43. Kesiangan

139K 16.7K 1K
                                    

Kaki Queenzie melangkah dengan terburu-buru. Dari pada berjalan, apa yang dilakukannya itu terlihat lebih seperti berlari. Melewati pintu yang hampir saja tertabrak olehnya.

Penampilan Queenzie sekarang jauh dari kata rapi. Rambutnya dia urai biasa tanpa sempat mencatok. Kancing kemejanya terbuka semua memperlihatkan tanktopnya. Bawahannya celana jeans ketat. Untuk alas kakinya dia lebih memilih sneakers yang lebih pas dipakai di saat seperti ini.

Dengan satu tangan memegang roti dan satunya memegang sebotol kopi untuk menghilangkan rasa kantuknya, Queenzie berlari menuju rumah Dhaffi sebelum Dhaffi benar-benar meninggalkannya.

Laki-laki itu baru saja mengirim voice note yang berisi ocehannya dan ancaman akan meninggalkan Queenzie jika Queenzie tidak keluar dalam 10 menit.

Andai tidak mengingat jam pertama adalah mata kuliah Dhaffi, pasti Queenzie lebih memilih membawa mobil sendiri atau menebeng Kenzo dari pada berangkat dengan keadaan kacau seperti ini. Queenzie hanya bisa berharap semoga Dhaffi tidak berubah pikiran untuk menikahinya setelah melihatnya dengan penampilan acak-acakan seperti ini.

Hari ini Queenzie memang bangun kesiangan. Itu karena dia dan Kenzo kemarin menonton film sampai lewat tengah malam. Tepat setelah Queenzie pulang dari rumah Dhaffi, Kenzo datang ke rumahnya dan menceritakan tentang keadaan Calvin. Karena terlalu asik mengobrol membuat mereka lupa waktu. Queenzie dan Kenzo yang memang belum mengantuk pun memilih menonton film horor yang semakin membuat Queenzie sulit memejamkan mata karena terbayang-bayang hantu yang muncul di film. Jika saja tidak disemprot Abel dengan face mist, mungkin Queenzie sekarang masih berpetualang di alam mimpi.

Dhaffi menatap Queenzie jengah. Cewek itu sedang berlari dengan mengunyah roti. Penampilannya berhasil membuat Dhaffi geleng-geleng kepala.

“Maaf, Mas. Aku kesiangan,” ucap Queenzie dengan memasang tampang menyesal. Semoga mimik wajahnya berhasil membuat Dhaffi merasa iba agar wajah laki-laki itu bisa sedikit melunak.

Wajah Dhaffi yang biasanya kaku seperti sedang memakai masker itu sekarang semakin kaku saat menyadari waktu terus berjalan, sedangkan Queenzie baru muncul di hadapannya. Dhaffi yakin hari ini dia akan terlambat mengajar dan itu semua karena Queenzie. Andai tidak mengingat jika Queenzie tunangannya, pasti Dhaffi sudah meninggalkan perempuan itu.

Tanpa membalas ucapan Queenzie, Dhaffi memasuki mobilnya. Wajahnya tetap datar membuat Queenzie semakin merasa bersalah.

Queenzie masuk ke dalam mobil. Kali ini dia tidak berniat memulai obrolan karena aura menyeramkan yang keluar dari tubuh Dhaffi membuat Queenzie merasa jika dia harus diam jika ingin tetap aman.

Roti yang sempat Queenzie comot sebelum berangkat tadi sudah masuk semua ke dalam perutnya. Dia mengunyahnya dengan cepat agar bisa segera melakukan hal lain selama dalam perjalanan menuju kampus.

Setelah rotinya habis, Queenzie meminum kopinya sedikit lalu lanjut mengancingkan kemejanya. Queenzie sejujurnya merasa aneh karena Dhaffi tidak menegurnya saat laki-laki itu tahu Queenzie tadi datang dengan kemeja yang masih belum dikancingkan semua. Rasa kesalnya membuatnya enggan berbicara dengan Queenzie.

Tanpa Queenzie sadari, Dhaffi beberapa kali melirik ke arahnya karena penasaran dengan apa yang Queenzie lakukan. Perempuan itu sedari tadi tidak bisa diam di kursinya. Dhaffi tahu Queenzie sedang berusaha merapikan penampilannya, tapi dia tidak berniat membantunya. Lagi pula, apa yang bisa Dhaffi lakukan untuk membantunya? Mengancingkan kemejanya? Menyuapinya roti? Atau memoleskan make up ke wajahnya yang masih dalam keadaan polos itu?

Kancing kemeja Queenzie sekarang sudah terkaitkan semua. Tangannya beralih mengeluarkan pouch make up dari dalam tasnya lalu mulai melukis wajahnya dengan make up. Make up yang Queenzie pakai kali ini sangat simple karena waktunya juga sudah mepet.

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Where stories live. Discover now