Episode 20

7.2K 283 5
                                    

🍁 Rencana Tersembunyi

Setelah kejadian yang sempat membuat kondisi Pak Bagas menurun, kini semua sudah kembali normal.

Pak Bagas sudah diperbolehkan untuk pulang, dan itu membuat hati Kiran amat bahagia sekaligus bersyukur. Karena segala kesulitan dalam beberapa hari ini terlewati, meski banyak menguras emosi.

Tidak henti-hentinya Kiran mengucap syukur pada sang pemberi hidup, ketika setiap doanya diijabah oleh Allah.

Ketika ayahnya ada dalam ambang kematian, dengan baik Allah mengirim penyelamatnya melalui tangan sang kekasih Xavier.

Kini Kiran tidak ragu lagi, kalau hatinya mulai berdebar karena pria yang terlihat tampan. Namun, dingin dan kasar di mata orang lain.

Seorang pria yang melewati masa kelam dalam hidupnya, kini mulai berubah dengan seiring berjalannya hubungan keduanya.

Ya, Xavier kini tidak lagi menyentuh minuman maupun pergi ke club lagi. Ia juga tidak pernah menyentuh wanitanya melebihi batas, karena ia tahu wanitanya sangat menjaga dirinya.

Meskipun itu adalah kekasihnya sendiri, dalam artian. Xavier hanya akan mencium kening wanita, selebihnya hanya sekadar memeluk biasa.

"Nak, apa yang sedang kamu lakukan? Apakah kamu sedang memikirkan pria tampan itu?" goda Pak Bagas, sembari menghampiri putrinya, yang tengah melamun di balkon kamarnya.

"Ayah, di sini? Apa Ayah butuh sesuatu, biar Kiran ambilkan," kaget Kiran saat melihat Ayahnya sudah berada di sampingnya.

"Ayah tidak perlu apa-apa, Sayang. Ayah hanya cemas, karena melihat kamu terus melamun. Ini sudah hampir satu minggu, dan kamu selalu melamun jika Ayah tidak menegurmu, Sayang?"

"Apa ada masalah, atau ada hal yang mengganggu pikiran kamu. Bagilah dengan Ayah, siapa tahu Ayah bisa membantumu, Nak," tutur Pak Bagas lembut, sembari membelai rambut panjang putrinya.

"Iyakah, apa terlalu kelihatan kalau Kiran sering melamu, Yah?" tanya Kiran, kalau memang dia melakukan apa yang dikatakan Ayahnya.

"Iya, Sayang. Duduk di sini, kita bicarakan apa yang membuat kamu gelisah dalam beberapa hari ini?" masih dengan tutur lembutnya, Pak Bagas merangkul putrinya untuk duduk di kursi yang berada di balkon kamar Kiran.

Kiran pun patuh, ia duduk menghadap Pak Bagas. Ia ingin berkata apa yang saat ini ia pikirkan. Namun, ia merasa malu jika ingin membagi apa yang ia rasakan sama ayahnya.

Pak Bagas yang mengerti, jika putrinya merasa canggung dan malu. Seketika tersenyum simpul, ia amat senang melihat putrinya yang begitu polos, dan tidak pernah bersikap seperti wanita di luaran sana.

"Katakan, Sayang. Jangan malu, anggap saja Ayah ini adalah sahabat kamu. Jadi kamu tidak perlu menutupi apa yang kamu rasakan, Nak," bujuk Pak Bagas, sembari memegang telapak tangan Kiran.

"Ki--kiran merindukan Tuan Xavier, Ayah. Sudah hampir seminggu ini, Tuan Xavier tidak menghubungi Kiran. Apakah dia punya wanita lain, Yah. Kiran takut kehilangan dia."

"Kiran baru menyadari perasaan Kiran ketika Tuan Xavier jauh, dan Kiran selalu memikirkan dia terus. Mau menghubungi dia, tapi Kiran malu dan takut mengganggu pekerjaannya," ujar Kiran mencurahkan isi hatinya.

Pak Bagas yang mendengar penuturan putrinya, hanya tersenyum simpul kembali. Ia tahu apa yang di rasakan putrinya itu. Namun, ia pura-pura tidak mengetahui. Ia jadi mengingat, ketika Xavier melamar putrinya seminggu yang lalu.

Sengaja Pak Bagas dan Xavier merencanakan itu, untuk membuat putrinya yang amat polos itu menyadari akan perasaannya sendiri.

Bahkan Xavier telah meminta restu padanya untuk segera menikahi putrinya, setelah ia keluar dari rumah sakit. Itu pun tanpa sepengetahuan Kiran, dan lagi acara pernikahan itu akan dilaksanakan besok.

PENGHIANATAN CINTAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant