04

606 81 8
                                    

“Jun”

Yeonjun pun terbangun dikarenakan Ia mendengar rengekan dari orang yang masih betah Ia peluk. Ia membuka matanya lebar-lebar, agar Ia bisa melihat tau mengapa si manis ini merengek.

“lha, ngelindur nih anak” lirihnya.

“Jun~”

“iya-iya sayang, Yeonjun di sini” ucapnya dan mulai mengecup dahinya.

Karena merasa terganggu, Soobin pun terbangun dari tidurnya dan Ia melihat sahabatnya tengah mengecup dahi nya itu.

“Jun”

Yeonjun tau ini bukanlah rengekan ataupun mengigau, lantas Ia pun langsung melepas kecupan yang bisa dibilang cukup lama itu.

“tadi lo ngelindur Bin, gue kira kenapa-napa, mana manggil nama gua lagi. Jadi gue nyium kening lo, biar tenang” ucapnya dengan muka yang terbilang sangat dekat, hanya sekitar 5 sentimeter.

“m-makasih J-jun, keknya g-gua kecapean” ucapnya terbata-bata karena tatapan lembut dari sahabat di depannya itu, tak lupa kepalanya yang ikut menunduk karena malu dan merasakan detakan jantungnya yang tidak normal seperti biasanya.

‘njir jantung gua kenapa’ –batin Soobin.

“yaudah yok kebawah, gua masakin sarapan” ucapnya dengan senyum tampannya, membuat Soobin mendongkak dan ikut tersenyum manis diikuti anggukkan cepat.

Mereka pun keluar dari kamar Soobin dan pergi menuju dapur. Soobin langsung duduk manis di ruang makan, menunggu sahabatnya datang membawa makanan. Yeonjun pun bersiap di dapur nya untuk membuat sarapan untuknya dan sang pemilik rumah.

Soobin hanya terdiam dan berusaha mengambil kembali nyawanya dan menepis ingatan dan perasaannya saat baru bangun tidur tadi. Sesekali kepalanya terjatuh karena Ia masih mengantuk. Dan Yeonjun, Ia tersenyum melihat kelakuan sahabatnya itu. Ia pun selesai dengan acara masak-memasaknya dan segera memindahkan makanan tersebut dari panci penggorengan ke piring. Lalu Ia membawa kedua piring tersebut menuju meja makan.

“Bin” yang dipanggil tidak menyahut.

“ayo bangun sayang~” bisiknya tepat di telinga Soobin. Dan sontak hal itu membuat Soobin terkejut dan terbangun dari kelanjutan tidurnya itu.

“Jun, jangan bikin kaget dong” ucapnya sambil mengembungkan pipinya.

“iya-iya maap” ucapnya sambil mengelus pipi itu dengan punggung tangannya.

“makasih, Jun” ucap Soobin dengan senyum lebarnya dan juga dimple nya.

“makan yang banyak”

“kamu juga, Jun”

Kedua nya pun mulai memasukan makanan tersebut kedalam mulut mereka. Tak ada pembicaraan selama makan, itulah prinsip Yeonjun. Soobin pun mengetahui peraturan Yeonjun itu. Mereka pun menghabiskan makanannya dan menyimpan piring kotor tersebut di wastafel.

“cuci Bin, jangan asal ngabisin doang”

“iya-iya”

Akhirnya Soobin menyuci piring yang baru Ia pakai tadi, Yeonjun pun sama. Mereka mulai masuk kedalam keheningan, menyatu dengan suara seisi rumah yang sepi itu. Tak lama,

“CHOI YEONJUN!!!”

Yeonjun yang sudah beres dengan cuci piringnya dan mulai menjahili Soobin. Ia menempelkan tangannya yang penuh dengan busa sabun itu ke baju sang pemilik rumah berdimple. Yeonjun–sang pelaku hanya tertawa lebar dan lari menjauhi dapur. Soobin tak tinggal diam, Ia mengejar Yeonjun dengan kedua tangannya yang penuh dengan busa sabun, dan tangan kanannya itu sedang membawa sabun cuci piring.

Keduanya menempelkan, menggosok, bahkan melempar beberapa furnitur yang menyebabkan keadaan ruang lantai bawah itu sangatlah kotor dan berantakan. Keduanya pun memberhentikan kegiatan jahil-menjahili nya itu, dan membaringkan tubuhnya di karpet berbulu ruang tamu, bersebelahan.

“hahh.. hah... capek...”

“hahahhaa... loh.. kotor banget... Bin”

“berisik Yeonjun! Gua hahh... capek...”

“iya-iya”

Mereka kembali terdiam dan melihat ke arah langit-langit rumah. Tak lama kantuk pun datang, padahal matahari saja belum berada tepat di tengah langit yang cerah itu. Mereka pun tertidur dalam keadaan berantakan di karpet ruang tamu Soobin.

--:::------::------------------->♡<--------------------::------:::---

Soobin membuka matanya dan menatap kesekeliling. Ia menemukan Yeonjun yang tengah terlelap itu. Tangannya mulai mengusak surai lemon itu dan entah apa yang merasuki Soobin hingga Ia mendekatkan tubuhnya, sangat dekat dengan Yeonjun. Ia menindih lengan Yeonjun sebagai bantal untuk kepalanya, tak lupa Ia mengalungkan lengannya pada badan sahabatnya itu.

‘tak salah bukan kalau aku melakukan ini?’ pikirnya. Mungkin Ia mulai mengakui bahwa Ia menyukai sahabatnya, namun Ia tetap saja selalu menepis pikirannya itu. Ia ingin tetap seperti ini.

Ia pun semakin mengeratkan pelukannya. Yeonjun ternyata sudah bangun namun Ia tetap menutup matanya, Ia merasa bahwa Soobin sedang memeluknya. Ia pun mengarahkan tubuhnya ke arah kanan dan membalas pelukan dari si manis. Keduanya sama-sama menaikkan ujung bibirnya tanpa sepengetahuan lawan peluknya itu. Dan ya, mereka kembali tertidur dalam pelukan.

Mereka bisa saja terus tertidur, tapi telepon rumah Soobin berdering. Keduanya pun terbangun karena suaranya, kedua pasang mata itu saling menatap cukup lama. Soobin yang merasa malu itu langsung pergi menuju telepon rumahnya dan meninggalkan Yeonjun dengan senyum yang menghias mukanya. Sebelum mengangkat telepon, Soobin membenarkan deru nafasnya karena tatapan Yeonjun tadi. Hal itu sangat membuat jantung Soobin ber-marathon. Lantas Ia pun mengangkat telepon tersebut saat Ia merasa deru nafas dan jantungnya sudah dirasa normal.

“halo?”

“ahh.. Soobin... akhirnya kau mengangkatnya...”

“ohh? Ibu? Maaf Bu, tadi aku tertidur”

“tumben sekali kau tidur di siang hari?”

“ya aku sangat kelelahan, Bu. Bagaimana kabar Ibu dan Ayah disana?”

“kami baik saja sayang, ayah sedang ada urusan jadi dia tidak bisa berbicara denganmu sekarang. Bagaimana denganmu sayang? Dan Yeonjun? Dia bagaimana?”

“syukurlah, kita juga baik, Bu. Yeonjun juga sudah mulai menginap kok.”

Keduanya terus menelepon dan membicarakan berbagai hal. Yeonjun pun melihatnya dan menarik ujung bibirnya itu. Ia pun lantas mendekat.

“halo Ibu!”

“Jun, nyantuy dong”

“maap Bin. Gua juga mau lapor nih!”

“ehh? Halo Jun... bagaimana Soobin, dia tidak merepotkanmu kan?”

“Ibu ini, baru saja kemarin ditinggal, sudah menanyakan kabar anaknya”

“namanya juga insting seorang Ibu, Jun hahahaaa...”

“hahahhaaa.. Ibu bisa aja. Dia baik kok Bu, jinak, nggak galak, nggak gigit juga kek macan Bu”

“HEH! Apasih jinak jinak! Gua emang baik tau gak?!”

“udah-udah, bagus kalau kalian baik aja, Ibu tutup dulu ya? Ibu ada urusan sebentar lagi, Yeonjun jaga Soobin ya, Soobin juga jangan nakal-nakal”

“iiihhh... aku ngga-” teleponnya ditutup sepihak.

“hahahahaaa... tuh denger! Jangan nakal-nakal!” Yeonjun tertawa dan bersiap lari karena Soobin yang terlihat ingin sekali membetot sahabatnya itu. Dan terjadilah peperangan kecil di rumah Soobin, yang mungkin lebih tepatnya sekarang mereka berada di kamar Soobin.

Berakhir dengan tidur di atas kasur king size milik Soobin dan membiarkan semua kekacauan yang sudah terjadi.

Bestfriend(?)Where stories live. Discover now