» OO3

110 74 49
                                    

It's about us, about us facing it together

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

It's about us,
about us facing it together.

- Xiao De Jun

─────────────────

Aku mendorong Dejun ke udara dan menertawakan wajahnya yang kebingungan, sebelum berenang ke perairan dangkal untuk bergabung dengan Yukhei, sahabatku.

Mengedarkan pandangan kami, menyaksikan orang-orang bermain dipinggir pantai. Kami telah memilih tempat itu dengan sempurna. Jauh dari kerumunan orang, tetapi cukup dekat sehingga kami tidak peduli sendirian jika kami membutuhkan bantuan. Ada keributan kecil dihutan bakau yang beberapa meter jauhnya, dan kami mengabaikannya, karna biasanya orang-orang yang bermain disekitar situ adalah pemabuk oleh karena itu, kami memilih untuk berpikir bahwa tidak ada apa-apa disana.

Kepalaku pusing hebat dan terasa sangat tidak nyaman. Aku menghela nafas dan menutupnya dengan tanganku.

Hari itu dengan gelak tawa, berenang, dan makan sampai kami bosan dengan pantai. Kami mengambil barang-barang kami dan berjalan melewati hutan bakau sambil bercanda sesekali dalam perjalanan pulang. Kami bertiga berjalan beriringan. Didepan sana terlihat hutan bakau sedikit terendam, dan pasir yang kami lewati tergenang air. Tiba-tiba seseorang melempar pasir, dan aku berbalik melihat Yukhei yang bermandian pasir diseluruh tubuhnya lalu mengajak Dejun tuk menertawakannya bersama-sama.

━━ PERFECT INNOCENT 🌩 ꒱

Kelopak mataku terbuka, membawaku kembali kedunia nyata. Aku berkedip, berusaha mengabaikan sekelilingku. Kegelapan tidak membantu, tapi dari caraku mendengar jeritan orang-orang, aku hanya bisa berasumsi bahwa kenyataan sama seperti waktu sebelum aku tertidur pulas. Aku menarik nafas dalam-dalam, berusaha keras untuk mengabaikan sakit kepala yang sangat terasa disetiap degupan jantungku.

"Aletta!"

Aku berbisik ke telinganya, "hei Yukhei. Ada apa ini? Apa ini masih di sekolah?"

Yukhei mengangguk pelan, wajahnya sangat murung. "Iya, dan Winwin tidak bisa kita selamatkan."

"Apa?! Apa katamu?"

"Akh!" kepalaku berdebar.

"Senderkan kemari," sahut Dejun yang ternyata berada disebelah kiriku.

"Apa tidak apa-apa?"

"Hm, bahuku kokoh."

"Wong Yukhei..." lirihku, Yukhei mengenggam tanganku kuat-kuat, seakan-akan itu tak pernah diniatkan untuk dilepaskan. Manik coklat milik Yukhei berkaca-kaca, wajahnya sedikit murung dan genggamannya terlepas. Yukhei mengusap kasar ujung matanya dan tersenyum.

"Semua akan baik-baik saja, Al. Jangan kemana-mana dan tetap berada dibawah pengawasan kami. Bagaimanapun juga, kita pasti akan bisa keluar dan menyelamatkan Winwin."

Perfect Innocent || WinwinWhere stories live. Discover now