Lembar 14: Tak Tahu Malu

311 77 19
                                    

"Gue minta maaf soal—"

"Gak akan aku maafin," potong Runa lancang. Ia tak sudi menatap El sedikitpun.

"Gue tahu gue orang—"

"Iya, kamu mesum," potong Runa lagi.

El menunduk. Ia tak bermaksud mengatakan itu tapi ternyata di mata Runa, El adalah lelaki yang seperti itu.

"Runa, gue minta—"

"Nggak aku maafin."

El mulai kesal. "Dengerin dulu napa!" serunya tanpa sadar.

Runa tersenyum miring. "Dengerin apa? Penjelasan kamu yang pasti udah tahu privasiku?"

El menelan ludah. "So-soal privasi lo, gue janji nggak akan sebarin."

"Sekarang kamu puas? Tahu semua hal tentang aku. Puas ha?!" bentak Runa.

Belakang sekolah memang tempat yang pas untuk mengobrol. Runa bisa berteriak sepuasanya di tempat itu. "KAMU PUAS UDAH KETAWAIN PRIVASIKU?"

Tidak. Sama sekali tidak. El memang pernah menertawakan isi diary Runa. Tapi ia tak bermaksud.

"Dari mana lo tahu kalo gue ketawa?" El bertanya ragu.

Runa menghirup napas dalam-dalam. "Aku tahu diaryku terlalu lebay. Orang yang baca pasti bakal ngetawain isinya."

"Terus kenapa kamu lebay nulisnya?"

"Karena itu hobiku." jawab Runa dingin. Ia tak peduli pandangan orang tentang diarynya, namun ia tak suka privasinya terbongkar.

Hening.

Mereka bergelut dengan pikiran masing-masing. Di kepala El sekarang adalah keinginan untuk membaca lagi diary Runa, sementara di kepala Runa adalah tentang Rudy yang menunggu di parkiran.

"Runa, gue minta maaf udah secara lancang baca diary lo, jadi...."

Gadis itu menunggu. Tangannya dilipat ke dada. "Apa."

"Gue minta diary lainnya boleh?"

PLAK!

***

Sudah jatuh, tertimpa tangga. El hari ini kembali mendapatkan kesialan. Ia benar-benar sudah dibuat gila karena diary Runa. Pipinya memerah bekas tamparan gadis itu. Kakinya masih belum saja pulih karena terpeleset kemarin.

Sekarang, ia berdiri seorang diri di parkiran. Menyaksikan Runa dan Rudy yang berboncengan pulang. Untuk yang satu ini, rasanya sakit pakai sekali.

Di rumah pun, El tak bisa berhenti merenungkan semua itu. Apa dia jahat karena membaca diary orang lain? Apa dia jahat karena meminta orang itu untuk memberinya diary lagi? Apa dia jahat karena menyukai tulisan orang lain?

El terus bertanya-tanya dengan pikiran tak jelasnya.

Boy. Gue harus tanya Boy.

El segera menghidupkan layar ponselnya. Mengetik pesan untuk si Dukun Cinta.

El: P

Boy: Ada apa wahai anak muda?

El: Gue mau nanya

Boy: Woah, silakan....

El: Salah gk, klo gw suka sama tulisan cewe di sekolh gw?

Boy: Tidak sama sekali

El: Salah gk, klo gw minta buku dia lagi buat di baca?

Boy: Tidak sama sekali

El: Jadi, sebutan bwt gw atas dia apa?

Boy: Kau jatuh cinta pada tulisannya. Artinya, kau penggemarnya.

El: Ok. Tq.

El menghela napas lega. Bahkan si Dukun Cinta juga setuju. Ya! El adalah penggemar diary Runa!

Mendapatkan dukungan, El semangat untuk meminta pada Runa diary baru untuk dibaca.

Boy: Sama-sama sobatku, ngomong-ngomong, apa judul bukunya? Mungkin daku akan tertarik jua.

El: Gk ada judulnya

Boy: Ale? Ah, pasti itu buku yang ditulis tanpa diterbitkan? Atau bagaimana?

El mengernyit. Apa buku diary bisa diterbitkan?

El: Itu buku diary. Ap bisa terbit?

Boy: Dasar lelaki mesum!

***
Bersambung
.
.

Tambah gaje aja alurnya
(ノ≧∇≦)ノ ミ ┻━┻
Habis diriku mumet..
Karena pembaca semakin syepih.

Makanya! Bantu share, vote, dan komeng!

Sekian, terima gaji.

Blue Diary | ✓Where stories live. Discover now