24. Hujan

156K 17.2K 1.2K
                                    

Queenzie menatap jendela kaca di sampingnya. Di luar hujan sangat deras karena sedari pagi memang sudah mendung.

Sekarang sudah sore, tapi Queenzie masih terjebak di dalam kelas. Tinggal beberapa menit lagi jam kuliahnya selesai.

Queenzie mengirim pesan untuk Kenzo agar menjemputnya karena Kenzo tidak ikut kelas kali ini. Dia lebih memilih jalan-jalan dengan pacarnya. Cowok itu memang keterlaluan. Akan Queenzie adukan nanti pada Naura.

Sorry Zie gue gak bisa jemput lo. Gue udah sampai rumah nih mau bobo mumpung hujan.

Nafas Queenzie memburu. Tangannya gatal ingin menganiaya Kenzo saat ini juga andai cowok itu berada di depannya. Tega sekali dia. Sudah tidak ikut kelas dan lebih memilih jalan-jalan dengan pacarnya, sekarang dia meninggalkan Queenzie pulang duluan. Lihat saja Queenzie akan membuat perhitungan dengannya. Queenzie akan bilang pada Alvis kalau Kenzo meninggalkannya pulang duluan agar Kenzo mendapat amukan dari Alvis.

Apalagi alasan konyol yang diberikan sepupunya itu membuat Queenzie semakin kesal. Bobo dia bilang? Di sini Queenzie bingung mau pulang dengan siapa, tapi di sana Kenzo enak-enakan bergelung di dalam selimut. Membayangkannya saja membuat emosi Queenzie ingin meletup.

Queenzie tidak akan sepusing ini andai tidak mengingat hanya Kenzo yang membawa mobil. Stella tadi berangkat diantar kenalan barunya. Calvin juga tadi membawa motor. Kalau Queenzie nebeng dengannya, sama saja dia akan kehujanan.

“Kenzo nyebelin!” geram Queenzie. Tangannya menggenggam erat ponsel seolah ingin menghancurkan benda tak bersalah itu.

Kelas telah usai, tapi Queenzie tetap setia di bangkunya. Dia masih memandangi hujan yang tidak tahu kapan redanya.

“Gue duluan ya, Zie. Lo nanti dijemput Ken kan?” tanya Stella.

Queenzie mengangguk. “Iya,” jawabnya dengan tersenyum tipis. Dia berbohong agar Stella tidak perlu mengkhawatirkannya.

Stella balas tersenyum lalu berlalu keluar kelas.

Bangku di samping Queenzie tiba-tiba ada yang menduduki. Calvin menopang pipinya dengan tersenyum manis menatap Queenzie.

“Kenapa, Beb? Lo galau sampai lihatin hujan segitunya?” tanyanya.

Queenzie menggeleng. “Apa setiap orang yang ngelihatin hujan itu berarti galau?” tanya Queenzie balik.

Calvin tersenyum cengengesan. “Gak juga, sih. Di video klip lagu galau biasanya kan gitu. Model video klipnya pasti ngelihatin hujan kalau lagi mikirin sesuatu.”

Queenzie memutar bola matanya. Calvin memang tidak jauh dengan Kenzo, sama-sama absurd.

“Pulang yuk, Beb! Gue ngantuk. Hujan-hujan gini enaknya tidur.”

Ucapan Calvin itu mengingatkannya pada Kenzo yang membuat kekesalan Queenzie kembali lagi. Pasti sekarang sepupu kampretnya itu sudah tidur dengan dilapisi selimut hangat.

“Gak mau nanti kehujanan. Kalau gue besok sakit gimana?”

“Ya ke dokter, Beb,” jawab Calvin santai membuat Queenzie semakin ingin menangis saja. Kenapa Tuhan memberikan kadar menyebalkan yang berlebihan untuk Calvin? Kalau saja cowok itu normal sedikit, pasti Queenzie tidak akan ragu membawa Calvin ke hadapan Alvis karena Queenzie juga masih menyayanginya. Jujur saja, Queenzie terkadang takut Calvin menemukan perempuan lain lalu menjauh darinya. Queenzie tidak siap kehilangan Calvin yang sedari dulu selalu berada di sampingnya.

“Lo jangan terlalu deket sama Kenzo, deh. Nyebelinnya Kenzo jadi nular ke lo,” saran Queenzie membuat Calvin terkekeh.

Mereka berdua diam. Queenzie kembali melihat hujan, sedangkan Calvin menatap wajah Queenzie dari samping.

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang