Mari Kita Akhiri

4 1 0
                                    


Sudah 3 hari Freya tidak pergi ke sekolah. Mamanya melarang Freya masuk sekolah dan menyuruhnya istirahat penuh. Teman-teman sekelas Freya datang berkunjung bergantian. selama tiga hari Freya di rumah. Tak ada seorang pun yang membahas mengenai motor listrik kelas mereka yang sudah dihancurkan. Bahkan ketika Freya mengungkitnya teman-temannya segera mengalihkan pembicaraan. Sepertinya mereka sengaja menjaga perasaan Freya. Bahkan Nata dan Ilyas juga bungkam.

Nata dan Ilyas juga tak berkomentar mengenai tindakan Freya mendatangi Amran, kedua kakak Freya pun sama. Freya yakin mereka semua pasti tahu apa yang terjadi hari itu. Namun, tak seorang pun buka suara mengenai hal itu padahal Ares dan Rais biasanya akan mengomelinya panjang kali lebar.

Namun, yang lebih aneh lagi dan membuat perasaan Freya tak enak, Nata kurang memerhatikan Freya. Pemuda itu memang datang setiap pagi dan menghubunginya, tapi hanya sebentar dan cuma mengiriminya pesan pendek saja. Hanya bertanya kabar dan terasa begitu cuek. Freya khawatir Nata memang sengaja menjauhinya karena marah, tapi dia terlalu takut menanyakannya.

"Ma, Freya boleh sekolah besok?" bujuk Freya sembari mengganti saluran televisi dengan remote tanpa berniat menetap di salah satu chanelnya.

Mirna yang tengah menyetrika pakaian menghentikan kegiatannya sejenak. "Memangnya kamu sudah sehat?"

"Udah sehat dari kemaren Mama," jawab Freya dengan nada manja, "lagian, Freya bosen di rumah mulu. Pengen ke sekolah," rengeknya.

"Menurut Mama─"

"Freya ngerti Mama khawatir." Freya meletakkan remote tanpa memerhatikan saluran yang tayang di televisi. Kemudian menghampiri Mamanya dan memeluk lengan sang Mama. "Tapi ga mungkin Freya di rumah terus. Lagian, bentar lagi ujian kenaikan kelas. Kalau kelamaan di rumah, Freya ga belajar dong."

"Iya, iya, boleh."

"Yeay!" Freya langsung mencium pipi mamanya. "Makasih, Ma."

"Nanti Mama minta Nata jagain kamu, supaya kamu ga bikin ulah lagi," ujar Mirna.

Freya langsung memberengut dan duduk kembali ke sofa. Matanya mengarah ke televisi yang tengah menayangkan film televisi remaja, tepat di bagian tokoh utama pria memutuskan hubungan dengan tokoh utama wanita karena si gadis menyembunyikan kebenaran. Freya menggigit bibir. "Kayaknya Nata ga bakal mau deh, Ma," ujarnya.

Mirna memandang Freya yang merengut di sofa, kemudian beranjak ke sisi putrinya setelah meletakkan setrika dengan aman. "Ada apa ini? Berantem sama Nata?"

Freya menggeleng. "Ga tau. Rasanya beda aja sekarang, dia kayak ngejauh gitu."

"Cuma perasaanmu saja mungkin," ujar Mirna sambil mengambil remote dari tangan Freya dan mengganti chanel televisi. "Nata tiap pagi ke sini bawain kue-kue kesukaanmu."

"Iya, tapi ...."

"Menurut Mama sih Nata sayang sama kamu," ujar Mirna. "Pas kamu di rumah sakit dia yang paling khawatir."

Meniti MimpiWhere stories live. Discover now