4. Mabuk

205K 20.2K 1.2K
                                    

Kekesalan Queenzie karena tidak mendapat balasan sapaan dari Dhaffi membuatnya tanpa sadar menambah minumannya yang sudah habis.

Queenzie merasa bodoh karena masih tetap menyapa Dhaffi padahal tahu jika Dhaffi bukan orang ramah yang akan membalas sapaannya. Untuk melupakan kebodohannya itu, Queenzie menambah minumannya lagi sampai beberapa kali berharap kilasan balik yang memperlihatkan tingkah konyolnya yang tersenyum pada Dhaffi bisa hilang dari otaknya. Queenzie seakan lupa jika niatnya ke bar hanya untuk mengobrol dengan teman-temannya. Bukan untuk mabuk.

“Lo kenapa, Zie? Ada masalah?” tanya Stella setelah melihat Queenzie yang menghabiskan minumannya dengan cepat lalu menambahnya lagi.

Queenzie mengangguk dengan keadaan setengah sadar. “Dia sekarang jadi sumber masalah gue. Bokap suka sama dia, tapi gue gak suka. Dia cuek sampai balas sapaan gue aja dia gak mau.”

Stella menggaruk tengkuknya bingung. “Dia siapa?” tanyanya penasaran. Wajar kalau Stella penasaran karena selama ini dia belum pernah mendengar ada cowok yang mengabaikan Queenzie seperti yang diceritakan Queenzie barusan.

“Cowok itu!” tunjuk Queenzie pada seorang bapak-bapak dengan perut buncit.

Stella mengerutkan dahi bingung. “Laki-laki kayak Doraemon gitu berani nyuekin Queenzie?” gumam Stella tidak habis pikir.

Tidak lama kemudian Queenzie menggeleng cepat. “Eh, bukan yang itu, tapi yang itu.” Queenzie menunjuk ke sembarang arah dengan mata menyipit.

“Kok dia jadi ada dua? Astaga! Satu aja nyebelin, sekarang malah jadi dua kayak Upin Ipin.” Queenzie terus berceloteh tidak jelas yang membuat kepala  Stella ikut pusing. Memang hanya Stella yang bersama Queenzie sekarang karena Clara baru saja pulang setelah ingat kalau dia besok ada meeting pagi.

“Lo kayaknya udah mabuk deh, Zie. Gue panggilin Ken bentar deh.” Stella segera pergi mencari keberadaan Kenzo dan meninggalkan Queenzie sendirian.

Tidak lama setelah Stella pergi, sofa di samping Queenzie ada yang menduduki.

“Hai, Beb! Ngapain lo sendirian disini? Kenzo mana?” tanya laki-laki itu dengan celingukan.

“Udah pergi sama pacarnya.”

“Turun yuk dari pada lo disini sendirian!” ajak Calvin. Dia adalah mantan sekaligus sahabat Queenzie.

Queenzie mengangguk. “Boleh.”

Calvin memeluk pinggang Queenzie dan menuntunnya menuju dance floor. Queenzie langsung mengalungkan tangannya di leher Calvin setelah mereka berdiri di tengah orang-orang yang sedang menari.

Dhaffi menatap kepergian Queenzie dengan tatapan tajam. Ada emosi yang menguasai dirinya saat melihat Queenzie dengan mudahnya mengizinkan seorang laki-laki memeluk pinggangnya.

Saat mata Dhaffi mengikuti kemana perginya Queenzie, emosinya seperti tidak tertahankan lagi ketika melihat tubuh Queenzie dipeluk dengan mesra dan Queenzie yang sedang menari dengan sensual di depan laki-laki tadi.

Tanpa menunggu waktu lama, Dhaffi beranjak dari duduknya bersiap menghampiri Queenzie.

“Gue balik. Ada urusan,” pamitnya pada teman-temannya lalu pergi menuju titik tujuan.

Aga dan kedua temannya tercengang melihat Dhaffi menghampiri seorang perempuan yang sedang menari dengan seorang laki-laki. Tidak ada yang menyangka kalau urusan Dhaffi adalah itu.

“Dhaffi sekarang sudah besar,” gumam Yesyes.

“Pantes aja gue tawarin cewek-cewek sexy gak ada yang dipilih, ternyata dia udah punya pilihan sendiri.” Aga kesal karena baru sekarang dia tahu kalau cewek yang sering datang ke barnya itu adalah ceweknya Dhaffi.

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang