Lembar: 17 - Double

276 74 2
                                    

"Maksud kamu?" Dahi Runa mengernyit. Apa maksudnya kesempatan kedua?

"Kasih gue kesempatan lagi. Gu-gue mau jadi temen lo."

Hening.

Runa selama ini selalu berteman dengan Gita dan Rudy. Ini adalah kali pertamanya ia mendapati orang yang ingin berkawan dengannya.

Gadis itu menelan ludah. Di sisi lain ia penasaran dengan Rudy. El menawarkan dua hal yang tak pernah ia dapat dengan mudah selama ini. Ia kira, Rudy sudah terbuka padanya dan Gita. Tapi kata-kata El terlihat meyakinkan.

"Oke." Runa menghela napas. Ia setuju dengan syarat tersebut.

Senyum di bibir El terbit seketika.

***

"Rudy," gumam Runa di dekat telinga lelaki itu.

"Iya gue cakep," latah Rudy seketika.

Gita yang sedang menulis di mejanya menepuk dahi. Dasar latah sialan.

Tapi Runa tetap setia dengan wajah datarnya sejak pagi tadi. "Angel siapa? Pacar kamu?"

Rudy menggaruk pelipisnya dengan ujung bolpoin. "Kemarin sih, pacar. Sekarang udah mantan."

Kuping Gita terasa gatal mendengar itu. Ia segera menghentikan kegiatan menyalinnya dan segera mendekati kedua sahabatnya.

"Lo pacaran tapi nggak ngasih tau kita?!" Gita melotot geram.

"Eh, bukan gitu, Ta. Gue lupa mau ngasih tahu soalnya dia nembak gue pas pulang sekolah. Dan malemnya kita putus."

Runa menyelidik. "Lo suka sama dia?"

Rudy menggeleng. Ia santai melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat tertunda.

Gita menoyor kepala lelaki berwajah manis tersebut. "Lo pacaran sama orang lain aja mau, kenapa sama gue kagak!"

Rudy terkekeh. "Nanti Runa cemburu donk. Lo mau gue macarin kalian berdua barengan?" Ia mengedipkan matanya.

Runa memutar matanya malas. Ia kehilangan selera menyukai pemuda itu.

"Ngapain aku cemburu sama bebek sawah kayak kamu." Pipi Runa menggelembung.

"Ah masa," goda Rudy.

"Iyalah!" sergah Runa.

Wajah Rudy seketika terlipat. Ia beralih menatap Gita. "Ta, weekend nanti lo sibuk?"

"Nggak."

"Mau ke food fest nggak? Kebetulan gue punya duit banyak," tawar Rudy.

"Runa nggak diajak?" Gita ragu.

Pemuda itu melirik Runa sekilas. "Nggak. Sama lo aja. Runa pasti nggak mau jalan sama bebek sawah kayak gue," kekehnya.

Gita melirik Runa. "Beneran, Na?"

Gadis berkacamata itu mengangkat bahunya. "Jalan aja."

***

El: Malam.

El: Gue dapet kabar dari Gion. Katanya pak Hans nyuruh kita persiapan lagi buat olimpiade bulan depan.

Runa_dy: Oke

El: Mau ke perpus kota bareng?

Runa_dy: Boleh. Akhir pekan jam 8 pagi kutunggu di depan rumah.

***

El kini sudah berdiri di depan rumah Runa. Kali terakhir ia ke tempat ini adalah saat kakinya pincang karena hal bodoh.

Mengingat itu rasanya ia ingin menghilang saja karena malu. Kenapa waktu itu ia sebegitu terobsesi hanya karena sebuah diary? Ah, mana dia tahu.

"El," sapa Runa sambil membuka pagar. Tanpa basa basi menerima helm dari tangan El.

"Runa," balas El bodoh. Tak perlu ia membalas sapaan Runa karena itu akan terdengar aneh.

Runa tergelitik. Ia tak bisa menahan untuk tak tertawa.

"Kenapa?" Alis El terangkat sebelah.

Runa masih berusaha menghentikan tawa kecilnya. "Oh, nggak pa-pa." Ia melambaikan tangan. Segera menaiki motor milik El.

***

"Gita, lo kuat makan segitu?" Rudy menatap takjub sahabatnya yang kini melahap takoyaki dengan cepat.

Gita mengangguk dengan mulut penuh. Ia segera menelannya. "Ini nggak seberapa dibanding si Runa. Mulutnya nggak bisa berhenti makan."

Rudy tertawa. Benar juga. Runa walau tampilannya lemah, ia adalah gadis yang kuat. Bahkan pernah, saat di kantin ia memesan 3 porsi bakso untuk dirinya sendiri. Alasannya karena ia butuh makanan untuk berpikir.

"Lo nggak mau coba?" Gita menyodorkan takoyaki miliknya.

Rudy menggeleng. "Gue permen kapas aja," ujarnya.

***

Food fest yang diadakan di alun-alun kota memang selalu menjadi tujuan para remaja di tempat itu. Runa sebenarnya sangat ingin ke sana karena ia adalah seorang pecinta makanan. Membayangkannya saja ia sudah meneteskan ludah.

"Na, lo laper?" El memutus lamunan.

Runa segera mengangguk. "Iya. Aku laper. Ayo ke food fest." Tanpa basa-basi ia berdiri dan menarik lengan El paksa. Sepertinya ia tak tahan untuk tak pergi ke tempat penuh makanan itu.

"Eh?!" El ditarik paksa. Tenaga Runa memang mengerikan.

Setibanya di alun-alun kota—yang dekat dengan perpustakaan—Runa dan El segera mencari makanan untuk mengisi perut.

"Itu bukannya Gita?" El menunjuk seseorang di depan stand takoyaki. Ia baru saja melahap siomay terakhirnya.

Runa menoleh. Benar. Itu Gita yang sedang bersama Rudy.

"Mau nyamperin?" tawar El.

Runa menggeleng. "Mereka lagi kencan."

El mengangguk-angguk. Ia sebenarnya penasaran dengan hubungan ketiga remaja itu. Tapi sayangnya ia tak berhak menanyakan hal tersebut.

"Na, kalian bertiga beneran sahabat?"

Dasar, baru saja ia membatin tak berhak menanyakan, tapi ia nekat menanyakan. Pikiran dan mulut El memang suka bermusuhan.

***
Bersambung
.
ಠωಠ Hei gaes. Bentar lagi Blu diari tamat nih. Tetep setia vot dan komeng yak.


Blue Diary | ✓Where stories live. Discover now