Episode 17

5.5K 253 3
                                    

🍂 Hilangnya Rasa Kepercayaan

Kiran dan Malik berjalan beriringan menuju kamar Pak Bagas, selama perjalanan tidak ada percakapan di antara mereka. Hingga keduanya mulai memasuki kamar, dan Kiranlah yang membukakan pintu.

Sesaat Kiran menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan pria, yang beberapa saat yang lalu telah resmi jadi kekasihnya.

'Kemana dia, ya?' tanyanya dalam hati, sembari melangkah menuju brankar ayahnya.

"Assalamu'alaikum, Ayah."

"Ada Om Malik, nih. Kebetulan ketemu di depan, dengan perempuan ular itu," rajuk Kiran tidak suka, ketika ia teringat Bu Devi.

"Wa'alaikumussalam, Sayang."

"Selamat siang Pak, bagaimana kabar Anda?" Malik berucap salam sembari, menanyakan kabar.

"Alhamdulillah, sudah baikan. Mungkin dalam minggu ini, sudah bisa pulang," jawab Pak Bagas jujur, karena ia merasa lebih baik.

"Oh, syukurlah saya turut senang mendengarnya," ucap Malik, berbasa-basi sembari memikirkan rencananya.

'Aku harus mendapatkan tanda tangan Pak Bagas, bagaimana pun caranya. Tapi ada Kiran di sini, dia akan mengacaukan rencanaku bila dia terus di sini. Lebih baik aku suruh dia keluar saja, dan aku lebih mudah minta tanda tangan Ayahnya,' batin Malik.

Di saat Malik sedang melamun, sembari menyusun rencananya. Pak Bagas teringat akan ucapan putrinya, ia pun penasaran siapa wanita yang bersama orang kepercayaannya, datang kemari. Namun, sayangnya tidak disukai putrinya.

"Sayang ... siapa wanita yang kamu maksud tadi datang bersama, Om Malik?" tanya Pak Bagas pada Kiran yang tengah mengupas jeruk.

"Itu ... Ibu, ah, bukan si Devi datang sama Om Malik. Kiran tidak suka wanita itu datang, apalagi ingin menemui Ayah. Kiran, suruh Om Malik mengusirnya, dan cukup lama mereka bicara sebelum wanita itu benar-benar pergi," adu Kiran jujur.

'Malik bersama Devi, tidak biasanya? Ada hubungan apa diantara mereka, karena setahuku mereka tidak dekat. Ataukah mereka mempunyai hubungan selama ini, dan aku tidak mengetahuinya.'

'Jika memang betul apa yang di katakan Kiran tadi, berarti diantara mereka ada sesuatu dan aku harus waspada. Karena bisa saja Malik mengkhianatiku,' batinnya Pak Bagas, sembari melihat melihat Malik.

"Oh, begitu. Ya, sudah kamu keluar dulu. Karena ada hal penting yang harus Ayah bicarakan sama Om Malik, sebentar saja. Hanya lima menit, setelah itu kamu kemari, ya, Sayang,'' ucap Pak Bagas dengan nada lembut.

"Iya, Yah. Kiran keluar dulu, sekalian mau mencari Tuan Xavier," jawab Kiran patuh, dengan senyumannya.

"Kenapa masih memanggil Tuan Xavier, bukannya saat ini kamu sudah resmi jadi kekasihnya, Nak," goda Pak Bagas.

"Ihh, Ayah. Kenapa bisa tahu, sih. Kiran 'kan jadi malu," rajuk Kiran dengan wajah memerah karena malu.
***

Kiran pun berlari keluar, sembari menutupi wajahnya yang memarah. Hingga ia tidak melihat ke arah di depannya.

Brukk!

Kiran menabrak sesuatu yang cukup keras. Namun, ia tidak merasa sakit pada tubuhnya.

"Kenapa lari-lari, kalau jatuh bagaimana?" gumam suara yang mulai ia kenal, yang tidak lain adalah suara Xavier.

Kirang yang mendengar itu langsung mendonggakkan kepala, melihat wajah pria yang mulai ada di pikirannya.

"Kanapa wajah kamu memerah, apa kamu sedang sakit, Baby?" tanya Xavier dengan raut wajah khawatir, sembari menangkup wajah wanitanya.

PENGHIANATAN CINTAWhere stories live. Discover now