10. Anggup-anggip

8.1K 1.2K 1K
                                    

⚠️




"Lo yakin?"

Rose dengan segala kekhawatirannya hanya mendesah pelan. Sebenarnya, Rose sangat menghindari pertemuan dengan dua teman kuliahnya. Masa lalunya bersama mereka yang membuat Rose menjadi sedikit ragu untuk bertemu mereka.

"Mereka bilang gue terlalu sombong karena nggak pernah ikut hang out. Padahal mereka yang ngebuat gue ogah ketemu sama mereka." Ujar Rose.

"Yaudah kalo ragu, mending gausah. Lo di mana? Gue jemput deh."

"Emang lo nggak kerja?"

"Kerja sih. Nanti gue bisa izin. Lagian sebentar lagi selesai kok."

"Jeff, jangan macam-macam. Gue nggak mau lo dipecat lagi. Doain aja semoga gue nggak apa-apa."

"Kalo ada apa-apa telfon gue atau Johnny atau Jennie."

"Iyaaa. Dah."

Mobil gocar berhenti di depan Pondok Indah Mall. Rose langsung segera turun karena ia sudah membayar dengan gopay. Kedua teman kuliahnya berkata bahwa mereka menunggu di Starbucks street gallery.

Dari kejauhan, ia melihat Jihan dan Callista sedang mengobrol di tempat duduk yang paling dekat dengan jalanan orang lalu lalang. Keraguannya makin melanda.

Sedikit cerita tentang masa lalu yang menjadi alasan kenapa Rose sedikit ragu untuk bertemu dengan teman lamanya. Rose, Jihan dan Callista berteman karena ketiganya berada di UKM yang sama yakni Paduan Suara. Ketiga sohib ini diberi julukan sebagai three lucky tuner. Masih MABA, tapi sudah kepilih menjadi tim inti dan lomba pertama mereka meraih juara 1 se-Asia.

Kondaktor dari paduan suara universitasnya adalah sosok kating tampan yang disukai hampir seluruh gadis kampus, namanya Teja. Jihan pernah bercerita bahwa tujuan ia mengikuti UKM paduan suara karena Teja. Dan ada suatu kala dimana Teja memilih Jihan sebagai anggota tim inti lomba hingga sampai meraih juara di tingkat nasional. Jihan makin merasa bahwa ia akan mendapat perhatian dari Teja.

Rose tidak terlalu berteman dengan teman sekelasnya karena merasa lebih nyaman bersama Jihan dan Callista. Tapi semuanya berubah ketika Teja menyatakan perasaannya terhadap Rose di depan seluruh anggota paduan suara. Berlutut bak seorang pangeran memberikan sebucket bunga mawar dengan iringan acapella oleh teman-teman seangkatan Teja.

Jihan dan Callista perlahan menjauh sampai hubungan Rose dengan kedua temannya hingga sekarang hanya via group chat. Tentu saja Rose sempat merasa kehilangan.

Untungnya Jeffrey masih bersamanya jadi dia tidak begitu kesepian. "Kalo lo merasa kehilangan, lo bisa inget gue yang masih stay disini buat lo." Kalimat Jeffrey yang membuat Rose masih bisa melanjutkan kuliahnya walaupun pada akhirnya Rose keluar dari paduan suara karena terlalu bentrok dengan tugas-tugasnya yang menumpuk.

Lantas, Callista menangkap kehadiran Rose dengan lirik matanya. Ia melambaikan tangannya ke arah Rose yang membuatnya mau tidak mau harus tetap datang karena sudah terlanjur terlihat.

"Rose, ya ampun apa kabar?" Callista pun memeluk Rose yang baru datang. Rose tersenyum semanis mungkin untuk menghilangkan keraguan di raut wajahnya. Begitu pula Jihan.

"Baik, Cal. Kalian gimana?" Tanya Rose seraya mendudukkan bokongnya.

"Gue mah kayak gini-gini aja sih, Rose. Ohiya by the way, lo makin glow up aja Rose." Pujinya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Zodiac mateWhere stories live. Discover now