8. Bantuan

175K 18.7K 1.3K
                                    

Dhaffi meregangkan ototnya yang terasa kaku dengan memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Di depannya, ada laptop yang masih menyala dengan menampilkan bagan-bagan. Ada segelas kopi juga yang terletak di samping laptop itu.

Waktu menunjukkan pukul setengah 12 malam. Dia baru saja selesai membuat power point untuk materi yang akan diajarkannya besok.

Karena belum mengantuk, Dhaffi memilih membawa kopinya ke balkon. Dia berniat menikmati dinginnya malam sebelum tidur. Kopinya juga belum habis. Duduk di balkon sembari menikmati setengah cangkir kopi kedengarannya bagus.

Dhaffi berdecak saat melihat lampu kamar Queenzie yang masih menyala. Itu bisa diartikan kalau sang pemilik kamar belum tidur.

Dari balkon kamarnya yang berhadapan dengan balkon kamar Queenzie, Dhaffi memang bisa melihat dengan cukup jelas keadaan kamar Queenzie karena pembatas antara kamar Queenzie dan balkon hanyalah kaca. Jika gorden Queenzie tidak di tutup, Dhaffi bisa melihat isi kamar Queenzie dengan jelas. Seperti tadi sore, Dhaffi bisa melihat Queenzie yang sedang workout di kamarnya. Posisi balkon kamarnya itu mungkin akan menjadi tempat favorit bagi para penggemar Queenzie. Andai mereka mengetahuinya, pasti mereka akan sangat iri dengan Dhaffi.

Dhaffi meletakkan kopinya di meja kecil lalu duduk di kursi sampingnya. Dia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku berniat mengirim pesan pada seseorang.

Di kamarnya, Queenzie sedang mengerjakan tugas yang diberikan Dhaffi. Matanya sudah sangat mengantuk, tapi tugasnya tidak kunjung selesai. Dhaffi memang keterlaluan. Tugas yang dia berikan sangat banyak dan ada beberapa yang tidak Queenzie mengerti.

Entah sudah berapa puluh kali Queenzie menguap sampai matanya berkaca-kaca. Mulutnya sampai capek sendiri.

Tangannya terus menari-nari di atas keyboard. Sesekali tangannya itu membolak-balikkan kertas untuk mencari jawaban yang ada di buku.

Mata Queenzie terasa panas karena sedari tadi dihadapkan dengan layar laptop dan tulisan-tulisan kecil. Kepalanya juga sudah pusing memikirkan jawaban yang cukup sulit ditemukan.

Denting notifikasi dari ponselnya membuat Queenzie mengalihkan pandangan dari layar laptop. Dia mengintip layar ponselnya, ingin tahu siapa yang mengiriminya pesan. Queenzie berharap yang mengiriminya pesan adalah Kenzo yang berisi kebersediannya membantu Queenzie mengerjakan tugas, sayangnya itu bukan Kenzo. Yang mengirimi Queenzie pesan malah nomor tidak dikenal.

Cepat tidur! Besok kamu ada kuliah pagi kan? Jangan sampai besok terlambat lagi!

Queenzie mengerutkan dahi, masih belum mengerti siapa yang mengiriminya pesan seperti itu di tengah malam seperti ini.

Karena penasaran, Queenzie pun melihat foto profilnya. Mulutnya seketika terbuka lebar saat melihat foto sang pelaku pengirim pesan. Itu adalah foto Dhaffi dengan gaya formal layaknya foto KTP. Ekspresi yang dia tampilkan juga tidak bagus menurut Queenzie yang biasa berhadapan dengan kamera.

Queenzie kira Dhaffi adalah model, tapi cowok itu ternyata tidak bisa berpose dan menampilkan ekspresi memukau. Di foto profilnya itu dia hanya berdiri tegak dengan tersenyum tipis yang lebih terlihat seperti senyum paksa.

Setelah puas menghujat foto profil Dhaffi, Queenzie kembali membaca pesan Dhaffi dengan intonasi datar seperti yang biasa Dhaffi pakai. Kekesalannya langsung memuncak saat menyadari ada kata-kata menyebalkan di pesan yang Dhaffi kirim.

“Heh! Gue begadang itu juga gara-gara lo yang ngasih tugas gak kira-kira,” dumel Queenzie dengan menunjuk-nunjuk foto profil Dhaffi. Meskipun sedang dimarahi, tapi foto Dhaffi tetap tersenyum.

Kok kamu punya nomorku?

Bukan dumelan yang Queenzie kirim ke nomor Dhaffi, melainkan pertanyaan yang memang membuat Queenzie penasaran.

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Onde histórias criam vida. Descubra agora