48. Sleeping Beauty

165K 17.9K 2.3K
                                    

Dhaffi berjalan mondar mandir dengan gelisah. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Alvis sedang menenangkan Abel yang sedang menangis. Ada Kenzo dan Calvin juga yang tidak kalah panik. Mereka semua sedang berada di depan ruang rawat inap VIP, menunggu hasil pemeriksaan dokter dengan rasa cemas yang semakin lama semakin bertambah.

Kinar sudah diamankan polisi atas laporan dari Alvis. Meskipun keluarga Kinar sudah memohon agar Kinar dimaafkan, tapi Abel tidak mengabulkan permohonannya. Dia tidak mau mengambil resiko karena ini menyangkut keselamatan anaknya. Sekarang saja dia belum tahu apakah anaknya baik-baik saja atau tidak, enak saja keluarga Kinar memintanya membebaskan Kinar. Abel tidak sebaik itu. Dia bisa menjadi malaikat ataupun iblis tergantung situasi.

Seharusnya Kinar mencari tahu dulu seperti apa keluarga Queenzie agar dia berpikir ulang jika ingin bermain-main dengan Queenzie. Abel bisa melakukan apapun pada orang yang mengusik hidupnya. Tamparan keras dari Abel sampai membuat bibir Kinar sobek hanyalah spoiler dari hukuman sebenarnya yang akan didapat Kinar. Abel akan membuat perempuan itu menyesal jika keadaan Queenzie sampai memburuk.

Untuk memaafkan Kinar mungkin Abel bisa melakukannya jika keadaan anaknya sudah baik-baik saja, tapi tidak untuk membebaskan Kinar. Perempuan itu sangat terobsesi pada Dhaffi. Dia bisa saja melukai Queenzie lagi setelah ini.

Dokter keluar dari ruangan Queenzie. Semua orang segera menghampirinya untuk bertanya tentang keadaan Queenzie.

“Bagaimana keadaan anak saya, Dok?” tanya Alvis dengan tidak sabaran. Dia berharap penjelasan dokter bisa sedikit mengurangi rasa khawatirnya akan keadaan anak semata wayangnya.

“Pasien mungkin akan tidak sadarkan diri untuk sementara waktu karena benturan di kepalanya--”

“Tidak sadarkan diri? Tapi, anak saya pasti selamat kan, Dok?” sela Abel.

“Insya Allah, Bu. Kita doakan saja.” Dokter tersenyum menenangkan.

“Queenzie gak amnesia kan, Dok?” tanya Kenzo. Dia merasa kasihan jika Queenzie sampai amnesia. Ilmu pengetahuan yang dia dapat dari TK sampai kuliah pasti langsung hilang dari otaknya. Sudah tidak seberapa pintar, masa Queenzie harus kehilangan ingatannya juga? Jika Queenzie melupakan Kenzo sih Kenzo tidak masalah. Itu berarti Queenzie akan melupakan hutang Kenzo juga.

Dokter tertawa singkat. “Tidak. Lukanya tidak seserius itu.”

Semua orang bernafas lega. Meskipun otak Kenzo sinetronable, tapi pertanyaan yang muncul dari otaknya itu membuat semua orang tahu jika peluang Queenzie untuk sembuh cukup besar.

“Sudah boleh masuk ke dalam, Dok?” tanya Dhaffi yang sudah tidak sabar ingin melihat keadaan Queenzie.

“Boleh, maksimal tiga orang ya.”

“Jika sudah tidak ada yang ditanyakan, saya permisi.” Dokter berlalu pergi setelah mengatakan itu.

Semua orang saling berpandangan untuk memutuskan siapa yang akan masuk terlebih dahulu.

“Om sama Tante saja yang masuk duluan.” Dhaffi mempersilahkan Alvis dan Abel memasuki ruang rawat Queenzie lebih dulu. Kedua orang itu mengangguk lalu masuk bersama-sama.

Sekarang tinggal Dhaffi, Kenzo, dan Calvin saja yang berada di luar. Mereka kembali duduk. Menunggu dengan perasaan cemas meskipun dokter sudah mengatakan jika keadaan Queenzie tidak terlalu buruk.

“Calvin,” panggil Dhaffi membuat Calvin langsung menoleh. Kenzo pun ikut menoleh, memastikan jika kedua orang itu tidak akan membuat keributan di rumah sakit.

“Iya, Pak?”

“Terima kasih karena sudah menemukan Queenzie dan merekam bukti kejahatan Kinar. Mungkin Queenzie tidak bisa ditemukan sampai sekarang andai kamu tidak lewat di depan toilet,” ucap Dhaffi tulus. Kali ini dia memandang Calvin sebagai mahasiswanya, bukan sebagai saingannya.

Hello, Mas Dosen! (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang