Tiga

26.8K 4.4K 611
                                    

Tapi Hyunsuk juga tak setega itu membiarkan Jihoon menggunakan pakaian bau kolam nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tapi Hyunsuk juga tak setega itu membiarkan Jihoon menggunakan pakaian bau kolam nya.

Meskipun ini sudah mendekati waktu pulang—hanya tersisa tiga jam pelajaran lagi, namun Jihoon masih harus mengikuti kelas tambahan sore ini. Tidak mungkin dengan pakaian basah seperti itu.

Jadi dengan inisiatifnya Hyunsuk mencarikan seragam yang seukuran dengan tubuh Jihoon dan menawarkannya ke si pemuda Park.

Tadinya Hyunsuk ingin meminjamkan seragam cadangannya, namun mengingat tubuhnya yang lebih kecil dari Jihoon, sepertinya seragam miliknya tidak akan muat di tubuh pemuda Park itu.

Lagi begitu Hyunsuk juga tak suka barang pribadi nya dipakai orang lain, apalagi oleh Park Jihoon.

"Kalau ga mau ya gapapa. Mumpung gue baik aja nih."

Sejujurnya Hyunsuk khawatir dengan pemuda dihadapannya ini, takut Jihoon masuk angin karena dirinya. Lo gebukin masih santai, giliran lo ceburin baru khawatir lo cuk.

Tapi yang namanya orang gengsi, apalagi dihadapan musuhnya, Hyunsuk tak ingin mengungkapkan kekhawatirannya. Gila saja. Itu sama saja seperti mengibarkan bendera putih namanya.

"Baju siapa?"

"Baju baru, ambil di kop."

"Be—"

"Gausah bayar, gue udah bilang bokap. Ambil aja. Itung-itung seragam cadangan kalau lo perlu lagi." Hyunsuk menyodorkan kembali sepasang seragam itu, entah untuk keberapa kalinya.

Untuk kali ini Jihoon melawan gengsi nya. Sebenarnya ia sudah merasa tak nyaman dengan pakaiannya sejak tadi. Dalam hati sudah memekik girang ketika Hyunsuk tiba-tiba menghampirinya membawa sesetel seragam dan handuk.

Tapi yang namanya gengsi manusia berhasil melawan segalanya.

Namun kali ini Park Jihoon berhasil melawan gengsi nya.

"Udah gue bilang kalian tuh cuma gengsi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Udah gue bilang kalian tuh cuma gengsi. Gengsi buat mengalah, gengsi buat minta maaf lebih dulu, gengsi buat saling memaafkan, gengsi buat berdamai lebih dulu."

Jihoon tertunduk diam. Tak berniat membalasnya, namun dalam hati sudah membenarkan argumen Yedam.

"Memang meminta maaf dan memaafkan itu ga mudah kak. Tapi terus bermusuhan gini juga bakal menyulitkan kalian sendiri. Kalau ada pilihan, bisa hidup tenang dengan berdamai atau tetap bermusuhan dengan banyak gangguan dan ancaman gini, gue sih pilih opsi pertama."

Yedam menepuk bahu Jihoon pelan, "Gue ga bisa ikut campur lebih jauh. Jadi, semuanya ada di kalian, gue cuma kebagian jadi salah satu penengah aja."

Pemuda yang setahun lebih muda dari Jihoon itu kini bangkit dari tempat ia duduk, berkeliling perpustakaan untuk mencari beberapa buku bacaan yang ingin ia pinjam.

Jihoon mengangguk samar, meng-iyakan ucapan Yedam beberapa saat lalu. Otaknya memutar memori beberapa bulan lalu, sebelum dirinya bermasalah dengan Hyunsuk. Hidupnya baik-baik saja saat itu, jauh lebih damai dari sekarang. Namun hanya karena kesalahan kecil yang fatal, ia jadi digentayangi rasa khawatir dan bersalah, juga pikiran-pikiran negatif yang sempat membawanya hampir mencelakakan orang, hanya untuk melampiaskan dendamnya. Dendamnya pada Hyunsuk, padahal jelas-jelas ia yang memulai semuanya.

Setengah dari pikirannya hanya terisi oleh Choi Hyunsuk belakangan ini.

Dalam lubuk hatinya, ia ingin meminta maaf ke pemuda itu. Ia ingin berdamai dengannya.

Tapi sekali lagi, yang namanya gengsi manusia bisa mengalahkan segalanya.

Dan kali ini, Jihoon kalah.

"Anjir, pake hujan segala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Anjir, pake hujan segala." Jihoon menadahkan tangannya menangkap beberapa tetes air hujan yang kian lama kian deras.

Kelas tambahannya baru saja selesai beberapa saat lalu. Tidak seperti teman-temannya yang langsung pulang, ia memutuskan untuk bermain basket dulu di lapangan indoor, hingga tak menyadari hujan telah turun.

"Mana ga bawa payung. Besok juga masih harus dipake seragamnya, kalo basah dua-duanya gue ga bisa sekolah dong anjir." Jihoon hanya sibuk menggerutu sejak tadi. Padahal jika ia menerobos hujan dan berlari menuju halte sejak tadi, mungkin sekarang ia telah menginjakkan kaki di sana dan pakaiannya tidak akan benar-benar basah kuyup. Ia justru mempersulit dirinya sendiri sekarang.

Jihoon menunduk sambil mengacak rambutnya frustasi.

Saat itu juga matanya melihat sebuah payung merah tergeletak di ujung kakinya, entah milik siapa.

Si pemuda Park celingukan mencari orang yang sekiranya memberikan payung tersebut kepadanya. Ia ingin berterimakasih,

Tapi sepertinya kata terimakasih itu kembali ditelannya bulat-bulat setelah mengetahui siapa pemilik payung ini.

Netranya menangkap sesosok Choi Hyunsuk sedang berjalan dengan santai di sepanjang koridor menuju lapangan tengah. Di sana terparkir sebuah mobil berwarna hitam elegan yang entah bagaimana caranya bisa masuk ke area gedung sekolah. Sosok itu berlarian menyebrangi hujan kearah mobilnya yang hanya berjarak sekitar lima meter dari ujung koridor. Jihoon masih memperhatikannya, hingga sosok itu menghilang ditelan pintu mobil yang kini melaju meninggalkan perkarangan sekolah.

Matanya berpindah menatap payung merah tersebut.

Jadi, Hyunsuk yang memberikannya payung?

Jadi, Hyunsuk yang memberikannya payung?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


[A/N]
Sider nya banyak yh bund☺

Ga afh², aks ikhlas☺👍

15-10-2020
©12TEUMES-

Enemate | HoonSuk ✔Where stories live. Discover now