» O12

61 62 11
                                    

Kali keempat Felix mencoba untuk menelfon atasannya, dia berkeringat deras

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.


Kali keempat Felix mencoba untuk menelfon atasannya, dia berkeringat deras. Kemejanya tidak dikancingkan di kerah dan dasinya longgar. Di bawah lengannya ia membawa setumpuk kertas, yang buru-buru diletakkannya di atas meja, dari waktu ke waktu melirik para remaja dan menyesuaikan kacamatanya saat benda itu turun dari hidungnya.

"Ya ampun," katanya, terengah-engah. "Sepertinya kita punya masalah administrasi. Kalian ingat jam berapa kalian dibawa masuk?"

"Kami tidak dibawa masuk," jawab Winwin. "Kami datang atas kemauan kami sendiri."

"Ah iya, benar. Belakangan ini aku sangat paranoid, maaf." Felix meletakkan tangannya di kepala dan mulai mondar-mandir dengan gelisah.






"Apakah Anda tahu apa yang terjadi di sana?" Felix menelfon.

"..."

"Benar pak, ini benar-benar terjadi. Sekumpulan remaja baru saja berhasil melarikan diri, dan tidak tahu dengan masyarakat sekolah lainnya. Ini adalah masalah besar pak!"

"..."

"Tidak ada !? Tidak ada !? Bagaimana Anda bisa mengatakan itu setelah apa yang apa yang sudah terjadi? Jam demi jam interogasi, pelecehan verbal, dan ancaman kekerasan fisik yang selalu ada, dan Anda menyebut itu bukan apa-apa!? "

"..."

"Iya.. Iya."


"..."

"Baiklah, kirim beberap petugas forensik, polisi dan beberapa orang penting ke pinggir kota, pak. Malam ini juga! " Felix menutup panggilannya dengan rasa puas.

Pria itu berdiri diam, menatap keempat remaja selama beberapa detik, lalu duduk diatas sofa.

"Atasanku menyuruhku untuk menetap, dan memastikan kalian aman disini, bersamaku."

"Jadi, kami tak perlu kesana lagi kan?" tanya Dejun.

"Tidak."

"Ah, syukurlah," gumam Aletta.

"Hey gadis kecil, kenapa kaki mu? Apakah itu terluka?"

"Benar pak, ini karna tembakan teroris, Bapak sih, tidak percaya-" ocehan Yukhei dipotong Felix dengan tegas.

"Aku percaya kok, kan sudah aku bilang. Aku percaya kalian, ah ya, jangan memanggilku dengan sebutan itu. Aku masih muda, tau!"

Semua tertawa mendengar ocehan polisi tampan itu.

━━ PERFECT INNOCENT 🌩 ꒱





Ketika penjagaan sebuah kota rapuh, ketika kekacauan negatif berkuasa, ketika ketakutan meningkat dan kekerasan berkobar, adalah bijaksana untuk melihat emosi di setiap sisi yang memunculkan berbagai narasi. Karena ketika seseorang melakukan ini, emosi semua, bahkan kekuatan yang tampaknya berlawanan, adalah sama. Sebagai manusia kita semua mencari rasa hormat dan pengakuan bahwa kita dianggap sakral dan penting oleh orang lain, bahwa kita diterima oleh masyarakat luas. Ini normal. Ini manusia.

Maka langkah pertama untuk memulihkan kepentingan kota yang sedang diujung tanduk adalah agar semua kelompok kepentingan melihat emosi kelompok kepentingan lain, bukan narasinya. Begitu ikatan terbentuk pada tingkat ini, cara maju yang bernuansa baru akan menjalin sendiri. Inilah cara cinta.

Inilah yang terjadi ketika kita menganggap cinta sebagai prinsip utama pertama kita dan berusaha maju. Ada cara untuk mencintai semua orang, untuk menghormati semua orang dan menyelesaikan segala hal bagi semua orang. Dan ketika kita cukup berani untuk menjelajahi jalur-jalur itu, kalian melepaskan kekacauan positif, satu-satunya penangkal nyata dari kekacauan negatif. Ini adalah saat ketertiban dipulihkan, jenis alami yang terasa bebas dan aman.

Pada dini hari pukul 3 tepatnya pagi ini, para pasukan keamanan diarahkan untuk segera berkumpul dipinggir kota. Menangkap dan memberhentikan arus laju para teroris yang makin bergejolak. Beberapa pihak yang bisa dipastikan untuk terselamatkan segera mendapat penanganan medis-



"Hey!" protes Aletta saat menyadari Winwin mematikan berita yang sedang ia tonton.





"Kenapa belum tidur?" tanya lelaki dengan piyama kotak-kotak itu.

"Ini sudah pukul tiga pagi, dan sangat tanggung jika aku harus tidur," keluh Aletta.

"Apa kau tidak mengantuk?" Winwin beralih duduk disebelah Aletta, diatas sofa.

"Tida-" Gadis itu menguap, "hoaam!"

"Sudah kuduga kau berbohong," sahut Winwin miris, lelaki itu pergi kearah meja makan, dan menenggak air mineral.

"Aku mengantuk, tapi aku tak mau tidur.."

"Kenapa begitu?" tanya Winwin

"Ada seseorang yang sedang menganggu pikiranku."

"Mama?" tebak Winwin.

"Benar, Mama. Bagaimana keadaannya ya?"

"Mau ku telfon?"

Aletta mengangguk ragu.
















"Mama!"



"Aletta, apa kau baik-baik saja, sayang?"


"Aku baik-baik saja.." Aletta meringis, gadis itu menangis.



"Mama merindukanmu.."

"Aku lebih rindu, Mama.."


"Hey, apa teman-teman mu ada disana?"


Aletta mengernyit, dia menyeka air matanya.


"A-ada.."

"Apa boleh, Mama berbicara dengan-"





"Tidak.. Mama tak boleh berbicara dengan mereka. Mama pasti akan memarahinya!"

"Bukan sayang, Mama hanya ingin berterima kasih.."


"Apa itu benar?"


"Yaa, Mama ingin berterima kasih pada mereka yang selalu ada disisimu."

"

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
Perfect Innocent || Winwinحيث تعيش القصص. اكتشف الآن