Episode 13

7K 290 6
                                    

🍁 Kalimat Yang Mengejutkan

"A--air ...,'' terdengar suara lirih Pak Bagas, tapi tidak ada orang dalam ruang perawatan VVIP itu.

"Air ---"

Cekelek!

"Tuan Bagas!" panggil Xavier kaget, sambil berlari menghampiri Pak Bagas di ranjang perawatannya.

"Syukurlah Anda sudah sadar, Tuan," lanjut Xavier senang.

"A--air ...," ujar Pak Bagas terbata, setelah sadar dari masa kritisnya.

"Sebentar akan saya ambilkan," jawab Xavier langsung bergegas mengambil air putih yang berada di atas nakas.

"Pelan-pelan ...," Xavier membantu Pak Bagas minum, dengan sedikit mengangkat tubuh Pak Bagas.

"Terima kasih. Di mana Kiran putri saya? Dia tidak apa-apa 'kan, Tuan?" panik Pak Bagas ketika ia tidak melihat keberadaan putrinya.

"Tenanglah, Tuan. Putri Anda tidak apa-apa, dia sedang beristirahat jadi Anda bisa tenang," jawab Xavier setenang mungkin, karena ia binggung harus berkata jujur atau tidak.

Sebab Kiran masih dalam keadaan pingsan, Xavier sengaja meninggalkan Kiran sebentar karena ia kepikiran akan keadaan Pak Bagas.

Xavier pun ingin memastikan apakah Pak Bagas sudah sadar apa belum, dan ternyata apa yang ia pikirkan menjadi kenyataan ketika ia masuk ruang perawatan, Pak Bagas sudah sadar. Tanpa ditemani perawat, sedangkan Jack hanya ia tugaskan berjaga di depan.

"Saya tahu ada yang Anda sedang sembunyikan tentang keberadaan Putri saya 'kan Tuan, apakah maag Putri saya kambuh lagi. Ck, dasar Gadis nakal. Selalu saja melewatkan jam makannya, ketika saya tinggal pergi ke luar kota," gemasnya sambil mengingat wajah Kiran.

"Iya, biar Kiran beristirahat. Setelah ia bangun nanti, tolong kasih dia bubur dengan sop hangat. Itu adalah makanan kesukaannya, jika dia makan makanan kasar perutnya tidak akan menerima. Maka ia akan merasakan sakit di perutnya," lanjut Pak Bagas berkata pelan, tapi tersenyum ketika mengingat Kiran.

Xavier merasa senang ketika Pak Bagas mau berbagi cerita tentang apa yang menjadi kesukaan Kiran padanya, entah mengapa ia merasa ada yang aneh dari semua perkataan Ayah Kiran padanya.

"Tentu saja, saya akan mengingat apa yang Anda ucapkan tadi," jawab Xavier sedikit menyungingkan senyum.

"Terimakasih, Tuan," ucap Pak Bagas tulus.

"Bisakah saya meminta tolong sama Anda, Tuan Xavier?" ujar Pak Bagas dengan sorot mata memohon, sambil meraih tangan kanan Xavier yang berada di sampingnya, lalu menggenggam sedikit erat.

"Katakan, jika bisa. Saya akan membantu Anda, Tuan Bagas," jawab Xavier cepat, dengan perasaan mulai tidak tenang. Entah mengapa ia merasakan firasat yang buruk.

"Tolong jaga Kiran untuk saya, dia sudah tidak punya siapa-siapa selain saya. Sebab saya merasa tidak mempunyai banyak waktu lagi ---" ucapan Pak Bagas terpotong.

"Jangan bicara seperti itu! Saya tidak mau mendengar, karena saya tidak pantas menjaga wanita seperti Kiran, Tuan. Jadi saya mohon bertahan dan cepat sembuh, sebab saya tidak mau melihat Kiran menangis dan bersedih jika kehilangan Anda," ujar Xavier dengan nafas memburu.

"Tolong cepat sembuh, Tuan. Bertahanlah demi Putri kesayangan Anda, apa Anda senang melihat dia bersedih dan wajah cantiknya dipenuhi air mata. Saya saja tidak suka melihat dia bersedih, apalagi melihat dia menangis," marah Xavier tidak terima, jika Pak Bagas berkata seperti itu.

kata-kata memohon adalah kata keramat pertama, yang Xavier ucapkan pada orang lain. Karena selama ini ia tidah pernah memohon, atau merendahkan harga dirinya pada orang lain.

PENGHIANATAN CINTAWhere stories live. Discover now