Episode 4

8.5K 436 5
                                    

Bab 4 🍁 Bukti Pengkhianatan

Brakk!

Pyarr!

Pak Bagas marah dengan menghamburkan semua barang yang berada di atas meja kerjanya, bahkan bingkai foto dan laptop mahal tidak lepas dari amukannya.

Laptop itu seketika hancur berkeping-keping, seperti hatinya yang hancur dan terluka oleh penghianatan sang istri yang mulai dicintainya. Ya, pak Bagas baru saja menyaksikan adegan mesra istrinya dengan selingkuhannya. Yang tidak lain adalah kekasih putrinya, lewat CCTV yang terpasang di samping depan gerbang rumahnya.

'Wanita rendahan kamu, Devi! Tega sekali kamu mengkhianati-ku, bahkan kamu melakukannya dengan kekasih putriku! Aku tidak akan memaafkan kamu, sungguh!' geram Pak Bagas dengan hati yang terluka, bahkan tanpa sadar air matanya menetes membasahi pipinya.

Namun, Pak Bagas merasa binggung. 'Apa, yang harus aku lakukan. Kiran begitu menyayangi, Devi. Kalau Kiran tahu, bahwa Rian berselingkuh dengan Devi apa yang akan Dia rasakan. Pasti Kiran akan terluka sama sepertiku saat ini, dan aku tidak mau Kiran sampai terluka bahkan menangisi orang-orang seperti mereka,' seketika Pak Bagas, luruh lemas terduduk di kursi kebesarannya.

Pak Bagas menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, tapi tetap saja air mata yang sekuat ia tahan luruh terus menerus berjatuhan. Ia sama sekali tidak berminat melanjutkan pekerjaannya, padahal sekarang masih pukul 11.00 siang.

Saat Pak Bagas mulai tenang, ia melihat bingkai foto yang hancur menyisakan fotonya bersama, Bu Devi dan Kiran. Dalam foto yang ia ambil saat liburan ke Bali, saat berlibur ke pantai. Sesaat ia mengingat semua momen indah bersama bu Devi, dan Kiran. Di foto itu terlihat senyuman indah Bu Devi, sambil memeluk Kiran di tengah-tengahnya.

Tersadar akan penghianatan Bu Devi, Pak Bagas langsung merobek foto yang saat ini berada di tangannya. Sengaja ia hanya merobek bagian Devi saja, karena ia tidak mau merobek foto putrinya.

Pak Bagas merobek foto Bu Devi, hingga nenjadi potongan kecil-kecil. Lalu meleparkan foto Bu Devi, seketika foto yang sudah menjadi potongan kecil-kecil itu berhamburan di lantai kantor Pak Bagas.

*

Di dalam rumah Pak Bagas, Bu Devi masih berada dalam kamar mandi, ia sedang membersihkan dirinya dari aroma percintaan dengan Rian. Sebab waktu dihotel tadi pagi ia tidak sempat sekedar untuk mandi, selama ia membersihkan tetap saja tidak menghilangkan beberapa tanda merah yang cercetak di dadanya.

Bu Devi begitu khawatir dan frustrasi bila mengingat kalau suaminya nanti malam meminta haknya, dan melihat tanda merah di dadanya apa yang harus ia katakan.

'Mati, aku,' guman bu Devi lirih, sambil terus menggosok tanda merah di dadanya dengan spon yang sudah diberi cairan sabun.

'Ah... Aku bilang saja sama Mas Bagas, kalau aku lagi halangan. Pasti Mas Bagas mengerti, dan tidak meminta haknya padaku. Ya, aku bilang begitu saja,' batinnya Bu Devi.

Setelah mempunyai ide seperti itu, Bu Devi langsung sumringah. Tidak lagi frustasi maupun binggung lagi, apabila suaminya meminta haknya nanti malam ia sudah mempersiapkan kata halus untuk menolak ajakan suaminya.

Bu Devi pun menyelesaikan acara mandinya, setelah itu ia keluar dari kamar mandi dan mengganti pakaiannya. Malam ini Ia ingin berdandan cantik, supaya suaminya makin mencintainya. Agar apa yang dilakukan bersama Rian, tidak pernah diketahui oleh suaminya.

**

Waktu sudah menjelang magrib, Pak Bagas baru saja memberhentikan mobilnya di garasi mobil. Meski ia mampu menggaji supir, untuk mengantar pulang pergi ke kantor ia tidak mempekerjakan supir untuk mengantarnya. Pak Bagas lebih senang mengendarai mobilnya sendiri, saat ia keluar dari dalam mobil. Ia tidak melihat mobil putrinya, tandanya putrinya masih berada di tokonya.

PENGHIANATAN CINTAWhere stories live. Discover now