Lembar: 03 - Hanya Ekspektasi

582 124 5
                                    

"Runa, ini buku lo?" Rudy menepuk pundak Runa dari belakang.

Perpustakaan terbilang ramai siang ini. Sebentar lagi Penilaian Akhir Bulan. Wajar banyak manusia berbaju putih abu-abu berbondong-bondong menuju perpustakaan hari ini.

"Bukan," jawab Runa setelah melirik buku di tangan Rudy.

"Terus yang mana?" Pemuda itu menghela napas. Ia sudah mencoba mencari buku bersampul biru itu di meja-meja perpustakaan.

Runa menggaruk tengkuknya. "Sebenarnya, itu buku diaryku," ujarnya ragu.

"Ha?" Mata Rudy melebar.

"Sst, jangan berisik." Gita mengacungkan telunjuknya. Ia sibuk memasukkan materi dari buku ke dalam otak miliknya.

"Lo serius? Kalo buku itu dibaca orang gimana?" Rudy berbisik.

Gadis berkacamata itu menelan ludah. "Oh iya, gawat juga."

***

El mengacak rambutnya. Ia cemas gadis itu menyadari kalau dialah yang membawa buku diary miliknya.

Sudah 2 hari ini buku itu belum tersentuh oleh pemiliknya. Dan saat di perpustakaan tadi, ia tak sengaja melihat Runa dan Rudy bersama. Samar-samar ia mendengar kata "diary". Bertambahlah kegelisahan pemuda itu.

Hari ini juga, El pulang masih dengan diary itu. Kurang ajar.

***

Rabu, 3 Januari 20XX

Dear: Diary

Diary, hari ini aku tak bisa menahan air mataku. Rencanaku semalam gagal. Bodoh sekali diriku.

Rambutku sudah kugerai, kacamata sudah kulepas, bahkan aku memakai bedak untuk pertama kalinya.

Diary, apa yang salah dengan diriku hari ini? Bukankah aku cantik? Aku meniru gaya Hana. Tapi kenapa orang-orang menertawakanku?

Telingaku berdengung saat tawa itu berasal dari Gita dan Rudy. Apa aku sejelek itu?

Aku pergi ke toilet. Haha....

Aku memang jelek. Gita bilang, bedakku belepotan. Rambutku tidak tertata rapi dan sedikit bergelombang karena terlalu sering dikepang. Mataku terlalu sipit.

Ah, benar juga. Aku tak bisa melihat dengan jelas. Makanyadi depan cermin pun aku tak tahu apa yang salah dengan penampilanku.

Sialnya, Diary....

Hari ini ada laki-laki yang menabrakku. Padahal buku yang kubawa kala itu hampir setinggi tugu monas. Lelaki berengsek itu tak ada niatan membantu sama sekali.

Akan kuingat namanya. Pada name tag- nya tertulis: El.

Apa orang tuanya malas memberi nama? Hanya El? Cih, lucu sekali.

Baiklah, Diary. Aku lelah hari ini. Rudy dan Gita menertawakanku. Orang yang kuanggap sahabat itu tega sekali. Bukannya membantu malah menertawakan! Awas saja kalian berdua!

Runa tak akan membantu kalian belajar seminggu ini, huft....

***

"Hah, cewek gila." Mata El melebar saat mendapati namanya tertulis di diary milik Runa.

Ia seketika merasa aneh dengan halaman diary hari ini. Ingin menertawakan karena tebakan dandanan Runa akan jelek, tapi kesialan yang didapat gadis itu sungguh memprihatinkan.

El mencoba memutar memori masa lalunya. Tepatnya, tanggal 3 Januari.

***

Rabu, 3 Januari 20XX....

Bruk!

Buku berserakan. El merasa baru saja menabrak sesuatu yang ringan. Pemuda itu menoleh ke bawah dengan tatapan datar.

"Ma-maaf," lirih gadis berambut panjang di depannya. Sambil kalap merapikan buku-buku yang berserakan di lantai lorong.

Seperti kejadian di film-film, banyak murid yang hanya menatap ke arah mereka tanpa ada niatan membantu.

El pun sama. Lelaki itu juga tak ada niatan membantu. Pertama, ia kesal menjadi pusat perhatian. Kedua, ia sedang dipanggil ke ruang Pak Hans.

Dan kalian bisa tebak apa langkah selanjutnya.

Pergi.

***

El kembali mengacak rambutnya mengingat kejadian itu.

"Jadi itu Runa?" batinnya kesal.

Rasa bersalah memenuhi pikirannya. Ia kemudian menatap lamat diary di depannya.

"Dan harusnya gue merasa bersalah udah baca buku ini."

***
Bersambung
.
.

Author: eh eh eh, byntancnya udh di pencyet belyum?

Readers: males, ah, Thor. masa suruh pencet byntanc terus -_

Author: he eleh, jadi pembaca tuh jangan mager² ya. Baca cerita aja gk mager, kok mencet byntanc mager?

Readers: cerewet ah. Iye² ini baru di pencet.

Author: GUD! BWHAHAHAHAHHA


Blue Diary | ✓Where stories live. Discover now