•Silentkiller 20•

88.9K 13.4K 4.4K
                                    

Aku tidak lama kan guys?
Masih pengen baca  SK terus kan?
Jangan lupa comment sama votenya yahh❤️

Kalo ada typo tandai yaa❤️
•••

Saat Naya sudah masuk ke dalam mobil Naja untuk di antar pulang, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan menampilkan nama Stella, dengan cepat Naya mengangkatnya.

"Halo—"

"Astaga, lo kenapa? Satu sekolah heboh anjir? Lo sakit? Sekarang lo di mana?" Rentetan pertanyaan dari Stella berusaha di telan oleh otak Naya yang lambat.

"Hm, Naya gapapa kok, Naya cuma kecapekan aja kayaknya, terus Naya juga udah mau pulang sekarang," balas Naya setelah lama mikir, sedangkan Naja sibuk mengemudikan mobilnya.

"Ya udah pulang sekolah gue sama Adam ke rumah ya?"

"Gausahlah, rumah Naya kan jauh."

"Oh iya, hm gue aja maksudnya, Adam terserah dia mau ikut atau enggak. Eh udah dulu ya, ada guru nih."

"Naya izinin lho ya!"

Dan sambungan terputus, Naya menghela napasnya pelan lalu menyenderkan kepalanya pada kursi seraya menatap langit yang terlihat begitu cerah. Naja menoleh singkat ke Naya setelah Naya berhenti bicara pada temannya lewat telpon.

Naya menatap ke arah langit dan berusaha untuk merasakan ketenangan dalam hatinya, tiba-tiba saja music di nyalakan oleh Naja, tepat sekali dengan apa yang sedang Naya rasakan saat ini.

Sesuatu yang sudah terkubur lalu di buka kembali luka lamanya akan terasa lebih menyakitkan lagi, terlebih hal tersebut sebagai ancaman.

Tidak lama air mata Naya kembali keluar, jujur saja, dadanya sakit dengan apa yang terjadi dulu, dengan seenaknya Madona melontarkan kalimat tersebut sebagai senjata ancaman untuk memisahkan kebahagiaan Naya bersama Naja.

Naja tahu Naya sedang menangis, tetapi dia memilih untuk pura-pura tidak tahu, bisa di bilang Naja memang sedang memberi Naya waktu itu melepas rasa sakit yang sedang di alami gadis di sampingnya.

Sesampainya di rumah Naya, Naya langsung mengusap bekas air matanya. Naja menghela napasnya pelan lalu menoleh ke Naya.

"Gamau berbagi cerita?" Tanya Naja.

"Emangnya kak Naja mau dengerin?" Pertanyaan balik Naya membuat Naja memutuskan untuk menoleh ke jendela.

"Enggak." Naya memanyunkan bibirnya.

"Hmmm."

"Kak Naja? Kak Naja sibuk ya sekarang?" Tanya Naya.

"Enggak."

"Nanti malem bisa telponan nggak?" Naja mengernyit tidak mengerti lalu menoleh untuk menatap wajah Naya.

"Mau ngapain?"

"Kan orang pacaran biasanya telponan sampe malem, Kak." Naja menghela napasnya.

"Gue gabisa."

"Kenapa? Kan Kakak nggak sibuk." Naja berusaha untuk menarik napasnya dalam-dalam.

SILENTKILLER (Naja Mahatma)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang