» O16

72 60 17
                                    

Nafasnya tersengal-sengal, bagian dalam terbakar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nafasnya tersengal-sengal, bagian dalam terbakar. Yukhei terbatuk-batuk dengan keras, menyemburkan campuran darah dan air liur di saputangannya. Dia tahu akhir hidupnya sudah dekat, itu tidak bisa dihindari. Dia bisa melihat semuanya di sekelilingnya, di mata Aletta, di mata dokternya, bahkan kepala pelayannya tampak agak gelisah. Mungkin kematian adalah apa yang dia dambakan, keinginan yang tak terpadamkan.

Dia tidak takut; sebenarnya dia siap untuk menerima kematian, seperti seorang teman lama yang dengannya dia harus mengejarnya. Apa pun akan diterima baginya jika itu menjanjikan akhir dari gejolak penderitaannya, dan, baru-baru ini dalam hidupnya, penyesalan yang pahit.

Yukhei baru saja bertengkar habis-habisan dengan seorang lelaki bernama Yuta. Lelaki berdarah Jepang itu yang ternyata adalah dalang dari penderitaannya ini. Karna Yuta adalah kekasih gelap pacar nya. Yukhei sangat muak dan marah akan hal itu. Bisa-bisanya sang gadis, Yuqi, berselingkuh di belakangan Yukhei secara terang-terangan. Begitu Yukhei mengetahui hal tersebut, lelaki itu langsung saja membuat keributan ditempat kejadian.

Kini, Yukhei terbaring lemah. Dia kalah bukan karena tidak kuat untuk beradu tinju dengan Yuta. Itu karna, Yukhei sedang dalam keadaan sakit. Yukhei dengan Anemia yang dideritanya terlalu memaksakan untuk bergerak lebih dan kehilangan banyak darah. Sementara Aletta yang kebetulan lewat di lokasi, melerai kedua belah pihak. Walaupun sempat tertendang oleh Yuta, Aletta tetap berusaha keras untuk melerai. Gadis itu pikir bahwa sangat tidak wajar jika harus seperti ini.

Karna menurutnya, jika Yukhei memiliki masalah atau merasa terkhianati, harusnya lelaki itu bertanya baik-baik. Lelaki itu juga bisa menahan diri dari emosi nya. Tapi mungkin Lucifer sudah merajalela ditubuhnya dan membisikkan lelaki itu untuk segera bermain tangan.

Yukhei sebenarnya tidak tahu bahwa Aletta menolongnya saat itu. Karna, yang lelaki itu sadari ialah dia jatuh pingsan saat menyadari banyak darah keluar dari hidung dan juga mulutnya.

Dia menyandarkan kepalanya di bantalnya, mata tertuju pada Aletta yang duduk di seberangnya. Gadis itu sudah tertidur pulas diatas tangan besarnya sejak sejam yang lalu. Yukhei menatap gadis itu dengan pandangan lembut, tersenyum singkat lalu mengelus-elus puncak kepala Aletta.

Yukhei harap, Aletta tak akan merasakan seperti apa yang ia rasakan. Karna Yukhei tahu, Aletta adalah gadis yang baik, dan tentu Aletta tak harus disakiti layaknya Yukhei.

Elusan tangan Yukhei terhenti. Lelaki itu menyadari jika kepala yang sedang ia elus itu terasa bergerak. "Eh?"

"Hai, Aletta. Kau sudah tidur sejak sejam yang lalu, bagaimana mimpimu? Apa kau memimpikan ku-"

"Aku bermimpi tentang Sicheng."

Yukhei terdiam, tersenyum kecil. Tangannya meraih batang hidung Aletta, menyentuhnya lembut. "Apa kau menyukai lelaki itu?"

Aletta menatap netra Yukhei. "Tidak."

"Oh, ayolah."

"Hei Yukhei, bagaiamana keadaanmu?" Aletta memeriksa setiap inci wajah Yukhei. Lebam berwarna ungu memenuhi area dahi yang Aletta sentuh.

Perfect Innocent || WinwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang