Episode 9

7.7K 323 42
                                    

🍁 Kesempatan kedua

Di pelataran depan rumah yang cukup besar dan megah itu, terlihat Pak Bagas sedang memasuki mobil dengan dikendarai sang supir pribadinya. Pak Bagas pagi ini sedang terburu-buru mengejar jadwal penerbangan pesawat, yang akan ia tumpangi.

Pak Bagas akan pergi keluar kota mengerjakan beberapa pekerjaan di kantor cabangnya, mungkin dalam seminggu ia harus berada di luar kota. Sebelum pergi ia sudah mengirimkan pesan pada Kiran putrinya, kalau saat ini ia sudah berangkat dengan penerbangan pagi.

Mobil pun mulai melaju, dengan kecepatan sedang. Pak Bagas yakin putrinya akan dalam keadaan aman jika bersama Xavier saat ini, sedangkan di dalam kamarnya terlihat Bu Devi baru saja selesai mandi.

Bu Devi melangkah menuju lemari, berniat mengambil pakaian ganti. Namun, gerakannya terhenti ketika ia melihat bungkusan kado berwarna merah marron. Yang terselip di tumpukan baju tempat pakaian Pak Bagas, kado yang sengaja Xavier beli, ia khususkan untuk Kiran.

Sengaja paek Bagas memisahkan kado itu dari yang lain, karena ia yakin jika di dalamnya terdapat benda berharga dan hanya Kiran yang berhak membuka kado itu.

'Apa ini?' tanya Bu Devi pada dirinya sendiri, sambil membuka bungkusan kado.

Degg!

'Wahh ... Berlian! Ini berlian, iya, ini benar-benar berlian. Haha ... aku akan menjualnya, pasti harganya mahal,' guman Bu Devi bahagia, saat ia melihat kado yang berisikan berlian.

'Aku tidak jadi miskin, aku kaya raya sekarang. Haha ... aku bisa membaginya sama Rian, pasti dia akan suka,' lanjutnya.

Dalam kamarnya Bu Devi seperti orang gila, ia beriak dan tertawa karena ia begitu bahagia tidak jadi miskin setelah diceraikan oleh Pak Bagas. Meskipun suaminya tidak lagi memberikan uang padanya, ia tidak perlu khawatir lagi.

****

Dalam semalaman Rian terus berputar-putar mencari keberadaan Kiran kekasihnya, tempat-tempat yang sering ia datangi bersama Kiran sudah ia jelajahi. Bahkan di toko kue Kiran ia tidak menemukan kekasihnya.

'Dimana kamu, Sayang, Maaf. Aku bersalah padamu,' guman Rian keras, sambil menyetir mobil.

 Penampilan Rian begitu kacau, rambut berantakan, wajah yang dipenuhi rasa khawatir dan pakaian yang kusut. 'Aku harus melihat Kiran di rumahnya, aku yakin pasti Dia sudah pulang,' guman Rian lirih.

Rian pun memutar arah laju mobilnya menuju ke arah rumah Kiran, ia berharap mendapatkan maaf dari kekasihnya.

****

Di apartemen mewah itu, terlihat Xavier sedang menikmati kopi hitam untuk menghilangkan rasa kantuknya.

Sambil membaca laporan yang berkaitan dengan perkembangan saham, senyum kecil mengembang disudut bibirnya saat ia melihat sahamnya terus meningkat.

Semalaman Xavier tidak tidur sama sekali, ia terus memeluk untuk memberikan kehangatan pada tubuh Kiran.

Bahkan saat Kiran terus menangis dalam tidurnya, dengan sabar ia menenangkan gadis mungil itu, sambil mengelus punggungnya.

Hingga kemeja yang di pakai Xavier basah karena air mata, hampir 30 menit akhirnya Kiran sudah mulai tenang dari tangisannya. Bahkan badan gadis mungilnya juga mulai terasa hangat, membuat ia tenang.

Setelah memastikan Kiran sudah tertidur dengan tenang, Xavier pun turun dari ranjangnya. Ia tidak ingin berada dalam satu ranjang, dengan wanita yang bisa membuat hasratnya terpancing. Apalagi di situasi dekat seperti tadi, ia takut khilaf.

 Setelah Xavier turun dan mengganti kemejanya yang basah, ia mulai mengambil ponselnya lalu mengubungi Maria pelayan kepercayaannya. Untuk membantu kepentingan Kiran dan membuatkan keduanya makanan.

PENGHIANATAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang