CHAPTER 10

13.1K 770 6
                                    

Ally memilih pakaian dan memasukan pakaian ke dalam ransel. Hari ini dia akan menginap dirumah Alec. Setelah selesai mengemasi pakaian, ia akan memilih pakaian yang akan ia pakai. Pilihannya jatuh kepada dress simple bewarna putih.

"Lec... Aku cantik ga?" tanyanya kepada Alec yang menunggunya diruang tamu. Riana telah pulang terlebih dulu untuk menyiapkan makan malam.

Alec melihat Ally yang telah berpenampilan rapi, "Kamu... biasa saja."

Ally mendengus dan orang yang membuatnya mendengus tertawa lalu mendekatinya memperhatikan benar benar penampilan Ally.

Ally menatap mata biru Alec, "Apa kau akan menciumku?" tanyanya.

Alec menyentil dahi Ally, "Berpikirlah yang jernih!" Alec melepaskan ikatan rambut Ally yang dikuncir kuda membuat leher jenjangnya terlihat, "Lebih bagus jika tergerai." Alec menatap Ally, "Ayo berangkat!"

Ally menggapit lengan Alec, "Ayo!" Alec tidak menolaknya. Ally tetap menggapit lengan itu sampai ke parkiran mobil.

XOXOXO

Sampai didepan rumah Alec, perempuan itu melihat ke sekeliling rumah sahabatnya yang asri. Alec membuka pintu rumahnya, dan mereka mendapati seorang pria tertawa menonton TV. Rambutnya panjang bewarna coklat dengan warna mata biru, sama seperti Alec.

Adam yang menyadari kehadiran sepupunya bangun dari duduknya.

"Hello Brother!" sapanya lalu memeluk Alec. Matanya melotot melihat Alec yang membalas pelukan ala pria tersebut.

"Halo Ally, Lama tidak berjumpa!"

Adam menghampirinya dan berniat memeluknya. Sebelum memeluk Ally, Alec menahannya dengan tatapan peringatan. Adam menaikan alisnya lalu menatap Ally dan tersenyum.

"Halo Adam," sapa Ally kepada sepupu Alec itu.

Adam mengikat rambutnya dan Ally terpana melihat ketampanan Adam yang menyaingi sahabatnya itu. Alec yang melihatnya segera menariknya untuk pergi menyapa ibunya.

Adam yang sadar Ally terpana mulai menggoda, "Aku tampan ya Al?" Alec berhenti dan mereka menatap Adam.

"Tampan aku!" ketus Alec dan Adam tertawa melihat reaksi sepupunya itu.

"Ally" Riana memeluk Ally terlebih dahulu. Lihat saja Alec seketika menjadi orang asing dirumah ini.

"Mom udah buat Mac n Cheese...Khusus buat kamu."

Mata Ally berbinar mendengar perkataan ibu sahabatnya itu. Riana membawa Ally keruang makan keluarga. Albert, ayah Alec sudah duduk di meja makan dengan membaca sebuah majalah. Albert menurunkan bukunya dan tersenyum, "Ally," sapanya.

Ally tersenyum, "Hello Dad," sapanya lalu memeluk ayah Alec.

Jangan tanya mengapa Ally memanggil kedua orang tua Alec dengan sebutan Mom dan Dad, tentu saja mereka yang memintanya kepada Ally kecil karena mereka tidak mempunyai anak perempuan dan sampai sekarang kebiasaan itu terbawa. Albert, pria keturunan Finlandia yang tinggal diindonesia lalu menikah dengan Riana yang merupakan keturunan Indonesia menghasilkan seorang Alec dengan percampuran yang pas.

"Ayo dimakan makanannnya," kata Riana mempersilahkan mereka makan.

"Bagaimana kabarmu nak?" Albert menanyakan kabar sahabat putranya.

"Seperti yang Dad lihat," jawabnya.

"Sangat baik Hon... Kemarin tidur bareng mereka," sahut Riana.

Klontang...

Terdengar suara sendok jatuh yang berasal dari Adam. Ally melihat reaksinya yang tidak percaya lalu ia melihat reaksi Albert yang sama seperti ekspresi Adam.

Ally dan Alec meringis mendengar sahutan ibunya yang membawa pikiran tidak-tidak di ruang makan.

"Kami tidak melakukan apa-apa seperti dipikiran kalian!"

"Iya, kemarin kami terlalu asyik bercanda sehingga ketiduran, iya kan?" tanya Ally lalu memberikan kode ke Alec dan ia mengangguk.

"Dad tidak keberatan jika kalian melakukan hal itu. Toh, sudah waktunya Alec mencari pasangan," goda Albert sambil menatap jahil anaknya.

Adam memperhatikan Ally dan Alec, "Alec sudah terlalu lama sendiri. Tunggu! Dia memang sendiri dari dulu makannya tidak dapat jodoh!" tawa Adam menggema diikuti dengan suara kesakitan karena Riana memukul bahu Adam dengan majalah yang sebelumnya dibaca Albert.

"Apa kalian tidak pernah jatuh cinta satu sama lain?" tanya Albert penasaran.

Suasana seketika menjadi hening. Alec dan Ally yang duduk berhadapan mengirimkan kode melalui tatapan mata seolah 'kamu aja yang jawab?'

"Salah satunya pasti pernah," sahut Adam, "Biasanya perempuan yang jatuh cinta terlebih dahulu." Ally menatap tajam Adam.

"Kita belum saling mencintai," kata Alec.

Adam heboh seketika, berbeda dengan raut muka kedua orang tua Alec yang sedikit muram mendengar jawaban putranya. Adam yang peka langsung mengembalikan keadaan.

"Tenang!!! Masih belum, berarti masih ada kesempatan," balas Adam membuat Alec tersedak. Ally langsung memberikan Alec gelas minumnya. Hal itu tidak lepas dari perhatian tiga orang diruangan itu.

"Kalian cocok bersama kok," sahut Riana.

"Sangat cocok! Dad dan Mom sudah merestui kalian jika kalian ingin menikah," goda Albert. Godaan tersebut membawa pengaruh bagi Ally yang seketika mengingat bagaimana Alec memeluknya kemarin...Pipinya merona.

Ally menggelengkan kepala lalu melihat wajah jahil Adam yang menahan tawa dan menaik turunkan alis miliknya ke arah Alec yang terdiam. Ally mendengus memilih tidak menanggapi godaan Albert dan memilih makanannya.

TBC

Precious Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang