» OO9

75 68 34
                                    

Licik boleh, asal pintar!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Licik boleh, asal pintar!

- Huang Guanheng

─────────────────

Secercah ketakutan melintas di mata Dejun, "merunduk!" serunya dengan suara yang sedikit tinggi.

Winwin menarik kaki jenjang milik Yukhei, lalu membuat lelaki payah itu terjatuh.

"De-dejun bilang merunduk, ya merunduk," katanya dengan suara agak gemetar, tidak terdengar kemarahan disana. Hanya saja, Winwin sangat takut jika sahabatnya itu tertangkap oleh para pria bertopeng. Mengingat postur tubuh lelaki tampan ini sangatlah tinggi, seperti tiang listrik.

Aletta berbisik, "kita benar-benar idiot," katanya, sebelum menelungkupkan wajahnya diatas tangannya.

Akhirnya, mereka berempat melihat punggung para pria bertopeng itu menghilang di jalan setapak, setelan tentara mereka perlahan memudar. Udara tebal mulai membasahi mereka dalam hawa dingin yang tidak terduga ketika Aletta merenggangkan lengannya diatas rerumputan.

Aletta menenggak salivanya, berbicara samar "L.. lalu apa yang harus kita lakukan?"

Disisi lain, Yukhei mengangkat tubuhnya dengan posisi sedikit duduk dari telungkupnya. Dia mengedarkan pandangan kearah belakang mereka, dan mendapati bahwa ada sesosok pria tak memakai topeng, dengan dua goresan darah di pelipisnya.

Mata Yukhei terbelalak, dia terdiam dengan mulut yang terkatup. Sementara sang pria yang ditatap mengacungkan sebuah pistol,

"DOR!"









"AWAS!"

Aletta mendekap erat tubuh Yukhei yang terbujur kaku, lelaki itu terasa dingin. Aletta meringis kesakitan setelahnya, kakinya tertembak.

"ALETTA!" teriak Dejun dan Winwin.

Sementara pria yang tadi memperlihatkan wajah puasnya lalu mendekat kearah mereka dengan membawa beberapa orang pasukan.

"Tangkap mereka jangan dibunuh, kunci dalam ruangan rapat tanpa ada jendela. Dan biarkan saja mereka mati perlahan," ujar pria itu pada pasukannya, lalu melenggang pergi.

━━ PERFECT INNOCENT 🌩 ꒱

Singkat cerita, mereka akhirnya terperangkap lagi didalam bangunan terkutuk itu.

Penderitaan ini,

kapan berakhirnya?

Rambut halus di lengan Aletta berdiri tegak. Merinding di lengan dan punggungnya, seolah-olah kulitnya telah ditusuk oleh seribu jarum kecil. Sementara kakinya terasa mati rasa setelah Winwin membalutnya dengan seragam miliknya. Wajah Aletta benar-benar pucat, rasanya seperti ia akan mati dalam waktu dekat.

Perfect Innocent || WinwinWhere stories live. Discover now