18

565 55 6
                                    


"Gin-san, tisu toiletnya habis. Akan kubeli dulu" Shinpachi bersiap keluar rumah tapi dicegah oleh Gintoki. "Matte, aku saja yang beli, Pattsuan" Gintoki mengorek telinganya santai. "Heh? Kau yakin keluar rumah sendirian? Nanti kalau Hijikata-san kesini bagaimana?" Sangkal Shinpachi, dirinya tak mau ikutan kena masalah rumah tangga.

"Tidak apa, aku sekalian ingin beli parfait. Nanti kau bilang saja kalau dia datang" Gintoki memutar kedua bola matanya malas, toh belum tentu juga Hijikata akan mampir ke rumahnya. Pasti dia bekerja sampai malam, pikir Gintoki.

"Baiklah, aku harus menjemur baju kita. Kagura-chan, apa kau bisa membantuku?" Shinpachi berbalik arah ke tempat cucian. "Hai-aru!" Kagura yang enak-enaknya makan sukonbu tidak bisa menolak Shinpachi, tentu karena Gintoki yang sedang berbadan dua membuat Kagura lebih betah dirumah daripada jalan-jalan bersama Sadaharu. Sepertinya anjing besar itu sedikit sedih karena tidak sering jalan-jalan lagi, poor Sadaharu.

"Baiklah, parfait aku datang~" Aura Gintoki terhiasi oleh bunga-bunga bermekaran, tanda ia benar-benar gembira saat ini. Gintoki keluar dari rumah sewanya lalu menuruni tangga, ia melihat motornya yang tidak ia pakai selama sebulan itu.

"Aaahh, aku ingin naik motor kalau saja mayora itu tidak melarangku"

Flashback

"Oh iya, Gintoki selama sebulan ini kau tidak mengendarai motormu satu kali pun kan?" Hijikata melotot horor, membuat Gintoki mau tak mau bergidik. "Ti-tidak, aku belum memakai motorku" Pundak Gintoki terangkat. "Hm, bagus lah. Selama kau hamil kau dilarang memakai motormu, akan berbahaya jika kau naik motor dalam keadaan sedang berbadan dua" Hijikata menyalakan rokoknya.

Buaghh

"Konoyarou! Berarti selama sembilan bulan motorku nganggur, gitu?!" Dagu Hijikata ditinju dengan keras oleh tangan Gintoki. "Aduh... sakit bodoh! Kau lebih memilih yang membahayakan?!" Hijikata menjewer telinga Gintoki kencang. "I-ittai ittai.. baiklah baiklah, aku tidak akan menggunakan motorku" Gintoki akhirnya mengalah, ia tidak bisa membantah Hijikata.

~~

"Baka Hijikata!" Gintoki menggeram kesal setelah mengingat kembali flashback tersebut. Tiba-tiba saja dia sudah berada di depan toko parfait. Ia sudah selesai membeli tisu toilet sejak tadi.

"Parfait stroberi, I'm coming baby~" Gintoki memeluk dirinya sendiri, orang-orang yang lewat hanya bisa terdiam di tempat. Dengan rasa tidak tahu malu, Gintoki pun melangkah masuk ke dalam toko.

"Hmph, masih suka yang manis-manis ya, padahal wajahmu tidak pernah berubah. Masih manis sampai sekarang" Suara seseorang yang familiar di mata Gintoki pun terdengar. Crimson si surai perak itu terbelalak, ia tak percaya kalau di depannya ini adalah Takasugi Shinsuke.

"Jangan terkejut begitu, bola matamu yang indah itu akan keluar dari matamu nanti" Takasugi menyeringai jahat. "K-kau! Takasugi!" Gigi Gintoki menggertak. "Heh, masih ingat ternyata. Hisashiburi, my mine" Takasugi melambaikan kelima jarinya.

"Apa yang akan kau perbuat lagi di Edo? Membunuh lagi? Meledakkan lagi?! Sudah cukup Takasugi, aku tidak akan membiarkanmu melakukan apapun" Sebelah tangan Gintoki mengepal erat. "Heee kowaii~ tenang saja aku tidak akan meledakkan sesuatu, tapi aku akan membunuh seseorang" Takasugi tersenyum miring, seolah-olah memberi kode Gintoki siapa yang akan ia bunuh.

"Takasugi... Yamero!" Gintoki menjatuhkan plastik berisi tisu toiletnya di depan toko parfait lalu mengejar Takasugi yang mulai berlari, Gintoki yakin pasti si brengsek itu mencari Hijikata yang sekarang sedang berpatroli. "Takasugi! Kubilang berhenti! Hentikan langkahmu! Jangan incar siapapun lagi! Kumohon jangan bunuh siapapun lagi!" Gintoki menyusul semakin cepat, tapi sia-sia, ia berhenti berlari karena tiba-tiba perutnya terasa sakit.

"Ittai... Taka..sugi.." Gintoki masih berusaha berjalan mengejar langkah Takasugi yang sudah jauh dari pandangannya.

"Gintoki? Hei kau kenapa?!" Katsura dan Elizabeth yang tidak sengaja melihat Gintoki dari kejauhan pun berlari ke arahnya. "Zura.. hentikan Takasugi.. kumohon" Gintoki mencengkram pundak Katsura menahan sakit di perutnya.

"Zura janai, Katsura da! Apa maksudmu dengan hentikan Takasugi? Lebih baik aku mengantarkan kau ke rumahmu, kau terlihat kesakitan. Aku akan membopongmu" Katsura meletakkan sebelah tangan Gintoki di bahunya. Ia berjalan pelan membopong Gintoki yang masih terlihat kesakitan.

"Zura! Kejar Takasugi! Kenapa kau malah membopongku?!" Gintoki memuncratkan kekesalannya di depan wajah Katsura. "Ta-Takasugi ada di Edo?!" Tanya Katsura watados. "Kenapa kau konek nya lama sekali sih? Takasugi akan membunuh Hijikata! Aku tidak mau dia membunuh siapapun lagi" Gintoki menggeram kesal.

"Tapi, kalau aku menyusul menuju Hijikata nanti aku ditangkap oleh dia dong?" Katsura berpikir dengan wajah bodoh. "Ah, iya juga ya" Sepertinya Gintoki lupa kalau Katsura itu buronan Shinsengumi. Jadi, disini siapa yang benar? Jawabannya adalah mereka bodoh semua.

~~

"Doumo, Oni No Fukuchou" Takasugi kini sudah berada tepat di depan sang wakil komandan Shinsengumi tersebut yang sedang menghisap rokoknya di jalanan Kabukichou yang sepi. "Takasugi.. ka? Aku sudah menyangka kau akan mengunjungiku seorang diri" Hijikata membalas santai sembari menghisap rokoknya.

"Hee, kau terlihat santai.. sudah siap mati ya?" Takasugi menginterupsi. "Heh, yang mati itu kau. Dasar pembunuh" Hijikata tertawa mengejek, ia langsung menyerang Takasugi dengan katananya.

"Oh, kata-katamu bagus juga, pembunuh ya? Aku memang pembunuh, bahkan aku buronan kalian kan?" Takasugi menyeringai. "Cih, kubunuh kau" Hijikata semakin liar menyerang Takasugi.

Mereka terhanyut dalam pertarungan, tak peduli dengan keadaan sekitar. Toh, jalanan terlihat sepi dan tidak ada yang melihat.

"Gin-san! Ada apa? Kau kenapa?" Shinpachi panik karena Gintoki dalam keadaan dibopong oleh Katsura. "Tidak, aku hanya berlari kencang lalu perutku tiba-tiba sakit" Gintoki berusaha duduk di sofa panjangnya sambil memegang perutnya.

"Gin-san, kau kan sedang hamil. Jangan memaksakan diri seperti itu, lagian kenapa kau berlari-lari?" Shinpachi mulai berceramah. "Hah? Gintoki? Hamil? Dia? Seriusan?" Katsura yang masih di dalam rumah Yorozuya itu terkejut bukan main, Elizabeth hanya bisa diam mendengarkan.

"Urusee na Zura. Pattsuan, kalau kau tanya kenapa aku berlari-lari kencang karena Takasugi sedang menuju Hijikata untuk membunuhnya. Aku tak mau dia membunuh siapapun lagi" Gintoki menunduk, sedih bercampur marah terlihat di raut wajahnya.

"Gintoki, apa kau bisa menyerahkan masalah ini padaku dan Sakamoto?" Tanya Katsura serius. "Bisa saja, tapi aku akan tetap ikut. Karena itu adalah salahku" Gintoki bangun dari duduknya.

"Kalau ku larang juga percuma kan? Baiklah, ayo kesana. Perutmu sudah baikan?" Katsura melangkah keluar dari kediaman Yorozuya itu. "Gin-san, sejujurnya aku juga melarangmu pergi kesana. Untung saja Kagura-chan di rumah aneue, jadi kau tidak akan dipaksa untuk diam disini. Aku juga ikut dengan kalian, aku harus memastikan keadaan Gin-san" Shinpachi benar-benar khawatir dengan keadaan bos nya itu.

"Shogane na.. Zura, hubungi Tatsuma" Gintoki menuruni tangga rumahnya dengan hati-hati. "Zura janai, Katsura da! Elizabeth, hubungi Sakamoto" Perintah Katsura dan dibalas anggukan oleh Elizabeth.

"Takasugi, kali ini aku tidak akan membiarkan kau berbuat sesukamu lagi" Kedua tangan Gintoki mengepal erat, rahangnya mengeras. Dia tidak ingin kehilangan orang yang ia sayangi lagi.


TBC

Maaf bgt lama ga up hehe, sebagai gantinya aku up langsung double chapter🤭selamat membaca~

Seme Or Uke? Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu