SC-12

906 135 21
                                    

Drrrrtt.. drrtt... Drrtt....

Wang Yibo membuka matanya ketika dering ponsel mengusik tidurnya. Dengan perlahan Wang Yibo meraih ponsel tersebut sembari menahan rasa perih dari goresan luka yang ada di punggungnya.

Wang Yibo menatap malas nama kontak yang muncul di layar ponselnya. Zheng Shuang, gadis angkuh yang menjadi temannya dulu itu sekarang kembali menghubunginya setelah beberapa hari menghilang tanpa kabar sejak pengakuannya di koridor sekolah beberapa hari yang lalu.

Dengan enggan Wang Yibo menerima panggilan itu sembari memijat kepalanya yang terasa pening setelah kemarin dengan paksa tuan Wang meminta anak buahnya menyuntikkan obat tidur hingga membuatnya tak sadarkan diri.

"Ada apa?" Tanya Wang Yibo datar.

["Begini Yibo, pertama aku ingin minta maaf atas semua yang sudah aku lakukan pada kekasihmu. Dan aku juga ingin mengucapkan selamat tinggal padamu karena besok aku akan pergi ke Swiss untuk melanjutkan sekolahku di sana. Lalu--"]

"Apa hanya itu yang ingin kau katakan? Kalau iya, maka aku akan memutus sambungan ini."

["Tu.. tunggu Yibo.. ada lagi yang ingin kukatakan. Ini tentang Xiao zhan. Dia--"]

"Ada apa dengannya? Apa yang kau lakukan padanya? Jika sampai ada sedikit saja goresan di tubuhnya, maka kau yang akan ku bunuh saat itu juga." Cerca Wang Yibo kalut begitu mendengar Zheng Shuang menyebutkan nama Xiao zhan.

["Tidak Yibo. Bukan itu.. tunggu dengarkan aku dulu. Ini sama sekali tak ada hubungannya denganku. Aku bahkan baru tau kalau Xiao zhan akan pindah--"]

"Pindah? Apa maksudmu? Pindah kemana?" Lagi-lagi Wang Yibo menyela Zheng Shuang karena rasa panik yang dia rasakan selalu berlebihan jika itu menyangkut tentang Xiao zhan.

["Aku tak yakin apa kau tau masalah ini. Tapi yang jelas semalam ayahmu datang ke rumahku. Dia meminta ayahku untuk memindahkan Xiao zhan ke sekolah lain dimana pun asal bukan disini. Dia tak ingin keberadaannya disini mengganggumu. Awalnya ayahku tak setuju karena kau tau sendiri bukan kalau Xiao zhan itu sangat berharga untuk sekolah kebanggaan ayah? Tapi paman Wang mengatakan akan menjadi donatur tetap di sekolah jika ayahku mau melepas Xiao zhan dan memindahkannya ke sekolah lain. Akhirnya ayahku setuju dan sore ini Xiao zhan akan berangkat ke New Zealand."]

Mendengar informasi dari Zheng Shuang membuat Wang Yibo meradang. Pemuda pucat itu bahkan lupa mengucapkan terima kasih pada gadis itu karena dia langsung memutus sambungan telepon dan bergegas keluar dari kamarnya untuk segera menemui Xiao zhan. Namun sebelum itu, Wang Yibo masih menyempatkan diri untuk menyimpan dua buah gunting di balik saku jaket miliknya.

"Kau mau kemana?" Tanya tuan Wang yang duduk di ruang keluarga tepat di depan kamar Wang Yibo.

"Bukan urusanmu." Balas Wang Yibo datar sembari terus berjalan melewati tuan Wang. Jujur sebenarnya dia ingin berlari agar cepat sampai di garasi dan pergi dengan mobilnya untuk menemui Xiao zhan. Namun luka di punggungnya sungguh menyiksanya hingga akhirnya dia memutuskan untuk berjalan dengan langkah sedikit lebih cepat.

"Kau ingin menemui pelacur itu? Percuma karena ayah takkan menginjinkanmu menemuinya."

Mendengar ucapan tuan Wang yang dengan sengaja menghina Xiao zhan, membuat hati Wang Yibo memanas menahan amarahnya yang sudah berada di ubun-ubun kepalanya.

"Aku tak butuh ijin dari siapapun untuk menemuinya, terutama kau. Dan apa tadi kau bilang? Pelacur? Bahkan kau lebih dari sekedar kata hina dibandingkan orang lain yang kau sebut pelacur itu." Ucap Wang Yibo yang membuat amarah tuan Wang kembali memuncak.

Dengan segera dia memerintahkan beberapa bodyguard untuk kembali menahan Wang Yibo. Namun dengan gesit Wang Yibo melukai para bodyguard itu dengan gunting yang dia simpan di balik saku jaketnya. Bahkan Wang Yibo tak lagi perduli dengan luka di punggungnya.

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang