» OO8

90 65 21
                                    

Kegelapan memenuhi gudang

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Kegelapan memenuhi gudang. Ketiga remaja itu masih setia tertidur dipundak satu sama lain. Sementara seorang lelaki ber alis tebal, sudah duluan terjaga dibanding yang lain. Ia masih bisa melihat cahaya yang sedikit merembes masuk melalui ventilasi gudang. Walaupun hampir separuh gudang masih terlihat gelap, itu tak menghalanginya untuk melanjutkan penelitian nya akan gudang yang selama ini ia dan teman-teman nya tempati.

Dejun melangkah ke sudut gudang, tepat dimana Yukhei menemukan tangga dan secarik kertas misterius. Dejun menutup pintu di belakangnya dan memasang kuda-kuda, berharap tak ada sesuatu berbahaya yang menantinya diujung tangga. Dia menghela napas tinggi, dan tetap dalam posisi berjaga-jaga. Langkahnya menyusuri setiap anak tangga perlahan-lahan.

Kemudian pada akhirnya ia sampai diujung tangga, tepatnya dibawah gudang. Ada sebuah ruangan disana. Ruangan itu gelap, tapi cahaya yang masuk melalui sebuah pintu yang rusak membuat Dejun cukup melihat sesuatu. Ia memaksa tubuhnya melewati pintu, lalu melihat ada apa gerangan diluar sana.

"Kreek!"

Pintu yang terbuat dari besi itu cukup kuat untuk menahan diri agar tak terbuka. Dejun benar-benar tak sanggup untuk memaksa benda tua itu untuk memberinya jalan. Kini, Dejun pun pasrah. Kembali berjalan menaiki tangga dan kembali keatas.
Berharap jika nanti, ia akan kembali dengan sisa tenaga yang cukup kuat untuk mendobrak pintu itu.

Tiba-tiba langkah Dejun terhenti,
ia membalikkan tubuh dan menatap pintu besi itu.

Sempat terlintas dipikirannya, jika pintu tersebut adalah jalan keluar.

Jadi jika itu benar, dia harus segera membawa teman-temannya untuk kesana dan mendobrak pintu itu bersamaan.

━━ PERFECT INNOCENT 🌩 ꒱

Dari sudut mata yang sedikit terbuka, Aletta melihat Dejun kembali ke ke posisi awal,

jadi Dejun sedang pergi tadi?

Kemana dia?

Apa dia membawakan makanan?

Aletta menggosok pelan matanya, berusaha menjernihkan penglihatannya. Perutnya berbunyi menandakan ia sangat lapar dan sangat butuh makanan.

Tapi melihat keadaan yang tak mendukung, Aletta hanya bisa berharap untuk bisa mendapatkan seteguk air saat ini. Barangkali, bisa mengisi lambung kosongnya itu.

"Aletta, sudah bangun?" Spontan gadis yang ditanyai pun mengangguk.

"Kau tadi dari mana?" tanya Aletta.

"Ah, aku hanya memeriksa sebuah tangga tadi disitu," jawab Dejun menunjuk kearah pintu yang terbuka dan memperlihatkan sebuah tangga.

"Jun, aku lapar..." lirih Aletta.

Dejun terdiam, kemudian mendekat.

Lelaki itu mengusap pelan pucuk kepala Aletta, meyakinkan dia, bahwa jika selamat nanti mereka akan segera makan.

"Jun, aku tak tahan. Perutku sakit,"

Dejun bungkam, ia tak tahu harus bagaimana.

"Hm, tunggu disini oke. Aku akan pergi keluar mencari makanan," tutur Dejun.

"Sret!" Lengan Dejun ditarik Aletta, langkahnya terhenti.

"Jun, kau mau keluar dari sini? Kau akan dalam bahaya, Jun!" seru Aletta.

"Tidak, aku akan pergi ke hutan," katanya.

"Apa? Ke hutan?!"

"Hm, tidak. Sebenarnya aku berbohong agar tidak membuatmu khawatir. Tapi, hei, ayo kita ke hutan bersama-sama. Dengan itu, kita akan bisa keluar dari sekolah terkutuk ini," kata Dejun.

Dejun mengarahkan langkahnya ke arah kedua temannya, lalu membangunkan mereka dari tidur nyenyak masing-masing.

"Hei, bangun!" teriak Dejun.

"Win, win! Bangun!" seru Aletta.

Winwin dan Yukhei terbangun, dan setelah Dejun menceritakan ajakannya, semua pun akhirnya setuju.

Mereka bersiap-siap untuk keluar dari gudang, membungkus tas yang berisi alat perlindungan diri, dan membawanya di bawah lengan, melanjutkan perjalanan tanpa rasa takut akan apa yang akan terjadi.

Hanya satu harapan mereka,

yakni agar semua berjalan lancar

dan mereka bisa keluar dari sekolah ini.

Begitu keempat remaja itu sampai di ujung halaman belakang sekolah, mereka menyembunyikan kepala masing-masing dengan tas yang mereka bawa. untuk menghilangkan masalahnya, di samping sebuah batu besar, dan menutupinya dengan dedaunan dan rumput panjang. Kemudian mereka merasa bebas, dan, saat mereka sadar bahwa tidak ada orang lain kecuali mereka, mereka pun, bahagia.

Sudah sepuluh menit mereka menyelusuri hutan yang dipenuhi pohon pinus. Mereka kadang-kadang mendengarkan burung-burung, dan kadang-kadang mencoba, dengan batu, untuk melempari makhluk-makhluk cantik dan tak berdosa itu.

Tiba-tiba seekor tupai belang terbang melewati keempat remaja itu, dan menaiki pohon yang tinggi. Saat ia berlari berputar-putar di sekitar batang besar, muncul dan menghilang secara berkala, Yukhei mencoba menjatuhkannya dengan batu. Tapi tujuannya tidak terlalu benar. Alih-alih memukul tupai, dia berhasil mendapatkan pukulan telak, karena sebuah batu yang dilemparkannya sangat tinggi, mengenai anggota tubuh yang besar, lalu, memantul ke belakang jatuh menimpa wajahnya dan menjatuhkan tubuh tinggi itu.

"Yukhei!" Aletta terperanjat melihat kelakuan lelaki itu.

Yukhei menengadah, "HA HA!"

Dua lelaki lainnya ikut melihatnya dan menertawai nya.

Aletta bergegas kearah Yukhei, membantunya berdiri.

"Hm, aku menyesal karna tidak tahu tempat ini sebelumnya," oceh Dejun tanpa mengalihkan pandangan ke lawan bicaranya, Winwin. Lelaki itu terus berjalan lurus melewati rerumputan, dan sesekali melompati kawah lumpur yang tergenang.

"Ah, kenapa begitu?" tanya Winwin.

"Udara disini begitu menyejukkan. Suasananya benar-benar hidup, dan ini membuatku melupakan kejadian yang kita alami selama ini."

"Ah, iya. Kau benar."

"Hey kalian, tunggu kami!" teriak Yukhei yang tertinggal jauh dibelakang.

"Sstt, kecilkan suaramu. Barangkali pria-pria jahat bisa mendengarmu," tegur Aletta.

"Tidak Al, sepertinya tidak. Karna kita sudah cukup jauh dari lingkungan seko—"





















"DOR!" terdengar suara tembakan dari ujung sana.

Suara itu membuat langkah keempat remaja itu terhenti.

Salah satu diantara mereka mengintip kebelakang,

ia membelalakkan mata.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Perfect Innocent || WinwinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora