9. Semesta Suka Bercanda

2.2K 212 8
                                    

Hi Hello!

Ayey, balik lagi sama ceritanya Pak Satria dan Mba Caca. Yang kangen merapat yuk. Happy reading and enjoy!

***

Semester lima kemarin sudah ditutup dengan pelaksanaan KKN sebulan penuh di desa pelosok. Gue, Wira, dan Anya akhirnya bisa menaklukan semester lima yang rasanya berat banget buat dijalanin, karena tugas mulai banyak yang individu dan juga pelaksanaan KKN yang dilaksanakan pas kita lagi sibuk-sibuknya ngurusin UAS.

Dengan nilai perancangan B+ gue udah bernafas lega banget, akhirnya engga usah ngulang mata kuliah 6 sks tersebut. Memasuki awal semester enam, kita bertiga memutuskan untuk melakukan sesuatu atas permintaan gue.

"Lo yakin, Ca?" tanya Wira.

Gue mengangguk mantap, "sekalian liburan habis KKN, Wir. Engga capek apa kuliah terus? Ngurus himpunan terus?"

Anya mengangguk setuju, "betul tuh kata Caca, gue juga pengen ngebuktiin ke Ayah kalau kuliah gue engga hanya sekedar himpunan sama ngebucin."

Wira menatap gue, "iya gue tau. Tapi Ca, lo melakukan ini bukan karena pengen 'dilihat' sama Pak Satria 'kan?" tanya Wira.

Gue diem.

Jadi setelah pertemuan terakhir gue dengan Pak Satria di Warung Pasta, seminggu setelahnya gue ngobrolin ini dengan Wira dan Anya sebelum kita bertiga berpisah tempat KKN. Gue ngajak mereka ikut conference ke Jepang, karena jujur omongan Pak Satria siang itu nempel terus di otak gue.

"Ya engga lah, gila." Gue menyanggah, walaupun apa yang keluar dari mulut gue adalah kebohongan yang engga sepenuhnya bohong.

Jadi gini, awalanya alasan gue memutuskan conference ke Jepang karena pengen membuktikan aja ke Pak Satria kalau omongan dan harapan dia ke gue tuh emang bener. Tapi seiring berjalannya waktu, pemikiran gue semakin berkembang, gue berfikir bukan hak gue buat memuaskan setiap harap yang orang lain punya.

Jadi lama kelamaan niat gue ikut conference ini karena pengen mengukur skill yang ada di diri gue, mengembangkan diri, dan pengen tau sejauh mana gue berkembang semasa kuliah ini. Rebahannya mari kita sudahi, selagi ada liburan berkedok conference kenapa tidak.

Wira memicingkan matanya, menatap gue curiga, "yakin lo? gue hafal betul lo 'kan paling males ikut conference kayak gini."

Gue mengangguk yakin, "beneran dah. Lagian pas penelitian bareng Pak Satria kemarin dan dapet juara satu itu kayak jadi motivasi, gue semakin pengen explore diri lebih jauh lagi dan nyari pengalaman lebih banyak. Lumayan 'kan mumpung masih mahasiswa."

Akhirnya Wira mengangguk-nganggukan kepalanya, artinya dia sudah percaya dengan apa yang keluar dari mulut gue.

Dan di sinilah kita sekarang, setelah KKN selesai disaat yang lain istirahat sebelum masuk kuliah minggu depan. Gue, Anya, dan Wira sibuk ngurus berkas keberangkatan ke Jepang.

"Paspor? Visa? Essay kalian sudah disiapkan?" tanya Bu Mita selaku dosen wali kami sekaligus penanggung jawab atas conference ini.

"Sudah bu," jawab Wira.

"Tiket pesawat buat berangkat dan pulang sudah?" tanya sekali lagi.

"Sudah aman bu," jawab Anya.

Bu Mita mengangguk, "Ca, kamu sudah hubungi Jaden 'kan?" tanyanya, kali ini pertanyaan beliau tunjukan ke gue.

"Sudah, bu. Tempat tinggal kita selama di sana sudah dicarikan sama Kang Jaden, buat Wira dia katanya tinggal di kosan Kang Jaden," jelas gue.

Sekali lagi Bu Mita mengangguk, "oke. Kalian berangkat minggu depan, takutnya saya engga bisa nganter kalian ke bandara langsung minggu depan, saya mau ngasih wejengan sekarang aja ya." Dan satu persatu wejengan dari Bu Mita mulai kita dengarkan.

Grow Up: MercusuarWhere stories live. Discover now