Episode 10

7.9K 364 4
                                    

🍁 Pandangan Yang Menyakitkan

Sudah hampir empat hari, hubungan asmara Kiran dan Rian semakin membaik dari sebelumnya. Setiap hari Kiran selalu di antar jemput Rian, jika pergi maupun pulang ke toko kue miliknya. Seperti pagi ini ia sudah bersiap karena ia sedang mendapatkan banyak pesanan kue.

Di lantai bawah, Bu Devi seperti biasa berniat membangunkan Kiran. Ia pun mulai melangkah kaki menuju lantai dua, menuju kamar Kiran.

"Sayang, kamu sudah bangun? Baru juga Ibu mau bangunin kamu, tidak tahunya kamu sudah bangun dan rapi," ujar Bu Devi, sambil memasuki kamar Kiran.

"Hmm ... lain kali, Anda tidak perlu untuk membangunkan saya lagi. Karena saya sudah bisa bangun sendiri, tanpa harus di bangunkan lebih dahulu," jawab Kiran dengan nada dinginnya.

"Baiklah, kalau itu mau kamu. Ibu tidak akan rugi juga," ujar Bu Devi datar, karena ia tahu putrinya marah mungkin juga membencinya.

"Oh, satu lagi. Jangan pernah masuk ke kamar saya, jika tidak ada yang penting," Kiran berkata sambil berjalan keluar kamarnya, dengan nada peringatan setelah itu ia turun ke lantai bawah.

'Dasar Gadis tidak tahu berterima kasih, untung aku masih bersikap lembut dan baik. Karena pesan Ayah kamu, jika tidak aku pastikan kamu menderita. Akan aku balas penghinaan ini dengan merebut Rian dari sisimu, dan aku tahu caranya," serigai Bu Devi, karena merasa kesal akan sikap dingin Kiran padanya selama 4 hari ini.

Kiran pergi tanpa sarapan terlebih dahulu, dan itu membuat maag nya sering kambuh. Ya, semenjak ia mengetahui penghianatan kekasihnya dan Ibunya selera makannya menurun. Ia menerima kekasihnya kembali, bukan berarti ia melupakan semua kesalahan yang dilakukan oleh kekasihnya itu.

Kiran masih menyimpan luka di hatinya, meskipun ia terlihat bahagia dan sebab ia masih mencintai Rian. Tapi ia tidak bisa menutupi jika memang ia terluka, katakan kalau Ia bodoh. Telah memberikan kesempatan kedua pada Rian, setelah kekasihnya itu menyakitinya begitu dalam.

Namun, keputusan yang Kiran ambil adalah untuk kebaikan semua. Ia ingin hubungan rumah tangga ayah dan ibunya aman dan utuh tanpa adanya perpisahan.

Sedangkan di bawah, sudah terlihat Rian dengan pakaian kantornya sambil bersandar di body mobil.

"Selamat pagi, Sayang," ucap Rian, ketika melihat kekasihnya yang berjalan menghampiri nya.

"Pagi juga, Sayang. Bisa kita langsung berangkat saja, karena di toko banyak yang harus aku kerjakan," jawab Kiran tersenyum lembut, dan mensejajarkan tubuhnya di depan Rian.

"Apapun untukmu, Sayang. Aku akan mengantarmu sekarang. Apakah kamu sudah sarapan? Kalau belum, kita cari tempat untuk sarapan dulu, sebelum pergi ke toko," ujar Rian perhatian.

"Tidak, perlu. Aku sudah sarapan kok, kita berangkat sekarang saja," tolak Kiran berbohong, nyatanya ia belum sarapan.

"Baiklah, aku akan mengantarmu," ujar Rian lembut, lalu membukakan pintu untuk Kiran.

Setengah jam kemudian mobil yang dikendarai Rian berhenti di toko kue yang lumayan besar, Kiran sudah turun tanpa menunggu dibukakan pintu oleh kekasihnya.

"Tidak perlu menjemputku, ya. Karena hari ini,aku mendapatkan banyak pesanan kue. Jadi, biar supir di rumah saja yang menjemputku," ujar Kiran lembut.

"Baiklah, kalau ada apa-apa telepon aku saja," jawab Rian tidak kalah lembut, lalu mencium kening Kiran lbut.

Kiran yang mendengar itu, hanya mengganggukkan kepala sambil tersenyum.

"Ya, sudah. Aku berangkat ke kantor dulu," pamit Rian. "Hati-hati," sahut Kiran lembut.

PENGHIANATAN CINTAOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz