Episode 11

7.2K 332 26
                                    

🍁 Aku Membencimu

Hiks ... hiks!

Tap ... tap ... tapp!

Kiran berlari dengan semua kekuatan yang ia punya, ia ingin cepat pergi jauh. Sejauh mungkin membawa luka dalam hatinya.

"Pembohong! Penghianat ... Kamu membohongiku, Rian. Kamu menghancurkan kepercayaanku, hiks, aku membencimu. Sangat, hiks ... hiks," monolognya, sambil berlari meninggalkan rumahn, dan berlari tidak tentu arah.

Di dalam rumah, terlihat Pak Bagas berlari menuruni tangga dengan di ikuti Rian di belakangnya. Ketika sampai di bawah, Pak Bagas dengan kemarahannya langsung memukul Rian.

Bugh ... bugh!

Bugh ... bugh!

Akkh!

"Bajingan kau! Berani kamu menyakiti Putriku, hanya untuk mendapatkan bekas jalang murahan itu. Kamu berani menyakiti Putriku, hah! Dasar Pria rendahan kamu." ujar Pak Bagas dengan di penuhi emosi, sambil menyengkeram kerah kemeja Rian.

"Maa--maafkan saya, Om. Saya minta maaf, saya khilaf," mohon Rian langsung bersimpuh di kaki Pak Bagas, dan ia tidak menghiraukan rasa sakit di wajah dan perutnya akibat pukulan Pak Bagas.

"Ciih, maaf katamu? Jangan harap kamu mendapatkan dariku, aku tidak akan pernah mau memaafkan apalagi mengizinkan kamu mendekati Putriku lagi."

"Mulai malam ini menjauhlah dari kehidupan Putriku, jika kamu berani mendekatinya aku akan membuatmu menderita bahkan membusuk di penjara. Camkan itu, bajingan!" geram Pak Bagas, sambil menendang dada Rian.
 
Setelah mengatakan dan menendang Rian, Pak Bagas berlari lagi mencari kemana arah putrinya pergi.

'Kemana kamu perginya, Sayang. Kembalilah, masih ada Ayah yang akan membantu menyembuhkan luka dihatimu. Jangan buat Ayah khawatir, Sayang, hiks," guman Pak Bagas, sambil terus berlari menyusuri jalan trotoar.

Mata teduh itu seketika berembun, saat ia mengingat putrinya yang saat ini pergi dengan membawa luka di hatinya.

'Aaww ...,' rintih Rian, sambil berdiri lalu mulai berlari mencari Kiran.

****

Di dalam kamar bernuasa putih itu, seprai tempat tidur terlihat amat lusuh dan kusut, bahkan bisa di katakan beranyakan. Namun tidak bisa menghilangkan rona bahagia dari wajah cantik meski di umur yang tidak lagi muda itu.

Bu Devi merasa bahagia, setelah melihat kehancuran hati dari dua orang yang pernah menolongnya dari masa-masa sulitnya dulu.

Hingga ia bisa dapat merasakan kenyamanan dan kemewahan yang belum pernah ia dapatkan, namun hatinya serta hasratnya masih haus akan kehangatan tapi itu ia tidak dapatkan dari Pak Bagas.

Melainkan hanya Rian 'lah yang menjadi seseorang yang bisa memuaskan hasratnya, sejak pertemuan pertama dengan kekasih putrinya itu. Ia memendam perasaan dan hasrat sekaligus, bak gayung bersambut Rian pun menginginkan hal yang sama meski dalam artian yang berbeda.

Rian hanya menginginkan uangnya, dan Bu Devi menginginkan kepuasan, dengan senang hati ia memberikan apa yang dia mau. Sebab setelah ia memberikan uang, ia akan mendapatkan apa yang tidak pernah ia dapatkankan dari suaminya dan kekasihnya dahulu.

Malam ini dengan hati yang mantap, Bu Devi mulai mengambil beberapa stel pakaian dan beberapa kotak emas maupun berlian yang sempat ia beli dari uang suaminya. Mulai ia masukkan ke dalam koper besar, sedangkan berlian yang ia temukan di lemari tepat di tumpukan pakaian suaminya sudah ia jual.

Uang itu sudah aman dalam Bank, dan kapan saja bisa Bu Devi ambil. Malam yang sepi ketika Pak Bagas sedang khawar dan mencari Kiran. Ia malah pergi meninggalkan rumah serta kamar yang menjadi saksi tempat perselingkuhannya dan membuat luka

PENGHIANATAN CINTAWhere stories live. Discover now