menoleh kearahnya

"Eh maksudnya nama panggilan Lo, terlalu kalem. mending gue panggil nama Lo Mantra aja haha." Ucap Sarah sambil tertawa terbahak-bahak memegangi perutnya yang sedikit sakit karena terlalu banyak ketawa.

Sedangkan Abi mengangkat sebelah halisnya, bingung dengan sikap gadis yang ada didepannya itu.

Seketika tawa Nazwa terhenti saat melihat ada beberapa orang yang keluar dibalik tembok. Dua atau tiga orang tidak ternyata ada lima orang laki-laki yang mendekat ke arah Nazwa dan Abi.

"Waduh gawat, Lo kan dari SMK Oski bisa-bisa Lo dihabisin sama mereka." Bisik Nazwa pada Abi

Abi yang melihat Nazwa mulai ketakutan mencoba menenangkannya dan meyakinkan kalau Abi akan melindunginya.

Mereka berlima yang diketahui dari SMK Nusa sudah ada di hadapan Nazwa dan Abi. Raut wajah mereka sangat bahagia seperti menemukan makanan yang siap disantap.

Abi berdiri didepan Nazwa agar Nazwa bisa terlindungi. Sembunyi-sembunyi Nazwa mencoba membuka layar ponselnya untuk menghubungi seseorang tapi sayang sekali batrenya lowbet.

Salah satu pria mulai memberikan kode ke temannya lewat lirikan mata. Lalu dua orang langsung menghajar Abi secara brutal.

"Naz lari !" Perintah Abi

Nazwa pun menurut dia langsung mempercepat langkahnya tapi ketiga pria tadi dengan cepat menangkap Nazwa.

"Wah lumayan nih kita kerjain haha." Ucap pria yang berada disamping kanan Nazwa

Nazwa memberontak mencoba melepaskan diri namun tenaganya tak sebanding dengan tiga pria yang ada dihapannya itu.

"Mantra tolongin gue" mata Nazwa mulai berkaca-kaca.
Spontan ketiga pria tadi ikut tertawa mendengar panggilan Nazwa pada Abi.

Tidak terdengar balasan dari Abi sepertinya ia jatuh pingsan. Dua orang tadi membawa Abi pergi dengan cara diseret.

Kemudian tiga pria membawa Nazwa ke arah yang berbeda dan melihat sekitaran jalan mulai sepi, barulah mereka keluar dari gang itu.

"Lepasin !" Pinta Nazwa

Nazwa mulai kesakitan karena cengkraman mereka sangat kuat.

Seseorang menepuk pundak salah satu pria disamping Nazwa, saat pria itu menoleh kebelakang tiba-tiba ada hantaman yang membuat dirinya ambruk. Sontak Kedua temannya melonggarkan cengkraman lalu melawan orang itu.

Nazwa ikut menoleh ke belakang, ada rasa lega saat melihat ketiga siswa SMK Nusa sudah terkapar di jalan. Setelah mengalahkan ketiganya, pria itu langsung menghampiri Nazwa dan Nazwa reflek memeluknya dengan erat.

"Kak Deevan gue takut." Ucap Nazwa

Deevan mengelus pucuk kepala Nazwa, pantas saja pirasatnya ia ingin sekali melewati jalan ini jalan yang memang selalu sepi dan sangat jarang orang lewat.
Maka dari itu banyak sekali kejadian-kejadian yang merugikan ditempat ini.

Nazwa tersadar kalau ia sudah lama memeluk Deevan, perlahan Nazwa melepaskan pelukannya.

Nazwa terdiam tak berani menatap Deevan, kejadian waktu pagi terngiang kembali dipikirannya. Saat Deevan menolongnya, Deevan terluka dan belum sembuh. Sekarang harus kembali terluka karenanya.

Tanpa Nazwa sadari air matanya mulai meleleh.

"Kok nangis si ?" Tanya Deevan

"Maafin gue, gara-gara gue Lo terluka." Nazwa masih terisak

Deevan terkekeh melihat Nazwa yang tiba-tiba saja menangis. Lalu Deevan mengambil helm miliknya dan memberikan pada Nazwa.

"Ayo pulang, bunda Lo pasti nyariin." Ajak Deevan

Sesegera mungkin Nazwa menghapus air matanya dan menerima helm itu. Kadang perlakuan lembut Deevan membuat jantungnya berdetak kencang.

Sesampai di depan rumah Nazwa, Nazwa langsung berpamitan pada Deevan.

"Tunggu" membuat langkah Nazwa berhenti bergerak.

Nazwa membalikkan badannya,"kenapa ?" Tanya Nazwa

Bukannya dijawab alih-alih Deevan memberikan ponsel miliknya kepada Nazwa.

"Simpan no WA Lo" tutur Deevan membuat Nazwa melongo

Sesudah itu Nazwa mengembalikannya, dan untuk kedua kalinya Deevan memanggil nama Nazwa.

"Apa lagi kak ?"tanya Nazwa

"Helm gue" seketika senyum Nazwa mengembang, kedua pipinya terasa sangat panas harus menahan malu. Kenapa juga Nazwa bisa lupa kalau dia masih memakai helm milik Deevan.

"Makasih kak"ucap Nazwa sembari memberikan helm

"Hmm" Deevan menerima helm itu dan langsung dipakainya

Kemudian Deevan menjalankan motornya dan melaju dengan kecepatan sedang.

Cieee yang dari kemarin-kemarin susah banget dapetin no-nya Deevan.. ehh sekarang Deevan yang minta langsung

Jangan lupa vote and coment ya :)

Tunggu chapter selanjutnya ya teman-teman :)

NazwaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum