18

102 35 26
                                    


Nazwa langsung masuk kedalam rumah, ia sudah tak sabar ingin membersihkan badannya. Hari ini begitu menyebalkan bagi dirinya, sudah kejadian pagi tadi yang mengenaskan ditambah Nendra tak bisa menjemput Nazwa sehingga ia harus desak-desakan dalam angkutan umum.

Tanpa menyapa Nendra yang baru saja keluar dari kamarnya, Nazwa terus menaiki tangga menuju kamarnya.

"Woy Lo marah Naz ?" Tanya Nendra setengah teriak

Bukan jawaban yang didapat oleh Nendra tapi sebuah dentuman keras saat Nazwa menutu pintu kamarnya keras.

"Buset dah kayaknya tuh bocah marah deh." Tangannya mengelus dada sembari menggelengkan kepalanya.

//

Nazwa sengaja masih membuka jendela kamarnya sampai dinginnya angin malam kian menusuk ke tulang. Nazwa mempersiapkan diri merebahkan tubuhnya seraya menatap langit-langit kamarnya.

Ceklek

Tanpa mengetuk pintu Nendra terus masuk ke dalam kamar Nazwa, ia menyimpan nampan berisi makanan dan cemilan di atas nakas.

Mengetahui kehadiran Nendra, Nazwa membalikkan badannya membelakangi Nendra.

"Ayo lah Naz, jangan kaya anak kecil. Lo kan tahu gue sibuk bukan karena kuliah aja tapi gue juga ngurusin restoran." Jelas Nendra sembari duduk di tepian ranjang Nazwa.

Nazwa masih termenung

Ya, semenjak dulu ayahnya memiliki restoran. Saat ayah meninggal dunia, restoran itu dikelola oleh sahabat ayah yaitu pak Galih.

Tetapi beberapa tahun kemudian sejak pak Galih sering sakit-sakitan barulah Nendra yang menjadi pengurus restoran itu. Waktu itu Nendra masih duduk di kelas 12 tapi sudah bisa menjadi pemilik restoran, dan bunda sering membantu bagian keuangan karena merasa kasihan. Jika saja bunda tak membantu Nendra bisa jadi sekolahnya akan terganggu.

Sampai sekarang restoran tersebut semakin meningkat pesat dan sepenuhnya tanggung jawab Nendra.

"Naz.." panggil Nendra

"Lo belum makan sama sekali. Kenapa si suka banget telat makan, nanti kalau magh gimana ?" Lanjut Nendra berusaha membujuk Nazwa, sebisa mungkin tanpa bunda Nendra harus bisa menjaga adiknya itu.

Nendra mengguncangkan tubuh Nazwa sembari mengatakan," Naz jangan mati dulu, Lo belum liat istri gue. Gue masih jomblo Naz."

Nazwa tersentak, ia langsung mengubah posisinya menjadi duduk dan menghadap Nendra sepenuhnya. Saking kesalnya, Nazwa memukul Nendra dengan bantal guling.

"Nyebelin banget si, kak Nendra nyumpahin Nazwa mati hah ?" Gerutu Nazwa, tatapannya begitu mengintimidasi

"Abisnya Lo diem aja, gue kira udah mati karena belum makan." Nendra menunjukkam deretan giginya membuat Nazwa mendengus kesal.

Nazwa memutar bola matanya malas. Mana ada orang mati cuman gara-gara nggak makan satu kali, kakaknya ini sungguh aneh.

"Sana-sana pergi !" Nazwa mendorong-dorong tubuh Nendra.

"Yaelah gitu amat si sama gue." ucap Nendra

"Kak Nendra tuh nyebelin." Nazwa kembali menutup pintunya kasar lalu menguncinya dari dalam.

Nazwa mengambil makanan yang dibawakan Nendra dan memakannya dengan lahap.

Entah kenapa saat itu juga yang ada dalam pikiran Nazwa terngiang kembali perkataan Deevan bahwa Deevan menyukainya.

Nazwa menghentikan aktifitasnya lalu beranjak keluar menuju balkon kamarnya.

"Bener nggak si dia suka gue ?" Beo Nazwa

Nazwa terus mondar mandir sembari melipatkan kedua tanggannya.

Gue harus lakuin ini batin Nazwa

Nazwa sudah bertekad dan takkan mundur hanya karena masalah kecil, Nazwa akan kembali menjadi wanita kuat, ceria dan penuh tawa bukan sosok wanita lemah.

//

     Nazwa diminta datang ke ruangan bu Ana untuk segera mengumpulkan tugas minggu lalu. Di pertengahan jalan Nazwa melihat Deevan membawa banyak buku paket, tak menunggu waktu lagi Nazwa segera menghampiri Deevan dan memberi bantuan.

"Nggak usah" tolak Deevan dan langsung melewati Nazwa begitu saja

Nazwa tak menyerah, ia terus mengejar Deevan namun langkahnya terhenti karena mendadak jatuh ke lantai yang disebabkan tali sepatunya lepas.

Sialan segala jatuh lagi batin Nazwa yang terus merutuki dirinya sendiri karena ceroboh

"Aduh..." Nazwa meringis menahan nyeri dilututnya

Deevan menoleh ke belakang dan mendapati Nazwa yang sedang meringis kesakitan menyebabkan Deevan merasa iba.

Sementara Deevan menyimpan semua buku paket di kursi panjang. Kemudian Deevan mendekat dan memberikan uluran tangannya.

Nazwa mendongakkan kepalanya memandang Deevan lekat.

Ternyata dia peduli juga hati Nazwa bersorak penuh gembira

Nazwa menerima uluran tangan Deevan dan mengucapkan terima kasih.

"Gue bantu ya kak" Nazwa bergegas mengambil beberapa buku. Mendadak Deevan menghentikan Nazwa.

"Kenapa kak ?" Nazwa mengernyitkan dahinya

tanpa aba-aba Deevan langsung berjongkok dan berniat membenarkan tali sepatu Nazwa yang terus dibiarkan lepas.

Mata Nazwa melotot hingga reflek menjatuhkan buku yang ada ditangannya, untung saja tidak mengenai kepala Deevan.

O

tomatis Nazwa ikut berjongkok untuk mengambil buku tersebut sehingga kepala Nazwa beradu dengan kepala Deevan.

"Aww" ucap Nazwa dan Deevan bersamaan

"Maaf kak" ujar Nazwa

"Iya" Deevan beralih ke buku-buku yang berserakan dan memungutinya satu persatu.

Nazwa merebut kembali buku dari Deevan sembari mengajak Deevan agar segera pergi.









Wah wah Nazwa akan berubah dan bertekad, lalu apa selanjutnya ya yang akan dilakukan Nazwa ??

Kuy tunggu kisah selanjutnya

.

.

.

Padahal nih otak udah kemana-mana nggak karuan. Korbannya nih cerita sedikit gaje hehe

Btw tetep ya tinggalin jejak buat penyemangat agar selanjutnya aku bisa cepet-cepet lanjutin sekalian comment ya :)

Semoga suka sama ceritanya

NazwaWhere stories live. Discover now