√ Banyak yang berkorban

129 35 3
                                    

Seongmin menutup novel yang di bacanya, ia masih ada di ruangan daniel. Sementara doyoung dan yuna tengah berjalan-jalan, daniel pun tengah menjalankan tugasnya.

Kaki seongmin melangkah menyusuri koridor rumah sakit, lumayan sepi tidak banyak orang yang datang.

Dengan kakinya, seongmin berjalan menuju ruangan 129 dimana junkyu dan zean dirawat.

Seongmin masuk kedalam dan menutu pintunya, disana junkyu dan zean masih terbaring lemah dengan banyak peralatan medis yang menempel di tubuh.

Daniel dan minhyun tidak memberitahu kondisi keduanya, hanya berkata "keajaiban itu pasti ada".

Seongmin berjalan kearah ranjang junkyu, ia menatap monitor detak jantung yang berbunyi lemah itu, sama seperti zean.

Ia memegang tangan junkyu yang terbalut infus dan mengusapnya lembut.

"Cepet bangun kak, ada banyak yang berkorban buat kakak" Gumamnya.

Ia memejamkan mata, dan berdoa dalam hatinya.

Air mata seongmin mengalir membasahi pipinya, "semoga kakak baik-baik aja" Katanya lirih.

Ia beralih pada zean dan menggenggam tangannya.

"Gue yakin lo kuat, cepet sadar twins" Bisiknya tepat di telinga zean.

Air mata seongmin mengalir dengan deras, dan tak ada yang tahu kalau bambam, roa, kevin dan minhyun melihat semua itu dibalik kaca.

"Twins?" Tanya roa pelan.

🍁🍁🍁

Jeno, bomin, naeun dan siyeon di kurung dalam sebuah penjara.

"Aishhhh, mereka gak bisa diajak negosiasi" Keluh jeno sebal.

"Yaudah sabar aja, kita nunggu keajaiban" Kata naeun asal.

"Ishhh kakak," Siyeon menepuk pelan bahu naeun.

"Iya bener sihhh, kita nunggu keajaiban aja" Sahut bomin.

"Kita ngomong sekali lagi aja bisakan?" Tanya siyeon.

"Yaudah sana, lo yang ngomong bujuk tuhhh ratu monsternya" Kata jeno.

"Ihhh kok lo gitu sih sama gue?" Siyeon sebal dengan ucapan jeno.

"Udah gak usah berantem, biar kakak aja yang ngomong" Lerai naeun.

Bomin natap naeun gak nyangka.

"Kalian diem aja disini, tungguin" Kata naneun tegas.

Ia kemudian mencolek salah satu pengawal yang ada didekatnya dan membisikkan sesuatu.

Naeun berjalan dibelakang pengawal yang menuntunnya menuju sang ratu.

"Ada apa tawanan kita menghadap padaku?" Tanya ratu sunmi dengan wajah angkuhnya saat melihat naeun yang berada dihadapannya.

Wajah naeun mengeras dan menatap tajam sunmi.

"Gue pengen ngomong sesuatu sama lo" Jawab naeun tanpa sopan santun.

Sunmi tersenyum miring, dan bangkit dari duduknya berjalan menghampiri naeun.

"Sopan berbicara denganku, sayang" Ucapnya sambil mencengkram dagu naeun.

Naeun memalingkan mukanya, sunmi kembali ke singgasananya.

"Ada apa sayangku?" Tanya sunmi.

"Saya minta, anda buat bebasin temen-temen saya dan memberikan permata itu" Jawab naeun.

Sunmi tersenyum tipis dan menghela napasnya pelan.

"Kamu tau? Saya sebenarnya bukan penjaga permata timur"

Naeun terkejut, "maksudnya?" Tanya naeun.

"Permata itu sudah hilang sebelum saya tinggal disini"

Naeun natap sunmi gak percaya.

"Gak usah bohong" Bentak naeun.

Sunmi tersenyum kecil dan menghampiri naeun.

"Saya tau kamu pasti gak akan percaya, saya bisa bantu kamu buat ngambil permatanya"

"Tapi ada syaratnya" Lanjut sunmi.

"Apa?"

"Ada yang harus dikorbankan"

🍁🍁🍁

Yohan dan hangyul bingung, antara mau nyelametin yeonjung atau bora.

Dua cewe itu lagi terjebak dalam keadaan bahaya, dan antara hidup dan mati.

"Gue bingunggg" Hangyul mengacak rambutnya frustasi.

"Yaa sama anjir" Sahut yohan sebal.

Bora lagi keadaan sekarat, sebuah panah nusuk perutnya, dan akar tanaman membelit kaki dan tangannya. Sementara yeonjung tergantung dengan keadaan pingsan dan kepala yang berdarah.

"Kenapa gak selametin dua-duanya aja?" Tanya hangyul.

"Bego, kita gak bisa. Waktunya gak akan cukup" Jawab yohan kesal.

Hangyul mendengus, "lo tolongin bora, gue tolongin yeonjung" Hangyul melangkahkan kakinya.

Yohan menahan lengan hangyul.

"Ihhh si bego, kita gak bisa nolong mereka satu-satu bangsul. Yang ada dua-duanya gak selamet"

Hangyul berdecak malas, "yaudah kita tolongin ---"

To be continue

Zahra Zafan

𝙿𝚊𝚜𝚒𝚏𝚒𝚔 [✔]Where stories live. Discover now