13. Rumor

2.2K 181 8
                                    

Hello!

Selamat membaca, enjoy. 

***

Conference di Bangka Belitung cuman memakan waktu enam hari dong, dua hari diperjalanan, sisanya kita habiskan waktu di Bangka buat conference dan di Belitung buat liburan megunjungi pantai yang cake-cakep.

Jujur, seminggu di Bangka Belitung engga cukup buat gue sama Wira. Kita berdua termasuk pengaggum pantai garis keras, makannya begitu jalan-jalan di Belitung kayak seneng banget karena banyak pantainya. Dua hari di Belitung engga cukup buat explore seluruh pantainya.

Tadinya gue sama Wira mau extend liburan di Belitung, tapi engga dikasih ijin sama Pak Satria. Padahal pake duit masing-masing engga minta sama dia, tapi katanya kita harus segera balik ke kampus, kembali ke realita mengerjakan tugas akhir, dan dia sibuk ngurus akreditasi jurusan.

Sial banget emang, engga bisa gitu liat mahasiswanya happy dikit karena dikasih pantai.

"Jadi gimana liburan sama calon jodoh? Wir, lo jadi kamcong dong," tanya Anya begitu kita sudah selesai dengan kelas Seminar Tugas Akhir dan memutuskan buat nongkrong dulu di Kantin.

"Kamcong apaan anjir?" tanya Wira.

"Kambing conge," jawab Anya, kemudian ketawa sendiri karena jokes yang dia lemparkan sendiri.

"Bangsat, alay bener disingkat-singkat segala," timpal Wira, "gue deg-degan tau Nya, sekamar sama Pak Satria. Takut di grepe-grepe."

Gue menatap Wira sinis, "omongan lo dijaga wahai sobat setan. Ini masih di lingkungan kampus."

"Dih, ada yang belain calon jodohnya, Wir." Anya menyenggol lengan Wira yang lagi menikmati es teller, akhirnya Wira keselek.

"Calon jodoh apasi? Gue 'kan mau moveon sama Kang Fatthan," sanggah gue.

Anya mencebik, "move on? Hello, lo pikir gue engga tau lo berdua sering keluar makan malam berduaan doang?" tanya Anya.

Gue menatap Wira dengan tatapan sinis, siapa lagi yang mulutnya ember kalo bukan dia, Pak Satria 'kan engga mungkin, "mulut lo tuh ye Wir, sekali aja engga bocor kek ada yang kurang ya?"

Wira yang daritadi sedang sibuk menikmati es telernya kembali tersedak, "anjir, kenapa gue lagi?! Gue engga ngomong apa-apa sama Anya," protes Wira.

Anya daritadi ketawa-ketawa mesem gitu, bikin gue curiga, "terus kok lo bisa tau Nya?" tanya gue.

Dia nyengir, "dari Mas Ghian."

"Loh," gue kaget.

"Lho," Wira ikut kaget.

"Hah?" gue jadi keong.

"Kan bener anjir feeling gue," lanjut Wira.

"Diem lo, gue udah engga percaya lagi sama feeling lo." Gue menatap Wira sinis, yang ditatap langsung kicep dan kembali menikmati es telernya.

"Dahlah gue engga akan ikut campur, mau menikmati es teller aja. Seger banget dingin gini ditengah-tengah situasi yang memanas."

"Mas Ghian pasti tau dari Pak Satria 'kan?" tanya gue yang dijawab anggukan oleh Anya, "kok bisa Pak Satria ngasih tau Mas Ghian?" tanya gue.

Anya mengangkat kedua bahunya, "engga tau gimana jelasnya, kemarin Mas Ghian cuman bilang kalau Pak Satria sering keluar malem sama lo selama di Bangka Belitung."

"Ya makan doang."

"Masa?" tanya Anya.

"Gelut sekali-kali, dia ngeselin banget sumpah. Ternyata dia bisa liat hantu ya?" tanya gue.

Grow Up: MercusuarWhere stories live. Discover now