Lembar: 20 - Terakhir

543 95 58
                                    

Rabu, 14 Februari 20XX

Dear: Diary

Aku menemukan El. Maksudku, aku bisa bercakap-cakap dengan El. Orang yang sudah merenggut uang saku awal bulanku habis!

Ayah tak mau memberikan uang saku tambahan. Kadang aku bingung kenapa ia pelit sekali.

Lupakan, Diary. Kurasa balas dendam pada dia sepertinya terlalu kekanakan.

Kami satu tim di olimpiade. Jadi aku harus berhati-hati dengannya. Astaga, dia sangat pintar. Bagaimana kalau aku berbuat bodoh atau salah mengerjakan soal?

El terpaku. Diary ini tentang pertemuan mereka di ruang dekat perpustakaan dulu. Tangan El segera membuka lembar selanjutnya.

Diary, akhir pekan ini kami bertemu untuk belajar bersama. Pagi tadi aku bingung harus memakai baju apa....

Bahkan aku sempat ragu pria hemat bicara itu menjawab pesanku. Woah! Aku bersyukur dia bahkan mau mendatangiku!

Karena bingung, aku harus bertanya dia memakai baju apa agar aku tidak tampak aneh di depan orang-orang yang melihat kami.

Bodohnya, diary. Aku terus menggandeng tangan dia saat mengikuti kemana Rudy dan Gita pergi. Aku tanpa sadar menggandeng tangannya dan kurasa El lucu karena dia sama sekali tak menolak, jadi aku tergoda untuk terus membuat dia mengikutiku sampai tanpa sadar aku terlalu jauh mengikuti Rudy dan Gita hingga ke mall. Hallo? Ada apa denganku?

Lelaki itu tersenyum tipis. Ia baru menyadari hal itu setelah membaca diary ini. Matanya segera melompat ke paragraf lain.

Rudy dan Gita sudah gila. Mereka mengira kami berdua pacaran. Bahkan di grup mereka tak henti-hentinya menggodaku soal kencan pertama dalam hidupku.

Aku ingin merasakan kencan pertamaku bersama Rudy! Tapi tak kusangka aku malah pergi dengan El dan sampai sekarang mereka masih mengira kami berkencan.

Sebenarnya aku muak, Diary. Dia orang yang membuat awal tahunku di sekolah dengan kelaparan karena tak memiliki uang untuk makan di kantin. Hah! Mengingat hari-hari kelam itu aku ingin muntah.

El baru kembali merasakan perasaan bersalah. Uang untuk mengganti buku yang rusak tidak sedikit. Tapi untuk keluarga yang sangat berkecukupan seperti Runa, uang sebanyak itu mudah untuk dikeluarkan.

Dasar orangtua pelit, pikir El. Seharusnya dia merutuki diri sendiri karena tak mau bertanggung jawab.

Dasar tak tahu diri.

El mengirim pesan padaku. Dia bilang, menemukan diaryku yang lama hilang. Aku bersyukur buku itu ditemukan.

Hari ini aku datang ke kelasnya untuk mengambil diary tersebut. Sekalian bertanya tentang beberapa soal yang tak kumengerti. Astaga, kenapa jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya saat El mendekatkan wajahnya ke arahku.

Aku tahu diary, aku tahu. El hanya sedang mengajariku. Bukan ingin menciumku ... Eh?! DASAR AKU BERPIKIR APA BARUSAN!?

El tersenyum lebih lebar. Ia tak menyangka Runa berpikiran seperti itu saat lelaki itu sedang mengajarinya sesuatu.

Lalu memori tentang saat itu terputar kembali di kepalanya. Wajah Runa yang terlihat serius belajar dengan aroma lavender itu tak bisa memalingkan El. Bibirnya yang mungil, kacamata yang kebesaran dan-

Blue Diary | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang