CHAPTER 6

13.8K 881 7
                                    

Alec memasuki mobil dengan membawa beberapa plastic yang berisi makanan. Tepatnya makanan pilihannya. Alec tidak keberatan membelikan makanan bagi sahabatnya itu, Hal itu lebih berguna karena untuk apa Alec mempunyai banyak uang jika tidak dipergunakan?

Alec juga tidak keberatan menemani sahabatnya itu selama malam minggu. Jadwal Alec minggu ini kosong dan Alec tidak tahu harus melakukan apa supaya tidak bosan.

Ally tersenyum ketika melihatnya datang dan tentunya makanan yang dibawanya.

"Thank you Alec ganteng, yang fans nya se-Indonesia!" pujinya.

"Biar perempuan disebelah aku berhenti ngambeg."

"Ya ya ya," ucap Ally.

Lampu-lampu kota mulai dihidupkan. Ally menikmati pemandangan yang dilihatnya. Tak terasa mereka sudah sampai di Penthouse milik Alec.

"Sini aku bantu bawa." Ally mengambil salah satu makanan yang dibawa Alec. Aromanya sudah dapat dirasakan. Ally tidak sabar untuk memakannya.

Mereka memasuki Penthouse Alec. Alec menyalakan Lampu. Sedangkan Ally mempersiapkan makanannya. Melihat mereka masih memakai setelan Formal, Alec berniat untuk mandi.

"All aku mandi dulu ya" pamit Alec lalu pergi menuju kamarnya.

Merasa gerah, Ally pergi ke salah satu kamar tamu yang bisa dikatakan kamar miliknya untuk mengganti baju dan mencuci mukanya. Ally menatap kaca yang berada di depannya. Tatanan rambut miliknya tidak teratur, dihancurkan oleh Alec.

"Aish... berantakan." Ally merapikan rambutnya.

Ally memperhatikan penampilannya. Ada yang kurang. Ia mengambil Lip gloss miliknya dan mengoleskan ke bibirnya. Merasa penampilannya sudah lebih baik ia keluar menuju ruang makan.

Alec belum selesai mandi. Ally berinisiatif memanggil Alec untuk pergi keruang makan. Ally sampai kedepan kamar Alec. Tangannya mengetuk pintu kamar Alec. Tidak ada jawaban. Ally membuka pintu kamar Alec. Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar Alec.

Ia masih mandi, Batin Ally

Ally melihat kamar Alec yang didominasi warna Hitam. Khas kamar laku-laki, berbanding terbalik dengan kamarnya yang bewarna terang. Ally menjelajah ke deretan foto yang berjejer. Ada foto Alec bersama keluarganya, Alec yang masih kecil. Kamarnya tidak se-mati it, setidaknya terdapat beberapa pajangan yang membuat kamarnya terlihat hidup.

Pandangan Ally tertuju kepada foto dengan pigura putih. Ia tersenyum. Ally mengambil pigura tersebut. Terdapat foto dirinya dan Alec yang masih berada di Sekolah Dasar. Alec yang tersenyum kepada kamera menampilkan giginya yang ompong. Disebelahnya ada Ally yang tersenyum manis.

'Gigiku yang ompong dan sahabatku yang cantik' terdapat tulisan ceker ayam anak kecil yang dipotong dari kertas dan ditempelkan didalamnya.

Ally tertawa melihat foto tersebut. Tanpa sadar pintu kamar mandi terbuka.

"Aku kira kuntilanak!" suara Alec terdengar dibelakangnya. Ally masi tertawa mengingat gigi Alec yang ompong.

"Aku penasaran, Apa setelah melihat gigi ompongmu... Fans mu akan berkurang," Ally mengatakannya dengan tertawa dan membalik badan. Tiba-tiba Ally terdiam.

"Apa???" Alec menyeringai.

Alec belum memakai bajunya alias shirtless. Ally terdiam melihat badan Alec yang berbentuk dan mengingat posisi Alec yang dekat dengannya.

"Alec pakai baju!!!" teriak Ally.

"Aku tidak dengar!" Alec pura-pura tidak dapat mendengar perkataan Ally dan berjalan mendekatinya.

"Biarpun fans ku berkurang, yang paling penting kamu." Ally melihat wajah Alec yang menatapnya. Alec mencubit pipi Ally, "Masih menjadi sahabatku." Alec mengambil bingkai foto dari tangan sahabatnya yang mematung dan meletakan ketempatnya.

Ally tersadar, "Iya ompong," Ally membalas perkataan Alec. Ally tertawa melihat reaksi Alec yang sedikit kesal. Ia tertawa.

Alec yang kesal karena melihat Ally tertawa puas setelah mengejeknya. Alec berbalik dan berjalan menghampiri Ally yang tertawa puas. Alec memeluk Ally. Tidak hanya memeluk, ia merekatkan pelukan tersebut sehingga Ally merasa sesak dan berhenti tertawa.

Terkejut dengan Alec yang memeluknya tiba-tiba, Ally terdiam.

"Ternyata cara ini ampuh untuk menghentikan ejekanmu. Akan kupertimbangkan untuk memakainya nanti jika kau kembali mengejekku," ucap Alec sedikit melonggarkan pelukannya.

"Alec lepas!" Ally berkata dengan tidak jelas. Alec yang bertujuan awal hanya untuk jahil membungkam ejekan sahabatnya entah mengapa merasa nyaman dengan pelukan tersebut.

Menyadari bahwa pipinya panas, Ally tidak akan berlama-lama dalam pelukan Alec yang gilanya memeluknya tanpa menggunakan pakaian alias shirtless sehingga Ally dapat mencium aroma sabunnya sehabis mandi.

Tangannya yang terbebas memegang leher belakang Alec dan menekannya. Alec yang merasa geli dan kaget, reflek melepaskan tubuh Ally. Melihat peluang untuk keluar dan Alec yang masih bergidik geli, Ally segera keluar dari kamar Alec. Ally tidak akan membiarkan ia melihat wajah meronanya.

"Alec aku tunggu di ruang makan!" teriak Ally yang sudah berada diluar kamar Alec.

"Ally!" Alec tertawa geli. Ally terlalu cerdik memanfaatkan kesempatan. Dia tahu kelemahannya dan terkadang dirinya merasa jengkel untuk hal yang satu itu.


TBC

Precious Heart [Completed]Where stories live. Discover now