019 | Acting up again?

149 76 93
                                    

"Ra-Rachel?"

Langkah Rachel mundur perlahan kemudian cepat-cepat dia masuk ke dalam lorong toilet perempuan, agar Lucas tak mengejarnya.

Dada Rachel terasa sesak, kenapa? Rachel pun tidak tahu, ia sangat tidak mengerti kenapa pada saat Lucas jauh, Rachel selalu merasa tak aman. Lalu sekarang saat Lucas sedang bersama orang lain, dada Rachel bergemuruh hebat.

Kenapa? Kenapa hari ini Rachel begitu sial? Rasanya dia ingin segera cepat kembali ke asrama lalu menidurkan tubuh dan mengistirahatkan pikirannya.

Beberapa saat setelah Rachel menunaikan hajat kecilnya, Rachel membasuh wajah dan menyeka hidungnya pelan. Terasa ada sesuatu seperti cairan hangat mengalir di sana. "Loh, darah?" Rachel langsung membersihkannya dan pergi keluar dari toilet. Rachel mengendap-endap perlahan di balik dinding, semoga Lucas dan gadis itu tidak ada lagi di sana. Dan ternyata dugaan Rachel benar, mereka sudah pergi.

Rachel berjalan ke pot tanaman besar yang ditempatkan di antara dua elevator di lorong kelas sepuluh. Tanaman itu tampak palsu, hiasan yang dilewati orang setiap hari tanpa benar-benar menyadarinya. Rachel sibuk memerhatikan tanaman yang terletak disamping elevator itu, tanpa ia sadari seseorang lelaki baru saja keluar dari lift, menyebabkan kepala Rachel terlantuk pelan ke dada bidang milik lelaki itu. "Rachel?"

"A—Angga?"

"Kenapa di sini? Bukannya kamu di ruangan osis?"

"Eh? Benarkah? Aku lupa," jawab Rachel kikuk.

"Kalau begitu mari kuantar ke sana lagi." Rachel mengangguk.

"Rachel, aku benar-benar minta maaf karena tidak sengaja sudah melempar bola ke arahmu," tutur Angga merasa bersalah. "Eh? Ternyata kamu ya?" Rachel mendadak pusing, kepalanya sedikit berdenyut.

"Akh, sudahlah. Antar aku keruangan itu sekarang," gumam Rachel pelan. "Iya, hati-hati jalannya Raa." Angga memapah tubuh Rachel dengan tangan yang dikaitkan pada pundak Rachel.

Drrt drrrtt drrtt... Ponsel Rachel yang berada di saku almamaternya bergetar. "Angga... tolong angkat itu."

Angga mengangguk. Lalu menatap ponsel Rachel sekilas. "Seperti ponsel milik Lucas?" batin Angga.

Alzam Jelewk is calling you..

Accept | Ignore

"Halo?"

"Kakaaa!" Seketika Angga menjauhkan ponsel Rachel dari telinganya.

Rachel menatap Angga. "Siapa?" tanya Rachel.

"Tidak tahu. Dia meneriaki kaka."

"Oh, itu adik laki-lakiku, bilang saja padanya untuk langsung menjemputku.

Angga menatap Rachel kebingungan. " Kamu akan pulang ke rumah?"

"Iya, besok adalahhari libur."

"Tapi kan, kamu punya jadwal ujian susulan."

Rachel menghela napas berat. "Angga, aku benar-benar tidak mengerti..." gumam Rachel. "Aku tidak seharusnya mendapat nilai terlalu rendah seperti itu, ahhh aku pusing..." lanjutnya.

"Apakah benar begitu?"

"Benar. Sepertinya aku dijebak."

"Hey ada orang di sana? Kenapa tidak dijawab? Ka Rachel!" teriak seseorang dari dalam ponsel.

"Jadi, aku harus bagaimana Angga?"

Rachel perlahan duduk di kursi yang berada di belakang kelas 10. Mereka sudah setengah jalan hampir sampai ke SCLA dan mereka berhenti sebentar karena memutuskan untuk menerima panggilan dan melakukan perdebatan kecil.

Cuz You're My PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang